Makassar-Bulan Sabit Kembar
Satu lagi isu yang sangat sensitif dan krusial dalam Islam adalah perbedaan prinsip-prinsip antara sunnah dan syi’ah yang terjadi sejak berabad-abad silam. Isu ini sebenarnya isu klasik, namun tidak pernah berakhir sampai saat ini, sehingga menjadi sebuah teka-teki. Selain bertentangan secara politik, sunnah dan syiah juga kemudian bertentangan secara teologis yang merupakan jurang pemisah antar agama.
Apabila menyentuh isu perbedaan pendapat, kebanyakan orang, termasuk para ulama, cendikiawan, para Alim Ulama dan pemikir Islam, mengaitkannya kepada isu persatuan umat Islam. Ringkasnya, mereka berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan perselisihan, percanggahan pendapat dengan menyeru umat Islam agar meninggalkan segala jenis perbedaan tersebut dan memberi tumpuan kepada persatuan umat Islam dengan cara menonjolkan persamaan. Persatuan umat Islam memang penting, tujuan dan seruan seperti ini tentu sangat mulia, namun masalah utama perlu juga diberikan perhatian, bahwa “Perbedaan adalah fitrah manusia”.
(وَلَوْ شَاء اللّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً) -المائدة: 48
(Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja
(وَلَوْ شَاء اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً)-الشورى: 8
(Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja
(وَلَوْ شَاء رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ) -هود: 118
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu
(وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ) -المؤمنون: 52
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu
(إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ) -الأنبياء: 92
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku
Berbalik dari perbedaan antara Sunni dan Syi’ah, pada dasarnya Ahlu Sunnah (sebagai umat mayoritas Islam sedunia mencapai 90%) dengan sekuat daya dan tenaga, telah melakukan usaha untuk mengurangi perbedaan dan mempersempit ruang perselisihan dengan Syi’ah, di antara usaha Ahlu Sunnah dalam hal ini adalah:
- Memperlihatkan kecintaan kepada Ahlul Bait[1].
- Memuliakan keempat Khulafa al-Rashidin sesuai urutan kesenioran (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali).
- Imam Ali lebih baik daripada Mu’awiah[2].
- Imam Husain Lebih baik daripada Yazid.
- Mengurangi “Pentakfiran”. Sementara Syi’ah Imamiah sampai saat ini menganggap ketiga khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman kafir[3].
- Ahlu Sunnah tidak pernah promosi mazhab di kalangan Syi’ah. Sementara Syi’ah giat dan sangat aktif mensyi’ahkan Ahlu Sunnah[4].
Golongan-golongan Syi’ah:
- Syi’ah Zaidiyah, golongan ini adalah golongan awal Syi’ah (Senior), ianya berkembang di Negara Yaman dan hampir 40% daripada penduduk tersebut adalah pengikut Zaidiyah.
- Syi’ah Imamiyah, golongan ini merupakan golongan Syiah yang terbesar, wujud di Iran dan Iraq. Golongan ini yang paling aktiv di dunia Islam, sehingga boleh didapati di beberapa buah negara seperti di Pakistan, Afghanistan, Lebanon dan Syiria, bahkan Indonesia sudah menjadi salah satu mazhab Islam.
- Syi’ah Isma’iliyah (Pendiri al-Azhar), golongan ini merupakan syi’ah yang ekstrim, sehingga semua golongan Sunni (Asy’ariyah, Maturidiyah), Mu’tazilah dan Ibadhiyah mengkafirkan mereka, bahkan sesame Syi’ah sendiri, Syi’ah Imamiyah dan Syi’ah Zaidiyah ikut mengharamkan dan mengkafirkan golongan tersebut. Pengikutnya di anggarkan berjumlah sekitar 2 juta orang dan berpusat di India. juga pengikutnya boleh di dapati di sekitar Asia Tengah, Iran, Syria dan Timur Afrika.
Namun disayangkan banyak pandangan dan penilaian tentang perbezaan Sunnah dan Syi’ah seperti pandangan bahwa ”Perbedaan sedikit sekali dibanding dengan persamaan”. Atau ”Perbedaan bukan pada masalah ushul, tapi perbedaan lebih kepada masalah furu”. Atau dikatakan ”Perbedaan hanya masalah-masalah kecil dan bukan masalah substansial”.
Ucapan-ucapan seperti ini banyak ditemui di berbagai forum-forum diskusi, baik nasional ataupun internasional. Juga dapat dibaca pada sebagian buku-buku ulama dan intelektual muslim di Timur Tengah, seperti DR. Ali Abdul Wahid Wafi dalam bukunya ”Baina as-Syi’ah wa Ahli Sunnah”, DR. Syami an-Nassyar, DR. Shabir Ta’iimah dalam bukunya ”Tahaddiyyat Amaama al-’Uruubah wa al-Islam”. Bahkan syekh Ghazali menegaskan bahwa, ”Sesungguhnya perselisihan yang terjadi antara Islam Sunnah dan Islam Syi’ah hakikatnya sama dengan perselisihan antara mazhab-mazhab fiqh Sunnah, seperti mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi’i”[5]. Dan baru-baru ini muncul fatwa yang penuh dengan kontroversi yang dikatakan oleh mufti Mesir, syekh Ali Jum’ah bahwa “Tidak ada perbedaan antara Syiah dan Sunni”. Atau “Perbedaan yang terjadi antara Sunnah dan Syi’ah bukan disebabkan faktor politik, melainkan hanyalah perbedaan memahami teks dan sumber-sumber penetapan hukum (istinbat)”[6].
Dalam persepsi yang sama ulama Syi’ahpun mengatakan demikian. Sayyid Kasyif al-Ghita’ berkata: ”Sesungguhnya perbedaan antara Sunnah dan Syi’ah hanyalah bersifat furu’iyah, dan hal ini biasa terjadi dalam persaudaraan”[7]
Untuk menyikapi pandangan para ulama seperti yang dipaparkan di atas, maka penulis ingin mengulas tentang hakikat pemahaman aqidah Sunnah dan Syi’ah, dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran hepotesa-hepotesa tersebut. (bersambung)
[1] Lihat: Dr. Mustafa Hilmi, Nadhariah al-Khilafah fi al-Fikri al-Islami, 120-160
[2] Lihat: Dr. Mahmoud Butar’ah, Nash’at al-Fikri al-Siyasi fi al-Islam, 226-228
[3] Lihat: Abd Malik al-Syafi’i, al-Fikru gl-Takfir Inda al-Syi’ah, 19-31
[4] Lihat: Dr. Taha Ali al-Sawah, Mauqif al-Azhar min al-Itsna ‘Asyariah, 175-202
[5] Syekh al-Ghazali, Kaifa Nafham al-Islam, hal: 144-145
[7] Lihat: al-Wihdah al-Islamiah, hal: 100, Muassasah al-A’alami, Lebanon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar