Tokoh Golkar Akil Mochtar, mantan
Ketua MK (Mahkamah Konstitusi) dan Chairun Nisa, anggota DPR RI Fraksi
Golkar memang sedang apes banget.
Keduanya tertangkap operai tangkap tangan (OTT) oleh pertugas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ketika sedang bertransaksi sebagai calo perkara sengketa Pilkada di rumah dinas Akil Mochtar di Komplek perumahan menteri Widya Chandra, Jakarta Pusat, Rabu malam (02/10).
Apa yang terjadi? Partai Golkar (PG) menganggap kadernya, Chairun Nisa sebagai pengkhianat. Golkar pun tidak akan memberi bantuan hukum kepada tersangka dugaan suap sengketa pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah itu.
“Fraksi sudah meneliti. Secara kepartaian itu sudah mengkhianat. Golkar tidak memberikan bantuan hukum,” kata Ketua DPP Golkar, Nudirman Munir di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (09/10) yang disiarkan hampir semua media.
Sumber menuturkan, Akil Mochtar dan Chairun Nisa telah menjadi korban persaingan kegiatan advokasi (percaloan) sengketa Pilkada di internal Golkar. Sebagaimana diketahui, ujar sumber itu, boleh dikata semua kasus hukum dan sengketa pilkada kader Golkar di seluruh Indonesia, – khususnya yang di pusat -, wajib hukumnya ditangani oleh unit Bantuan Hukum milik Golkar yang dipimpin oleh Prof..Muladi, dengan operator lapangan Rudy Alfonso.
Tindakan Akil dan Chairun Nisa yang terkesan “jalan sendiri” menangani kasus pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah itu – yang lebih berpihak kepada pasangan Hambit Bintih-Arton S Dohong dari PDIP, – tentu saja tidak bisa diterima baik oleh “kelompok advokasi” permanen di Golkar yang dimotori Rudy Alfonso.Sementara Golkar sendiri mengusung pasangan Kusnadi B Halijam-Barthel D Suhin
Menurut sumber itu lagi, kelompok tertentu di Golkar yang tidak senang dengan langkah Chairun Nisa dan Akil yang bermain sendiri, mengambil jalan pintas “melaporkan” persepakatan jahat koleganya itu kepada KPK.
Setelah menerima info yang dianggap “A1” itu, penyidik KPK bergerak cepat. Pimpinan komisi antirasuah itu menerbitkan surat perintah penyelidikan pada tanggal 04
September 2013. Maka sejak itulah
mata petugas KPK terus mempelototi pergerakan Chairun Nisa dan Akil
Mochtar, sang Ketua MK yang peraih doktor bidang hukum Universitas
Padjadjaran, Bandung
Tentu saja, karena memantau sasaran kakap besar, petugas KPK meningkatkan perhatian sejak dua pekan lalu, setelah mendeteksi komunikasi yang mengindikasikan rencana penyerahan uang untuk kedua kader papan atas Golkar tersebut. .
Berbagai informasi mengenai sepak terjang Bendahara MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat itu membuat nama Chairun Nisa masuk radar pengawasan. Perempuan berkerudung yang bertubuh mungil itu, – yang juga adalah Ketua DPP, Pengajian Al – Hidayah – telah terpantau secara gamblang, sebagai penghubung handal kepada Akil Mochtar, dalam rangka memuluskan niat Hambit Bintih memenangkan kursi bupati untuk kedua kalinya.
Seperti diketahui, sejak pagi Rabu (02/10) petugas KPK mengintai Chairun Nisa. Dan barulah pada pukul 19.00 malam, petugas KPK yang bertugas melihat Chairun Nisa mengendarai mobil Toyota Fortuner warna putih yang dikemudikan suaminya. Mereka pergi menjemput Cornelis Nalau, teman Bupati Hambit, di Apartemen Mediterania, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Mobil Chairun Nisa tiba di rumah Akil sekitar pukul 22.00. Tanpa melapor ke petugas penjaga, ibu seorang anak itu segera membuka pintu pagar. Hampir bersamaan, Akil, yang mengenakan kaos Polo merah, membuka pintu rumah menyambut tamu khususnya itu.
Tiga meter dari pintu, langkah Chairun Nisa dan Cornelis terhenti. Belasan petugas KPK merangsek dan mendatangi mereka. Beberapa penjaga hendak menolong Akil, tapi langsung mundur begitu tahu yang datang petugas KPK.
Tanpa menyadari dirinya telah dipantau sejak lama, kedua kader teras Golkar itu telah menjadi korban koleganya sendiri, akibat dari persaingan kegiatan “calo perkara”, yang kini marak menjadi model pada hampir semua parpol.
Untuk mendapat tanggapan dari petinggi Golkar mengenai kasus tersebut di atas, sejak pagi tadi Kamis (10/10) telah mengirim daftar pertanyaan melalui pesan pendek kepada sejumlah petinggi Golkar termasuk kepada Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Sekjen Golkar Idrus Marham, tapi belum memperoleh jawaban.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Keduanya tertangkap operai tangkap tangan (OTT) oleh pertugas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ketika sedang bertransaksi sebagai calo perkara sengketa Pilkada di rumah dinas Akil Mochtar di Komplek perumahan menteri Widya Chandra, Jakarta Pusat, Rabu malam (02/10).
Apa yang terjadi? Partai Golkar (PG) menganggap kadernya, Chairun Nisa sebagai pengkhianat. Golkar pun tidak akan memberi bantuan hukum kepada tersangka dugaan suap sengketa pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah itu.
“Fraksi sudah meneliti. Secara kepartaian itu sudah mengkhianat. Golkar tidak memberikan bantuan hukum,” kata Ketua DPP Golkar, Nudirman Munir di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (09/10) yang disiarkan hampir semua media.
Sumber menuturkan, Akil Mochtar dan Chairun Nisa telah menjadi korban persaingan kegiatan advokasi (percaloan) sengketa Pilkada di internal Golkar. Sebagaimana diketahui, ujar sumber itu, boleh dikata semua kasus hukum dan sengketa pilkada kader Golkar di seluruh Indonesia, – khususnya yang di pusat -, wajib hukumnya ditangani oleh unit Bantuan Hukum milik Golkar yang dipimpin oleh Prof..Muladi, dengan operator lapangan Rudy Alfonso.
Tindakan Akil dan Chairun Nisa yang terkesan “jalan sendiri” menangani kasus pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah itu – yang lebih berpihak kepada pasangan Hambit Bintih-Arton S Dohong dari PDIP, – tentu saja tidak bisa diterima baik oleh “kelompok advokasi” permanen di Golkar yang dimotori Rudy Alfonso.Sementara Golkar sendiri mengusung pasangan Kusnadi B Halijam-Barthel D Suhin
Menurut sumber itu lagi, kelompok tertentu di Golkar yang tidak senang dengan langkah Chairun Nisa dan Akil yang bermain sendiri, mengambil jalan pintas “melaporkan” persepakatan jahat koleganya itu kepada KPK.
Setelah menerima info yang dianggap “A1” itu, penyidik KPK bergerak cepat. Pimpinan komisi antirasuah itu menerbitkan surat perintah penyelidikan pada tanggal 04
Tentu saja, karena memantau sasaran kakap besar, petugas KPK meningkatkan perhatian sejak dua pekan lalu, setelah mendeteksi komunikasi yang mengindikasikan rencana penyerahan uang untuk kedua kader papan atas Golkar tersebut. .
Berbagai informasi mengenai sepak terjang Bendahara MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat itu membuat nama Chairun Nisa masuk radar pengawasan. Perempuan berkerudung yang bertubuh mungil itu, – yang juga adalah Ketua DPP, Pengajian Al – Hidayah – telah terpantau secara gamblang, sebagai penghubung handal kepada Akil Mochtar, dalam rangka memuluskan niat Hambit Bintih memenangkan kursi bupati untuk kedua kalinya.
Seperti diketahui, sejak pagi Rabu (02/10) petugas KPK mengintai Chairun Nisa. Dan barulah pada pukul 19.00 malam, petugas KPK yang bertugas melihat Chairun Nisa mengendarai mobil Toyota Fortuner warna putih yang dikemudikan suaminya. Mereka pergi menjemput Cornelis Nalau, teman Bupati Hambit, di Apartemen Mediterania, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Mobil Chairun Nisa tiba di rumah Akil sekitar pukul 22.00. Tanpa melapor ke petugas penjaga, ibu seorang anak itu segera membuka pintu pagar. Hampir bersamaan, Akil, yang mengenakan kaos Polo merah, membuka pintu rumah menyambut tamu khususnya itu.
Tiga meter dari pintu, langkah Chairun Nisa dan Cornelis terhenti. Belasan petugas KPK merangsek dan mendatangi mereka. Beberapa penjaga hendak menolong Akil, tapi langsung mundur begitu tahu yang datang petugas KPK.
Tanpa menyadari dirinya telah dipantau sejak lama, kedua kader teras Golkar itu telah menjadi korban koleganya sendiri, akibat dari persaingan kegiatan “calo perkara”, yang kini marak menjadi model pada hampir semua parpol.
Untuk mendapat tanggapan dari petinggi Golkar mengenai kasus tersebut di atas, sejak pagi tadi Kamis (10/10) telah mengirim daftar pertanyaan melalui pesan pendek kepada sejumlah petinggi Golkar termasuk kepada Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Sekjen Golkar Idrus Marham, tapi belum memperoleh jawaban.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Kekayaan
dinasti Ratu Atut Chosiyah yang menjadi Gubernur Banten selama 2
periode ternyata berbanding terbalik dengan kondisi rakyatnya. Tidak
jauh dari rumah sang gubernur, ditemukan warga sangat miskin alias
melarat yang ternyata luput dari perhatian gubernur.
Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Rabu (9/10/2013), rumah sederhana milik pasangan suami istri Sodik-Nurjanah ini berada di pinggir Jalan Raya Bhayangkara, Cipocok, Kota Serang. Lokasinya tak jauh dari kediaman pribadi Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Di dalam rumah tersebut, terbaring satu dari tiga anak mereka yang menderita sakit sejak beberapa hari lalu. Sang ibu, Nurjanah tahu betul putranya seharusnya sudah dibawa ke dokter karena sakitnya tak kunjung sembuh. Namun karena tak punya uang, ia hanya mampu membawa ke puskesmas.
Meski harus menjaga sang anak yang terbaring sakit, Nurnajah tetap membuka warung yang menyediakan sayur mayur. Ia tidak punya pilihan, karena dari warung sayur itulah uang untuk membiayai kehidupan keluarga ibu tiga anak ini berasal. Sebab suaminya yang dulu sempat jualan barang rongsokan, kini hanya kerja serabutan karena ketiadaan modal.
Kondisi keluarga Nurjanah jelas bertolak belakang dengan kemewahan tetangganya, Ratu Atut Chosiyah. Rumah Atut tidak hanya di Jalan Bhayangkara, Cipocok, Serang yang ditempatinya saat ini. Sang gubernur diketahui memiliki sejumlah rumah mewah. Beberapa di antaranya adalah di Kebon Jeruk, Kembangan, Jakarta Barat. Selain itu ada juga di Lengkong Bandung.
Atut juga memiliki banyak lahan tanah yang tersebar di Serang dan Bandung, yang harganya mencapai miliaran rupiah.
Atut juga disebut-sebut sebagai pemilik hotel berbintang dan pom bensin di Serang. Jika Atut mengoleksi rumah, lain pula polah sang adik, Tubagus Chaery Wardana alias Wawan.
Wawan gemar mengoleksi mobil mewah. Hal itu diketahui saat rumahnya di Jalan Denpasar Raya Jakarta digeledah KPK. Tim penngeledah menemukan mobil yang masing-masing berharga miliaran rupiah.
Keluarga Atut Chosiyah tidak dikenal hanya dengan kehidupan mewah. Mereka juga menempati posisi strategis di pemerintahan.
Kemiskinan memang persoalan utama di propinsi pimpinan Ratu Atut. Berdasarkan data statistik, jumlah warga miskin di Banten per maret 2013 tercatat 626.243 orang. Sementara jumlah pengangguran lebih dari 10 persen. Kondisi ini tentu ironi, dikaitkan dengan pendapat asli daerah yang mencapai Rp 5 triliun. Di sisi lain, dinasti gubernur Banten malah hidup bergelimang kemewahan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/nurjanah-hidup-melarat-rumah-mewah-ratu-atut.html#sthash.cIHLoRZ7.dpuf
Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Rabu (9/10/2013), rumah sederhana milik pasangan suami istri Sodik-Nurjanah ini berada di pinggir Jalan Raya Bhayangkara, Cipocok, Kota Serang. Lokasinya tak jauh dari kediaman pribadi Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Di dalam rumah tersebut, terbaring satu dari tiga anak mereka yang menderita sakit sejak beberapa hari lalu. Sang ibu, Nurjanah tahu betul putranya seharusnya sudah dibawa ke dokter karena sakitnya tak kunjung sembuh. Namun karena tak punya uang, ia hanya mampu membawa ke puskesmas.
Meski harus menjaga sang anak yang terbaring sakit, Nurnajah tetap membuka warung yang menyediakan sayur mayur. Ia tidak punya pilihan, karena dari warung sayur itulah uang untuk membiayai kehidupan keluarga ibu tiga anak ini berasal. Sebab suaminya yang dulu sempat jualan barang rongsokan, kini hanya kerja serabutan karena ketiadaan modal.
Kondisi keluarga Nurjanah jelas bertolak belakang dengan kemewahan tetangganya, Ratu Atut Chosiyah. Rumah Atut tidak hanya di Jalan Bhayangkara, Cipocok, Serang yang ditempatinya saat ini. Sang gubernur diketahui memiliki sejumlah rumah mewah. Beberapa di antaranya adalah di Kebon Jeruk, Kembangan, Jakarta Barat. Selain itu ada juga di Lengkong Bandung.
Atut juga memiliki banyak lahan tanah yang tersebar di Serang dan Bandung, yang harganya mencapai miliaran rupiah.
Atut juga disebut-sebut sebagai pemilik hotel berbintang dan pom bensin di Serang. Jika Atut mengoleksi rumah, lain pula polah sang adik, Tubagus Chaery Wardana alias Wawan.
Wawan gemar mengoleksi mobil mewah. Hal itu diketahui saat rumahnya di Jalan Denpasar Raya Jakarta digeledah KPK. Tim penngeledah menemukan mobil yang masing-masing berharga miliaran rupiah.
Keluarga Atut Chosiyah tidak dikenal hanya dengan kehidupan mewah. Mereka juga menempati posisi strategis di pemerintahan.
Kemiskinan memang persoalan utama di propinsi pimpinan Ratu Atut. Berdasarkan data statistik, jumlah warga miskin di Banten per maret 2013 tercatat 626.243 orang. Sementara jumlah pengangguran lebih dari 10 persen. Kondisi ini tentu ironi, dikaitkan dengan pendapat asli daerah yang mencapai Rp 5 triliun. Di sisi lain, dinasti gubernur Banten malah hidup bergelimang kemewahan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/nurjanah-hidup-melarat-rumah-mewah-ratu-atut.html#sthash.cIHLoRZ7.dpuf
Kekayaan
dinasti Ratu Atut Chosiyah yang menjadi Gubernur Banten selama 2
periode ternyata berbanding terbalik dengan kondisi rakyatnya. Tidak
jauh dari rumah sang gubernur, ditemukan warga sangat miskin alias
melarat yang ternyata luput dari perhatian gubernur.
Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Rabu (9/10/2013), rumah sederhana milik pasangan suami istri Sodik-Nurjanah ini berada di pinggir Jalan Raya Bhayangkara, Cipocok, Kota Serang. Lokasinya tak jauh dari kediaman pribadi Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Di dalam rumah tersebut, terbaring satu dari tiga anak mereka yang menderita sakit sejak beberapa hari lalu. Sang ibu, Nurjanah tahu betul putranya seharusnya sudah dibawa ke dokter karena sakitnya tak kunjung sembuh. Namun karena tak punya uang, ia hanya mampu membawa ke puskesmas.
Meski harus menjaga sang anak yang terbaring sakit, Nurnajah tetap membuka warung yang menyediakan sayur mayur. Ia tidak punya pilihan, karena dari warung sayur itulah uang untuk membiayai kehidupan keluarga ibu tiga anak ini berasal. Sebab suaminya yang dulu sempat jualan barang rongsokan, kini hanya kerja serabutan karena ketiadaan modal.
Kondisi keluarga Nurjanah jelas bertolak belakang dengan kemewahan tetangganya, Ratu Atut Chosiyah. Rumah Atut tidak hanya di Jalan Bhayangkara, Cipocok, Serang yang ditempatinya saat ini. Sang gubernur diketahui memiliki sejumlah rumah mewah. Beberapa di antaranya adalah di Kebon Jeruk, Kembangan, Jakarta Barat. Selain itu ada juga di Lengkong Bandung.
Atut juga memiliki banyak lahan tanah yang tersebar di Serang dan Bandung, yang harganya mencapai miliaran rupiah.
Atut juga disebut-sebut sebagai pemilik hotel berbintang dan pom bensin di Serang. Jika Atut mengoleksi rumah, lain pula polah sang adik, Tubagus Chaery Wardana alias Wawan.
Wawan gemar mengoleksi mobil mewah. Hal itu diketahui saat rumahnya di Jalan Denpasar Raya Jakarta digeledah KPK. Tim penngeledah menemukan mobil yang masing-masing berharga miliaran rupiah.
Keluarga Atut Chosiyah tidak dikenal hanya dengan kehidupan mewah. Mereka juga menempati posisi strategis di pemerintahan.
Kemiskinan memang persoalan utama di propinsi pimpinan Ratu Atut. Berdasarkan data statistik, jumlah warga miskin di Banten per maret 2013 tercatat 626.243 orang. Sementara jumlah pengangguran lebih dari 10 persen. Kondisi ini tentu ironi, dikaitkan dengan pendapat asli daerah yang mencapai Rp 5 triliun. Di sisi lain, dinasti gubernur Banten malah hidup bergelimang kemewahan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/nurjanah-hidup-melarat-rumah-mewah-ratu-atut.html#sthash.cIHLoRZ7.dpuf
Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Rabu (9/10/2013), rumah sederhana milik pasangan suami istri Sodik-Nurjanah ini berada di pinggir Jalan Raya Bhayangkara, Cipocok, Kota Serang. Lokasinya tak jauh dari kediaman pribadi Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Di dalam rumah tersebut, terbaring satu dari tiga anak mereka yang menderita sakit sejak beberapa hari lalu. Sang ibu, Nurjanah tahu betul putranya seharusnya sudah dibawa ke dokter karena sakitnya tak kunjung sembuh. Namun karena tak punya uang, ia hanya mampu membawa ke puskesmas.
Meski harus menjaga sang anak yang terbaring sakit, Nurnajah tetap membuka warung yang menyediakan sayur mayur. Ia tidak punya pilihan, karena dari warung sayur itulah uang untuk membiayai kehidupan keluarga ibu tiga anak ini berasal. Sebab suaminya yang dulu sempat jualan barang rongsokan, kini hanya kerja serabutan karena ketiadaan modal.
Kondisi keluarga Nurjanah jelas bertolak belakang dengan kemewahan tetangganya, Ratu Atut Chosiyah. Rumah Atut tidak hanya di Jalan Bhayangkara, Cipocok, Serang yang ditempatinya saat ini. Sang gubernur diketahui memiliki sejumlah rumah mewah. Beberapa di antaranya adalah di Kebon Jeruk, Kembangan, Jakarta Barat. Selain itu ada juga di Lengkong Bandung.
Atut juga memiliki banyak lahan tanah yang tersebar di Serang dan Bandung, yang harganya mencapai miliaran rupiah.
Atut juga disebut-sebut sebagai pemilik hotel berbintang dan pom bensin di Serang. Jika Atut mengoleksi rumah, lain pula polah sang adik, Tubagus Chaery Wardana alias Wawan.
Wawan gemar mengoleksi mobil mewah. Hal itu diketahui saat rumahnya di Jalan Denpasar Raya Jakarta digeledah KPK. Tim penngeledah menemukan mobil yang masing-masing berharga miliaran rupiah.
Keluarga Atut Chosiyah tidak dikenal hanya dengan kehidupan mewah. Mereka juga menempati posisi strategis di pemerintahan.
Kemiskinan memang persoalan utama di propinsi pimpinan Ratu Atut. Berdasarkan data statistik, jumlah warga miskin di Banten per maret 2013 tercatat 626.243 orang. Sementara jumlah pengangguran lebih dari 10 persen. Kondisi ini tentu ironi, dikaitkan dengan pendapat asli daerah yang mencapai Rp 5 triliun. Di sisi lain, dinasti gubernur Banten malah hidup bergelimang kemewahan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/nurjanah-hidup-melarat-rumah-mewah-ratu-atut.html#sthash.cIHLoRZ7.dpuf
Kekayaan
dinasti Ratu Atut Chosiyah yang menjadi Gubernur Banten selama 2
periode ternyata berbanding terbalik dengan kondisi rakyatnya. Tidak
jauh dari rumah sang gubernur, ditemukan warga sangat miskin alias
melarat yang ternyata luput dari perhatian gubernur.
Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Rabu (9/10/2013), rumah sederhana milik pasangan suami istri Sodik-Nurjanah ini berada di pinggir Jalan Raya Bhayangkara, Cipocok, Kota Serang. Lokasinya tak jauh dari kediaman pribadi Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Di dalam rumah tersebut, terbaring satu dari tiga anak mereka yang menderita sakit sejak beberapa hari lalu. Sang ibu, Nurjanah tahu betul putranya seharusnya sudah dibawa ke dokter karena sakitnya tak kunjung sembuh. Namun karena tak punya uang, ia hanya mampu membawa ke puskesmas.
Meski harus menjaga sang anak yang terbaring sakit, Nurnajah tetap membuka warung yang menyediakan sayur mayur. Ia tidak punya pilihan, karena dari warung sayur itulah uang untuk membiayai kehidupan keluarga ibu tiga anak ini berasal. Sebab suaminya yang dulu sempat jualan barang rongsokan, kini hanya kerja serabutan karena ketiadaan modal.
Kondisi keluarga Nurjanah jelas bertolak belakang dengan kemewahan tetangganya, Ratu Atut Chosiyah. Rumah Atut tidak hanya di Jalan Bhayangkara, Cipocok, Serang yang ditempatinya saat ini. Sang gubernur diketahui memiliki sejumlah rumah mewah. Beberapa di antaranya adalah di Kebon Jeruk, Kembangan, Jakarta Barat. Selain itu ada juga di Lengkong Bandung.
Atut juga memiliki banyak lahan tanah yang tersebar di Serang dan Bandung, yang harganya mencapai miliaran rupiah.
Atut juga disebut-sebut sebagai pemilik hotel berbintang dan pom bensin di Serang. Jika Atut mengoleksi rumah, lain pula polah sang adik, Tubagus Chaery Wardana alias Wawan.
Wawan gemar mengoleksi mobil mewah. Hal itu diketahui saat rumahnya di Jalan Denpasar Raya Jakarta digeledah KPK. Tim penngeledah menemukan mobil yang masing-masing berharga miliaran rupiah.
Keluarga Atut Chosiyah tidak dikenal hanya dengan kehidupan mewah. Mereka juga menempati posisi strategis di pemerintahan.
Kemiskinan memang persoalan utama di propinsi pimpinan Ratu Atut. Berdasarkan data statistik, jumlah warga miskin di Banten per maret 2013 tercatat 626.243 orang. Sementara jumlah pengangguran lebih dari 10 persen. Kondisi ini tentu ironi, dikaitkan dengan pendapat asli daerah yang mencapai Rp 5 triliun. Di sisi lain, dinasti gubernur Banten malah hidup bergelimang kemewahan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/nurjanah-hidup-melarat-rumah-mewah-ratu-atut.html#sthash.cIHLoRZ7.dpufTokoh Golkar Akil Mochtar, mantan Ketua MK (Mahkamah Konstitusi) dan Chairun Nisa, anggota DPR RI Fraksi Golkar memang sedang apes banget.
Keduanya tertangkap operai tangkap tangan (OTT) oleh pertugas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ketika sedang bertransaksi sebagai calo perkara sengketa Pilkada di rumah dinas Akil Mochtar di Komplek perumahan menteri Widya Chandra, Jakarta Pusat, Rabu malam (02/10).
Apa yang terjadi? Partai Golkar (PG) menganggap kadernya, Chairun Nisa sebagai pengkhianat. Golkar pun tidak akan memberi bantuan hukum kepada tersangka dugaan suap sengketa pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah itu.
“Fraksi sudah meneliti. Secara kepartaian itu sudah mengkhianat. Golkar tidak memberikan bantuan hukum,” kata Ketua DPP Golkar, Nudirman Munir di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (09/10) yang disiarkan hampir semua media.
Sumber menuturkan, Akil Mochtar dan Chairun Nisa telah menjadi korban persaingan kegiatan advokasi (percaloan) sengketa Pilkada di internal Golkar. Sebagaimana diketahui, ujar sumber itu, boleh dikata semua kasus hukum dan sengketa pilkada kader Golkar di seluruh Indonesia, – khususnya yang di pusat -, wajib hukumnya ditangani oleh unit Bantuan Hukum milik Golkar yang dipimpin oleh Prof..Muladi, dengan operator lapangan Rudy Alfonso.
Tindakan Akil dan Chairun Nisa yang terkesan “jalan sendiri” menangani kasus pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah itu – yang lebih berpihak kepada pasangan Hambit Bintih-Arton S Dohong dari PDIP, – tentu saja tidak bisa diterima baik oleh “kelompok advokasi” permanen di Golkar yang dimotori Rudy Alfonso.Sementara Golkar sendiri mengusung pasangan Kusnadi B Halijam-Barthel D Suhin
Menurut sumber itu lagi, kelompok tertentu di Golkar yang tidak senang dengan langkah Chairun Nisa dan Akil yang bermain sendiri, mengambil jalan pintas “melaporkan” persepakatan jahat koleganya itu kepada KPK.
Setelah menerima info yang dianggap “A1” itu, penyidik KPK bergerak cepat. Pimpinan komisi antirasuah itu menerbitkan surat perintah penyelidikan pada tanggal 04
September 2013. Maka sejak itulah
mata petugas KPK terus mempelototi pergerakan Chairun Nisa dan Akil
Mochtar, sang Ketua MK yang peraih doktor bidang hukum Universitas
Padjadjaran, Bandung Tentu saja, karena memantau sasaran
kakap besar, petugas KPK meningkatkan perhatian sejak dua pekan lalu,
setelah mendeteksi komunikasi yang mengindikasikan rencana penyerahan
uang untuk kedua kader papan atas Golkar tersebut. .
Berbagai informasi mengenai sepak terjang Bendahara MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat itu membuat nama Chairun Nisa masuk radar pengawasan. Perempuan berkerudung yang bertubuh mungil itu, – yang juga adalah Ketua DPP, Pengajian Al – Hidayah – telah terpantau secara gamblang, sebagai penghubung handal kepada Akil Mochtar, dalam rangka memuluskan niat Hambit Bintih memenangkan kursi bupati untuk kedua kalinya.
Seperti diketahui, sejak pagi Rabu (02/10) petugas KPK mengintai Chairun Nisa. Dan barulah pada pukul 19.00 malam, petugas KPK yang bertugas melihat Chairun Nisa mengendarai mobil Toyota Fortuner warna putih yang dikemudikan suaminya. Mereka pergi menjemput Cornelis Nalau, teman Bupati Hambit, di Apartemen Mediterania, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Mobil Chairun Nisa tiba di rumah Akil sekitar pukul 22.00. Tanpa melapor ke petugas penjaga, ibu seorang anak itu segera membuka pintu pagar. Hampir bersamaan, Akil, yang mengenakan kaos Polo merah, membuka pintu rumah menyambut tamu khususnya itu.
Tiga meter dari pintu, langkah Chairun Nisa dan Cornelis terhenti. Belasan petugas KPK merangsek dan mendatangi mereka. Beberapa penjaga hendak menolong Akil, tapi langsung mundur begitu tahu yang datang petugas KPK.
Tanpa menyadari dirinya telah dipantau sejak lama, kedua kader teras Golkar itu telah menjadi korban koleganya sendiri, akibat dari persaingan kegiatan “calo perkara”, yang kini marak menjadi model pada hampir semua parpol.
Untuk mendapat tanggapan dari petinggi Golkar mengenai kasus tersebut di atas, sejak pagi tadi Kamis (10/10) telah mengirim daftar pertanyaan melalui pesan pendek kepada sejumlah petinggi Golkar termasuk kepada Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Sekjen Golkar Idrus Marham, tapi belum memperoleh jawaban.
Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Rabu (9/10/2013), rumah sederhana milik pasangan suami istri Sodik-Nurjanah ini berada di pinggir Jalan Raya Bhayangkara, Cipocok, Kota Serang. Lokasinya tak jauh dari kediaman pribadi Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Di dalam rumah tersebut, terbaring satu dari tiga anak mereka yang menderita sakit sejak beberapa hari lalu. Sang ibu, Nurjanah tahu betul putranya seharusnya sudah dibawa ke dokter karena sakitnya tak kunjung sembuh. Namun karena tak punya uang, ia hanya mampu membawa ke puskesmas.
Meski harus menjaga sang anak yang terbaring sakit, Nurnajah tetap membuka warung yang menyediakan sayur mayur. Ia tidak punya pilihan, karena dari warung sayur itulah uang untuk membiayai kehidupan keluarga ibu tiga anak ini berasal. Sebab suaminya yang dulu sempat jualan barang rongsokan, kini hanya kerja serabutan karena ketiadaan modal.
Kondisi keluarga Nurjanah jelas bertolak belakang dengan kemewahan tetangganya, Ratu Atut Chosiyah. Rumah Atut tidak hanya di Jalan Bhayangkara, Cipocok, Serang yang ditempatinya saat ini. Sang gubernur diketahui memiliki sejumlah rumah mewah. Beberapa di antaranya adalah di Kebon Jeruk, Kembangan, Jakarta Barat. Selain itu ada juga di Lengkong Bandung.
Atut juga memiliki banyak lahan tanah yang tersebar di Serang dan Bandung, yang harganya mencapai miliaran rupiah.
Atut juga disebut-sebut sebagai pemilik hotel berbintang dan pom bensin di Serang. Jika Atut mengoleksi rumah, lain pula polah sang adik, Tubagus Chaery Wardana alias Wawan.
Wawan gemar mengoleksi mobil mewah. Hal itu diketahui saat rumahnya di Jalan Denpasar Raya Jakarta digeledah KPK. Tim penngeledah menemukan mobil yang masing-masing berharga miliaran rupiah.
Keluarga Atut Chosiyah tidak dikenal hanya dengan kehidupan mewah. Mereka juga menempati posisi strategis di pemerintahan.
Kemiskinan memang persoalan utama di propinsi pimpinan Ratu Atut. Berdasarkan data statistik, jumlah warga miskin di Banten per maret 2013 tercatat 626.243 orang. Sementara jumlah pengangguran lebih dari 10 persen. Kondisi ini tentu ironi, dikaitkan dengan pendapat asli daerah yang mencapai Rp 5 triliun. Di sisi lain, dinasti gubernur Banten malah hidup bergelimang kemewahan.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/10/nurjanah-hidup-melarat-rumah-mewah-ratu-atut.html#sthash.cIHLoRZ7.dpufTokoh Golkar Akil Mochtar, mantan Ketua MK (Mahkamah Konstitusi) dan Chairun Nisa, anggota DPR RI Fraksi Golkar memang sedang apes banget.
Keduanya tertangkap operai tangkap tangan (OTT) oleh pertugas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ketika sedang bertransaksi sebagai calo perkara sengketa Pilkada di rumah dinas Akil Mochtar di Komplek perumahan menteri Widya Chandra, Jakarta Pusat, Rabu malam (02/10).
Apa yang terjadi? Partai Golkar (PG) menganggap kadernya, Chairun Nisa sebagai pengkhianat. Golkar pun tidak akan memberi bantuan hukum kepada tersangka dugaan suap sengketa pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah itu.
“Fraksi sudah meneliti. Secara kepartaian itu sudah mengkhianat. Golkar tidak memberikan bantuan hukum,” kata Ketua DPP Golkar, Nudirman Munir di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (09/10) yang disiarkan hampir semua media.
Sumber menuturkan, Akil Mochtar dan Chairun Nisa telah menjadi korban persaingan kegiatan advokasi (percaloan) sengketa Pilkada di internal Golkar. Sebagaimana diketahui, ujar sumber itu, boleh dikata semua kasus hukum dan sengketa pilkada kader Golkar di seluruh Indonesia, – khususnya yang di pusat -, wajib hukumnya ditangani oleh unit Bantuan Hukum milik Golkar yang dipimpin oleh Prof..Muladi, dengan operator lapangan Rudy Alfonso.
Tindakan Akil dan Chairun Nisa yang terkesan “jalan sendiri” menangani kasus pilkada Gunung Mas, Kalimantan Tengah itu – yang lebih berpihak kepada pasangan Hambit Bintih-Arton S Dohong dari PDIP, – tentu saja tidak bisa diterima baik oleh “kelompok advokasi” permanen di Golkar yang dimotori Rudy Alfonso.Sementara Golkar sendiri mengusung pasangan Kusnadi B Halijam-Barthel D Suhin
Menurut sumber itu lagi, kelompok tertentu di Golkar yang tidak senang dengan langkah Chairun Nisa dan Akil yang bermain sendiri, mengambil jalan pintas “melaporkan” persepakatan jahat koleganya itu kepada KPK.
Setelah menerima info yang dianggap “A1” itu, penyidik KPK bergerak cepat. Pimpinan komisi antirasuah itu menerbitkan surat perintah penyelidikan pada tanggal 04
Berbagai informasi mengenai sepak terjang Bendahara MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat itu membuat nama Chairun Nisa masuk radar pengawasan. Perempuan berkerudung yang bertubuh mungil itu, – yang juga adalah Ketua DPP, Pengajian Al – Hidayah – telah terpantau secara gamblang, sebagai penghubung handal kepada Akil Mochtar, dalam rangka memuluskan niat Hambit Bintih memenangkan kursi bupati untuk kedua kalinya.
Seperti diketahui, sejak pagi Rabu (02/10) petugas KPK mengintai Chairun Nisa. Dan barulah pada pukul 19.00 malam, petugas KPK yang bertugas melihat Chairun Nisa mengendarai mobil Toyota Fortuner warna putih yang dikemudikan suaminya. Mereka pergi menjemput Cornelis Nalau, teman Bupati Hambit, di Apartemen Mediterania, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Mobil Chairun Nisa tiba di rumah Akil sekitar pukul 22.00. Tanpa melapor ke petugas penjaga, ibu seorang anak itu segera membuka pintu pagar. Hampir bersamaan, Akil, yang mengenakan kaos Polo merah, membuka pintu rumah menyambut tamu khususnya itu.
Tiga meter dari pintu, langkah Chairun Nisa dan Cornelis terhenti. Belasan petugas KPK merangsek dan mendatangi mereka. Beberapa penjaga hendak menolong Akil, tapi langsung mundur begitu tahu yang datang petugas KPK.
Tanpa menyadari dirinya telah dipantau sejak lama, kedua kader teras Golkar itu telah menjadi korban koleganya sendiri, akibat dari persaingan kegiatan “calo perkara”, yang kini marak menjadi model pada hampir semua parpol.
Untuk mendapat tanggapan dari petinggi Golkar mengenai kasus tersebut di atas, sejak pagi tadi Kamis (10/10) telah mengirim daftar pertanyaan melalui pesan pendek kepada sejumlah petinggi Golkar termasuk kepada Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Sekjen Golkar Idrus Marham, tapi belum memperoleh jawaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar