Sewaktu menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sangat agresif mengambil utang luar negeri. Katanya untuk memenuhi ambisinya mengatasi banjir. Di hadapan publik, Gubernur Jokowi mengatakan anti utang dari Bank Dunia. Namun faktanya utang terus ditimbun.
Peneliti senior dari Indonesia for Global Justice (IGJ), Salamuddin Daeng mengatakan, Gubernur Jokowi menanamkan proyek utangnya tersebut dengan Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP) atau Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI). Melalui Proyek JEDI, Bank Dunia memberikan pinjaman sebesar US$139,64 juta dan US$0,50 juta hibah bilateral. "Selama masa kampanye Pilpres JEDI/JUFMP diklaim sebagai mahakarya Gubernur Jokowi untuk mengkhiri banjir Jakarta," jelasnya.
Proyek utang akan mengeruk sekitar 67,5 km dari 11 bagian kanal utama dan 65 hektar dari empat waduk yang ada di Jakarta. Adapun Proyek utang bank dunia tersebut adalah Sungai Ciliwung-Gunung Sahari, Waduk Melati, Sungai Cengkareng, bagian hilir Sungai Sunter, Proyek Saluran Cideng Thamrin, Saluran Sentiong-Sunter, Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Selatan, Waduk Sunter Timur III, Saluran Tanjungan, bagian hilir Saluran Angke, Banjir Kanal Barat, bagian hulu Sungai Sunter, Saluran Grogol Sekretaris, Saluran Pakin-Kali Besar-Jelakang, Saluran Krukut-Cideng, Saluran Krukut Lama.
Mantan Gubernur DKI Joko Widodo sekarang sudah menjadi Presiden RI. Buah dari hasil kampanye adalah proyek proyek utang dari Bank Dunia. Namun banjir Jakarta bertambah parah, meski rakyat sudah banyak yang diusir dari areal yang menjadi lokasi proyek atas nama kepentingan umum. (fastnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar