Misteri di Balik Ramalan Samuel P. Huntington (1) - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

23 November 2014

Misteri di Balik Ramalan Samuel P. Huntington (1)


BEBERAPA  tahun yang lalu, digelar sebuah dialog yang bertemakan “Islam and the West Working Together for a Peaceful World” di gedung PP.Muhammadiyah. Acara dialog ini dihadiri oleh sejumlah dubes negara-negara Barat dan Islam, serta para pimpinan ormas Islam, cendekiawan dan tokoh-tokoh Muslim lainya.

Acara seperti ini sungguh ideal untuk diadakan antara representasi Islam dan Barat agar ada satu titik temu guna mencari paradigma baru dalam pergaulan internasional yang lebih manusiawi. Dialog di atas mengungkapkan bahwa “Tidak ada satupun agama yang membenarkan tindak kekerasan atau terorisme terhadap sesama manusia. Bahkan jika dilihat dari segi nilai-nilai positifnya, banyak sekali persamaan di antara agama-agama yang ada. Kalaupun belakangan ini terjadi ketegangan, itu lebih disebabkan pada masalah miskomunikasi ketimbang konflik sesungguhnya sebagaimana yang diramalkan oleh Samuel P.Huntington.” (Republika, Rabu 27 Maret 2002)

Di sini ada sesuatu yang patut dicermati terkait  ungkapan dalam acara dialog di atas. Ada dua hal yang perlu saya garis bawahi.

Pertama, memang diakui bahwa kekerasan atau terorisme bukanlah dominasi satu peradaban atau agama tertentu. Kekerasan atau terorisme adalah fenomena yang ada di setiap agama dan peradaban di sepanjang sejarah.

Di agama Kristen ada kelompok-kelompok radikal, di antaranya dikenal dengan pengikut David Koresh yang berkeyakinan bahwa dunia akan hancur pada tahun 1995. Pada tahun 1993, David beserta sekitar 75 anggota kelompok ini mati bunuh diri dengan racun di Texas. Dan pada tanggal 19 April 1995 dalam peringatan kedua tragedi Koresh dan pengikutnya terjadi ledakan di gedung federal di kota Oklahoma oleh McTimothy sang pengagum gerakan ini. (al mujtama’, No.1383, 4/1/2000).

Di agama Yahudi, pada tanggal 25 Februari 1994, di saat bulan Ramadhan, seorang Zionis dari kelompok teroris Kach Movement, Dr.Baruch Goldstein memuntahkan 30 peluru dari magazin senjata otomatisnya, Glilon ke arah 800 jamaah salat di masjid al Ibrahimi. Peristiwa tersebut merenggut 29 jamaah syahid dan 150 lainnya cedera. Selain gerakan Kach, Yahudi banyak mempunyai geng-geng teroris sepanjang sejarah modern mereka. Kita kenal dengan The Haganah, Irgun Zewi Leumi dan Stern yang dipimpin oleh Abraham Stern.

Membantai secara massal, menghancurkan pemukiman dan mengeksoduskan rakyat Palestina secara sadistis merupakan cara kerja organisasi teroris di atas. Strategi dan taktik seperti itu tidak hanya terjadi di awal berdirinya Israel namun tetap dipraktikkan hingga kini oleh sang penjagal Sabra dan Shatila, Ariel Sharon.

Terorisme Hindu, dilakukan oleh Indian Army of Tthe Golden Temple di Amritsar. Pergerakan ini tidak saja berhasil membunuh PM India, Indira Gandhi tapi juga menimbulkan banyak kekerasan komunal. Bahkan baru-baru ini tidak kurang 700 umat muslim dibantai oleh ekstremis Hindu India yang dikenal dengan sebutan RSS yang lahir pada tahun 1925.

Organisasi ini memang didirikan oleh Dr. Kituram Balram Kiwar dengan dasar bahwa India hanya untuk bangsa Hindu. Organisasi ini juga menyewa para eks perwira tentara India untuk melatih 50 ribu pemuda Hindu di 18 wilayah guna mewujudkan cita-cita menyatukan daratan India Raya yang mencakup India, Pakistan, Bangladesh, Nepal, Bhutan, Burma dan Srilanka. (al mujtama’, No.1491, 9/3/2002).

Di agama Sikh ada kelompok yang dikenal dengan Sikh Dal Khasa. Di agama Budha Jepang ada pergerakan Aum Shinrikyo yang dipimpin oleh Shoko Ashara yang meyakini bahwa dunia akan berakhir di tahun 1997. Dengan demikian ia melancarkan serangan gas Sarin ke sistem kereta bawah tanah di Tokyo. Ini artinya bahwa tidak salah untuk mengatakan bahwa “violence is a phenomenon which is found in all human societies and in all eras of history. There is nothing peculiar about a religious community.” (Dr.S.M.Koreshi, New World Order, Western Fundamentalism in Action, IPS, Islamabad 1995, hal.7)

Kedua, persoalan ketegangan. Kesimpulan bahwa ketegangan itu terjadi hanya karena masalah miskomunikasi perlu untuk dicermati secara proporsional dan objektif. Karena diakui atau tidak bahwa konflik sering terjadi bukan semata-mata miskomunikasi antara peradaban atau masyarakat.

Kalau didiagnosis secara saksama, konflik dapat timbul dari beberapa hal berikut ini :

1) Multitudinality of the plethora of systems.
2) Changeability within continuity over time and place.
3) Paradoxical ambivalance.
4) Self-contradiction.

BERSAMBUNG








sumber : islampos


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here