Sebelum berangkat menuju TPS 38 Pondok Benda, tempat saya menunaikan salah satu kewajiban saya sebagai warga negara Indonesia, saya membuka Facebook pagi ini. Saya sempatkan membaca beragam postingan status, gambar, foto, video dan lain-lain milik teman-teman yang hampir 100% adalah orang-orang PKS. Yang secara otomatis isinyapun tak jauh-jauh beranjak dari partai yang satu ini. Terus terang sering kali saya dibuat kagum oleh teman-teman saya ini, karena kreativitas mereka yang luar biasa. Saya berpikir bahwa mereka ini orang-orang yang hebat. Sebab di detik-detik menjelang pencoblosan masih saja menyempatkan waktunya untuk bergerilya di dunia maya, memposting dan menyebarkan berbagai hal tentang PKS. Sungguh, gak ada matinya…!
Di saat lagi asyik-asyiknya menikmati beragam macam produk FB tersebut, tiba-tiba mata saya tertumpu pada sebuah postingan yang dikirim oleh Ibu Kingkin Anida. Sebuah postingan yang juga di-copas Ibu Kingkin Anida dari Ibu Sri Vira Chandra. Postingan ini berisi tentang kisah mengharukan dari salah seorang kader terbaik PKS yang bernama Ahmad Heryawan, atau yang biasa dikenal dengan panggilan Kang Aher. Judulnya adalah “Menjelang Detik Kemenangan” ala AHeryawan. Dari judulnya saja sudah menjadi daya tarik bagi saya untuk membacanya lebih lanjut. Isinya tentang sebuah rahasia yang dilakukan dan disembunyikan oleh Kang Aher, pada saat mengikuti pilwagub Jawa Barat (Jabar) tempo hari.
Namun belum habis saya membacanya, tanpa bisa dicegah tahu-tahu mata saya sudah basah. Hati saya bergetar hebat, dan sekelebat perasaan merinding langsung menyergap diri saya. Untuk beberapa saat saya terkesima, sebelum akhirnya saya meneruskan membacanya sampai selesai. Dan sepanjang bacaan itu tak henti-hentinya bibir saya mengucapkan kalimat pujian kepada Allah, subhanallah…subhanallah…subhanallah…Rasanya tak ada kalimat yang pantas saya ucapkan, selain dari kalimat ini.
Terbayang oleh saya, betapa mulia dan bersahajanya seorang Ahmad Heryawan. Tanpa sedikitpun bermaksud untuk mengecilkan arti dari para kader PKS lainnya, yang saya tahu mereka juga adalah orang-orang yang tak kalah hebatnya dengan Kang Aher ini. Karena memang di PKS ini banyak orang yang hebat, namun jarang terekspos oleh media. Para kader PKS yang saya tahu adalah orang-orang yang memang lebih suka bekerja dalam senyap. Mereka tak suka publikasi seperti kebanyakan orang lainnya. Padahal yang mereka lakukan adalah tidak sedikit merupakan pekerjaan yang besar. Namun sekali lagi, itulah memang karakter dari para kader PKS. Yang tak ingin dipuji dan dipuja, yang tak mabuk sanjungan dan gila pencitraan. Mudah-mudahan sifat ini tidak pernah berubah sampai kapanpun juga, insya Allah…
Kembali kepada “sepak terjang” Kang Aher tadi. Setelah membacanya dalam hati saya berkata, pantas saja Allah memberikan anugerah-Nya kepada beliau. Yakni dengan memenangkan beliau dalam pertarungan merebut kursi gubernur di Jawa Barat untuk kedua kalinya. Sangat layak beliau mendapatkan karunia besar itu. Karena apa yang beliau raih pada saat itu, berbanding lurus dengan apa yang sudah beliau berikan atau korbankan. Bukan hanya berupa materi, namun lebih dari itu. Yakni sebentuk sikap penghambaan yang totalitas, yang beliau persembahkan kepada Tuhan-nya. Hingga wajar saja jika kemudian Allah membalasnya dengan “reward” yang sangat luar biasa. Meskipun bagi Kang Aher mungkin ini merupakan hal yang biasa-biasa saja.
Sebab bagi PKS, jabatan yang diemban oleh seorang kadernya bukanlah sesuatu yang harus dibangga-banggakan. Bagi PKS, jabatan adalah sebuah amanah yang harus dijaga dengan sangat hati-hati. Karena dia akan dimintai pertanggungjawabannya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karenanya tidak boleh diselewengkan untuk kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok (partai)nya.
Berkaca dari tadhiyah (pengorbanan) Kang Aher, jujur saya malu hati dan tak berani mengangkat muka. Karena apa yang sudah diberikan oleh Kang Aher, rasanya sangat tak sebanding dengan apa yang saya berikan kepada dakwah ini. Saya tidak pernah sampai menjual harta benda saya. Paling-paling saya hanya berinfak dan bersedekah ala kadarnya. Dan itupun kadangkala harus berhitung-hitung dulu, karena mengingat masih ada kebutuhan yang lainnya (maklum namanya juga IRT yang cermat dalam pengeluaran, hmmm… ngeles.com). Itu baru bicara materi. Belum lagi jika berbicara soal tadhiyah ruhiyah, yang sungguh sangat jauh berbeda laksana langit dan bumi. Jika Kang Aher bisa membaca atau tilawah Al Quran sampai 5 juz dalam sekali baca, maka saya untuk mengkhatamkan 1 juz satu hari saja harus mengerahkan segala daya upaya. Syukur-syukur sekarang saya sudah ikut program ODOJ (One Day One Juz), jadi lumayan membantulah (senyum). Namun meskipun begitu tetap masih ada usaha untuk selalu memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.
Bila orang-orang membaca kisah Kang Aher ini, kemudian membandingkan dengan saya atau dirinya, mungkin mereka akan berkata seperti ini. Wajar saja Kang Aher berkorban habis-habisan seperti itu, kan dia punya “kepentingan” di belakangnya. Punya satu ambisi besar yang ingin dicapainya. Jika orang lain berada di posisi yang sama dengannya, pasti juga akan melakukan hal yang sama atau mungkin lebih. Wajar bukan? Okelah kalau kita cuma berbicara masalah materi, mungkin benar apa yang mereka katakan. Namun jika kita berbicara masalah aktivitas ruhiyah, apakah semua orang mampu melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh Kang Aher? Sanggupkah cagub-cagub yang lain membaca Al Quran 5 juz dalam sekali baca? Sanggupkah mereka menahan kantuk dan rasa lelah mereka sepanjang malam itu demi bermunajat kepada Allah? Sanggupkah? Jawabannya belum tentu dan mungkin takkan sanggup, kecuali bagi mereka yang memang sudah terbiasa melakukan hal-hal tersebut. Tak percaya, tanyakan saja kepada para cagub yang kemarin bersaing dengan Kang Aher…hehehe…
Ya, memang takkan pernah ada hasil yang besar tanpa pengorbanan yang besar pula. Takkan ada kemenangan besar tanpa perjuangan yang besar. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Kang Aher, sehingga tak heran jika beliau memperoleh hasil yang setimpal dengan pengorbanannya. Inilah salah satu ibrah atau hikmah berharga yang bisa saya petik dari tadhiyah (pengorbanan) seorang gubernur di negeri ini, yang bernama Ahmad Heryawan. Paling tidak ada 2 poin yang bisa saya ambil, yaitu totalitas dan istiqamah
Pertama adalah totalitas. Yaitu pemberian segenap kemampuan yang kita miliki terhadap pekerjaan yang sedang kita lakukan, baik berupa pikiran, pembicaraan maupun tindakan. Bahwa apapun pekerjaan kita, apapun yang ingin kita lakukan, haruslah dilakukan secara maksimal (totalitas). Tidak setengah-setengah atau asal jadi asal kelar. Dalam hal ini keseriusan bisa menjadi barometer dari sebuah totalitas. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kang Aher, bahwa dasar beliau melakukan semua itu adalah untuk dijadikan sebagai alasan di hadapan Allah kelak, di mana beliau sudah totalitas dalam berjuang. Dan ini merupakan watak dari seorang pejuang sejati.
Kedua adalah istiqamah. Yaitu sebuah komitmen ketika menjalankan suatu pekerjaan atau program yang memiliki tujuan tertentu. Istiqamah juga bisa diartikan dengan fokus pada sesuatu yang sudah direncanakan guna mencapai tujuan tertentu. Yang menjadi tolak ukurnya adalah konsistensi, yaitu tetap melakukan atau berbuat walau dalam kondisi yang bagaimanapun juga. Namun istiqamah ini tidak akan pernah terwujud tanpa diiringi oleh dua hal, yakni azzam atau niat yang kuat dan kesabaran. Sabar dalam kekonsistenan serta sabar dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan yang datang di saat kita ingin dan sedang melakukan sesuatu.
Dalam hal ini Kang Aher sudah membuktikannya, bahwa beliau istiqamah dalam berbuat. Membaca 5 juz dalam waktu semalaman bukanlah perkara yang mudah, jika tidak memiliki komitmen serta tingkat kesabaran yang tinggi. Dan saya rasa, bukan hanya karena ingin menjadi gubernur saja Kang Aher “bela-belain” begadang bersama Al Quran di malam penentuan pada waktu itu, namun karena beliau memang sudah terbiasa berinteraksi dengan kalam Allah ini. Dan bagi saya ini juga tidak mengherankan, sebab para kader PKS memang telah membiasakan diri mereka untuk selalu membaca (tilawah) Al Quran pada setiap harinya.
Dua poin inilah menurut saya yang telah mengantarkan seorang Ahmad Heryawan (Aher) berhasil menuju puncak keberhasilan yang telah diraihnya saat ini. Walaupun pasti ada faktor-faktor penentu dan pendukung lainnya tentu saja. Akan tetapi memang tak bisa dipungkiri bahwa tadhiyah atau pengorbanan itu akan memberikan dampak yang sangat besar kepada diri seseorang atau sekelompok orang. Tadhiyahnya kecil, maka hasil yang didapatkan akan kecil pula. Sebaliknya tadhhiyahnya besar, maka hasil yang didapatkan akan besar pula. Itulah sunnatullah-Nya.
Semoga apa yang sudah ditunjukkan oleh Kang Aher (meski tidak sengaja dan tak bermaksud riya’), dapat kita jadikan pelajaran berharga sekaligus menjadi pemacu semangat kita untuk terus berbuat dan bergerak. Berjuang demi kemajuan Islam. Senantiasa bertekad untuk selalu memberikan yang terbaik kepada dakwah ini. Semata-mata hanya untuk mencari dan meraih ridha-Nya. Kalaupun kemudian Allah menghadiahi kita dengan kenikmatan-kenikmatan duniawi, ini merupakan buah dari tadhiyah atau pengorbanan yang sudah kita berikan dan lakukan. Tentu saja kita harus mensyukurinya.
Wallahu a’lam…(Ria Dahlia)
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar