Dosen ilmu komunikasi Universitas Islam (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Iswandi Syahputra mengatakan debat capres putaran kedua telah menunjukkan kelas dan kualitas kedua capres.
Kelas dan kualitas capres tersebut antara lain dapat dilihat dari materi yang disampaikan dan retorika yang digunakan.
"Debat capres tersebut sudah sangat jelas menunjukkan kelas dan kualitas capres. Prabowo menguasai hal-hal strategis buat negara sedangkan Jokowi menguasai hal teknis daerah," kata Iswandi Syahputra, melalui rilisnya, Senin (16/6).
Menurut Iswandi, pemahaman Jokowi terhadap isu ekonomi makro masih sangat rapuh. "Jokowi keteter menjawab beberapa isu makro ekonomi. Sebut saja misalnya soal hutang luar negeri atau perusahaan asing yang rugikan Infonesia. Apa saja pertanyaanya, jawaban Jokowi selalu sama, revolusi mental, perbaikan sistem dan kartu," jelasnya.
Sementara Prabowo, lanjut Iswandi sangat menguasai berbagai isu makro ekonomi. "Jawaban Prabowo menggambarkan dengan jelas kemampuan dia memahami dan memberi resolusi persoalan bangsa. Tapi tampaknya Prabowo tidak begitu menguasai persoalan ekonomi mikro," imbuhnya.
Namun demikian, menurut Iswandi perbedaan tersebut menguatkan personal branding masing-masing Capres.
"Prabowo lebih gentle, sepertinya dia tidak biasa ngeles atau berkelit, lebih tepat mungkin dia tidak bisa akting. Bahkan dengan polosnya Prabowo mengaku tidak gunakan masukan dari penasihatnya. Latar belakang militer tampaknya mempengaruhi karakter Prabowo dalam debat tersebut. Walau itu urusan setingkat menteri tapi dengan ksatria dia akui gagasan Jokowi soal industri kreatif itu baik," ujarnya.
Demikian juga soal TPID, menurut Iswandi, hal itu urusan level gubernur. Sementara Jokowi, terlihat mahir ngeles atau berkelit. Sesulit apapun pertanyaannya dijawab sama kalau tidak revolusi mental, perubahan sistem pasti tentang kartu. "Ini capres atau marketing kartu?" tanya Iswandi.
Dari segi retorika, Prabowo dia nilai telah mengeluarkan 5 senjata retorika sekaligus mampu mempesona.
"Pada tahap awal Prabowo mampu menggunakan sekaligus dengan baik lima senjata retorika yaitu Invention (menemukan), arrangement(menyusun), style (menyajikan), memory (mengingat) dan delivery (menyampaikan). Namun di bagian akhir Prabowo seperti kehilangan konsentrasi. Sedangkan Jokowi sama sekali seperti tidak menggunakan senjata retorika tersebut. Sampai di sini sebenarnya semakin jelas dapat dilihat siapa capres yang miliki kemampuan retorika," ujarnya.
Terakhir Iswandi menyatakan cara berdebat Jokowi bisa menurunkan kualitas acara debat capres.
"Debat capres itu membahas masalah besar bangsa atau berbagai agenda yang mendapat perhatian publik secara luas. Kalau soal PTID, DAU atau DAK masuk materi debat capres, rendah sekali kehormatan sebuah debat capres tersebut. Jika tim Jokowi tidak mengubah gaya debat, Jokowi bisa membuat forum debat capres menjadi murahan," tutupnya.(fas/jpnn)
Sumber : jpnn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar