Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kerap kali mengeluarkan pernyataan keras dalam mengahadapi masalah yang dihadapinya. Atas ulahnya tersebut, seorang guru honorer yang mengadu padanya pun sempat pingsan karena ucapannya.
Pakar komunikasi politik Ermus Sihombing menilai, sebagai pejabat publik tak sepantasnya mantan Anggota Komisi II DPR itu mengeluarkan kata-kata yang bisa menyakiti orang lain, terlebih masyarakat Jakarta yang seharusnya mendapat perlindungan darinya.
"Perilaku seperti ini susah diubah, sudah habit bagi dia (Ahok). Sudah terkonstruksi dalam kehidupan kesehariannya. Ahok butuh penasihat atau butuh training komunikasi dalam menghadapi orang lain," ujar Ermus kepada Okezone, Sabtu (15/2/2014).
Penggunaan kata yang kasar, sambungnya, sangat tidak wajar diungkapkan pemimpin, sebuah jabatan yang sudah sangat tinggi, sesuatu yang dihormati. "Seharusnya tidak boleh merendahkan orang atau isntitusi dengan ungkapan yang berasal dari uneducate," imbuhnya.
Sebuah kalimat yang terlontar, mengandung makna yang memiliki kekuatan tersendiri. "Ketidaksempurnaan dia supaya diperbaiki agar lebih elegan dan bijak. Satu sisi, saya akui sosok Ahok itu jujur dan berani, tapi ketika pilihan kata dia merendahkan orang lain instiutusi saya tidak setuju," terangnya.
Pada 13 Februari 2014, sebanyak lima guru honorer mendatangi Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sore ini di Balai Kota Jakarta. Mereka mengadukan tim seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang tak meluluskannya.
Namun, kedatangan mereka yang mengharap solusi dari mantan Bupati Belitung Timur itu, justru mendapat "semprot" amarah dari mantan anggota DPR Komisi II itu. Bahkan, salah satu dari mereka, Eva, sempat menangis dan pingsan usai Ahok memarahi.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar