Daerah Bandung dan sekitarnya, kini dipenuhi spanduk atau baliho calon. Di antara mereka ada yang sudah nyata tokoh utama Syiah Indonesia. Ada pula pecinta aliran sesat dan pengusung Liberal. Bahkan tak sedikit koruptor ulung. Karena lihai dan ulung itulah, ia bebas tak tersentuh KPK. Uniknya, spanduk dan baliho tersebut sama sekali tak mengganggu warga. Termasuk spanduk dan baliho yang ditempel di dekat masjid, yang sering digunakan aktivitas pengusung Syariah dan Khilafah di sekitar Rancaekek.
"Seandainya kebencian elemen Islam terhadap PKS dan kader-kadernya sama dengan kebencian terhadap Syi'ah-JIL-dan aliran sesat, dipastikan Syi'ah-JIl-dan aliran sesat tidak akan marak dan berkembangbiak. Namun mengapa Syi'ah-JIL-aliran sesat dibiarkan muncul dan tumbuh membesar dan PKS diharamkan membesar? Jawabannya, karena kebencian kepada PKS dibumbui penyakit hasad. PKS dianggap HT-Salafy sebagai gerakan Islam yang abnormal. Sedangkan oleh JIL dan Islamphobia PKS diposisikan partai a-nasionalis dan pengusung benih-benih Khilafah."
Bagi saya, PKS harus menjadi partai Nasionalis. Namun nasionalisme bukan dalam pengertian Barat (Yahudi-Kristen). Tapi nasionalisme yang berasaskan pada cinta-pengorbanan-totalitas membangun negeri-dan integritas moral dengan menolak risywah (sogokan) berapapun jumlahnya saat harus menjual Indonesia kepada asing. Nasionalisme yang bermakna kemerdekaan.
Nasionalisme yang berawal dari swasembada sandang-pangan-papan. Kemudian dilanjutkan pada kemandirian industri di segala lini, terutama industri strategis dan industri alat utama sistem persenjataan. Di dalam negeri, nasionalisme dimaknai dengan penertiban berbagai pelanggaran dari hal terkecil hingga hal besar, siapapun pelakunya. Jika hal ini dilakukan. Nasionalisme yang diusung PKS adalah nasionalisme yang bersyariah menuju kebangkitan khilafah. Bukan nasionalisme abal-abal seperti JIL yang memaknai nasionalisme dengan mengenakan batik, namun otak-pikiran-perasaan dan tindakan menjadi budak Barat. Bukan pula syariah-khilafah yang sekedar tebar pesona namun kering dari tebar aksi-aksi manfaat.
Jelas. Saat ini yang dibutuhkan rakyat dan umat bukan mengadu konsep mana yang terbaik. Tapi terjun di area perlombaan untuk mengukur daya jelajah kita dalam membangun Indonesia. Daya jelajah yang terus terang membutuhkan daya tahan. Sebab perlombaan membangun Indonesia bukan 2 atau 3 babak. Godaan dan jebakannya pun bukan lagi ringan. Kena pukulan atau terjatuh sesekali adalah hal lumrah. Di saat PKS semakin terlatih dan kadernya memiliki daya jelajah dan daya tahan, dipastikan kader-kader PKS yang akan memiliki daya ungkit paten di masa yang akan datang. Jangan sampai kita bangga diri dengan konsep. Namun tak pernah mau terjun berlatih dan turun aktif dalam perlombaan nyata. Ingatlah kebenaran itu hak mutlak milik Allah. Tugas kita memperjuangkan puzzle-puzzle kebenaran yang terserak. Kini saatnya kita tak boleh diam melawan kezhaliman dan aliran-aliran sesat!
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
"Seandainya kebencian elemen Islam terhadap PKS dan kader-kadernya sama dengan kebencian terhadap Syi'ah-JIL-dan aliran sesat, dipastikan Syi'ah-JIl-dan aliran sesat tidak akan marak dan berkembangbiak. Namun mengapa Syi'ah-JIL-aliran sesat dibiarkan muncul dan tumbuh membesar dan PKS diharamkan membesar? Jawabannya, karena kebencian kepada PKS dibumbui penyakit hasad. PKS dianggap HT-Salafy sebagai gerakan Islam yang abnormal. Sedangkan oleh JIL dan Islamphobia PKS diposisikan partai a-nasionalis dan pengusung benih-benih Khilafah."
Bagi saya, PKS harus menjadi partai Nasionalis. Namun nasionalisme bukan dalam pengertian Barat (Yahudi-Kristen). Tapi nasionalisme yang berasaskan pada cinta-pengorbanan-totalitas membangun negeri-dan integritas moral dengan menolak risywah (sogokan) berapapun jumlahnya saat harus menjual Indonesia kepada asing. Nasionalisme yang bermakna kemerdekaan.
Nasionalisme yang berawal dari swasembada sandang-pangan-papan. Kemudian dilanjutkan pada kemandirian industri di segala lini, terutama industri strategis dan industri alat utama sistem persenjataan. Di dalam negeri, nasionalisme dimaknai dengan penertiban berbagai pelanggaran dari hal terkecil hingga hal besar, siapapun pelakunya. Jika hal ini dilakukan. Nasionalisme yang diusung PKS adalah nasionalisme yang bersyariah menuju kebangkitan khilafah. Bukan nasionalisme abal-abal seperti JIL yang memaknai nasionalisme dengan mengenakan batik, namun otak-pikiran-perasaan dan tindakan menjadi budak Barat. Bukan pula syariah-khilafah yang sekedar tebar pesona namun kering dari tebar aksi-aksi manfaat.
Jelas. Saat ini yang dibutuhkan rakyat dan umat bukan mengadu konsep mana yang terbaik. Tapi terjun di area perlombaan untuk mengukur daya jelajah kita dalam membangun Indonesia. Daya jelajah yang terus terang membutuhkan daya tahan. Sebab perlombaan membangun Indonesia bukan 2 atau 3 babak. Godaan dan jebakannya pun bukan lagi ringan. Kena pukulan atau terjatuh sesekali adalah hal lumrah. Di saat PKS semakin terlatih dan kadernya memiliki daya jelajah dan daya tahan, dipastikan kader-kader PKS yang akan memiliki daya ungkit paten di masa yang akan datang. Jangan sampai kita bangga diri dengan konsep. Namun tak pernah mau terjun berlatih dan turun aktif dalam perlombaan nyata. Ingatlah kebenaran itu hak mutlak milik Allah. Tugas kita memperjuangkan puzzle-puzzle kebenaran yang terserak. Kini saatnya kita tak boleh diam melawan kezhaliman dan aliran-aliran sesat!
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar