Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) melayat Een Sukaesih (51 tahun), guru pejuang asal Sumedang. Guru teladan ini mengembuskan nafas terakhir pada Jumat (13/12/2014) pukul 15.20 WIB di RSUD Sumedang.
Aher tiba di rumah duka di Dusun Batukarut, RT 01/06, Desa Ciberuem Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (13/12/2014), sekitar pukul 07.30 WIB, ketika persiapan pemakaman almarhumah sedang berlangsung.
Selang beberapa saat Gubernur Aher bergabung di Rumah Pintar, tempat Ibu Een mendedikasikan hidupnya pada anak didiknya. Ia hanya mampu mengajar sambil terbaring akibat sakit yang dideritanya selama bertahun-tahun. Hadir pula Bupati Sumedang Ade Irawan.
Aher dalam sambutan pelepasan jenazah Ibu Een mengatakan berpulangnya tokoh pendidikan ini membuat masyarakat Jabar, bahkan Indonesia, kehilangan. Beliau, tandas Aher, sosok inspirator dan teladan bagi siapapun yang peduli dunia pendidikan.
"Tidak salah bila beliau disebut guru kalbu. Walaupun dalam kondisi terbaring karena sakit menahun, Ibu Guru Een tak kehilangan semangat untuk mengajar anak didiknya," ujar Aher.
Ditambahkan, semangat dan kepedulian sang guru pejuang bahkan belum tentu dimiliki pendidik yang sehat sekalipun. Beliau tak pernah mempersoalkan keterbatasan fisiknya, namun tetap fokus berupaya mencerdaskan anak didiknya.
"Karena itu, kita berharap agar Rumah Pintar yang diasuhnya terus dikelola, bahkan harus semakin berkembang. Pengabdian beliau harus mendorong kita agar lebih keras berjuang bagi dunia pendidikan, demi kecerdasan anak didik di manapun," papar Aher.
Sekitar pukul 08.00 WIB, Gubernur Jabar ikut melepas jenazah guru Een. Aher juga ikut menyalati jenazah almarhumah di Masjid Jami Al-ikhlas, tidak jauh dari rumah duka, bersama ratusan warga yang memadati Desa Ciberuem Wetan.
Gubernur mengantar jasad Ibu Een menuju ke peristirahatan terakhir. Aher dan Bupati Sumedang ikut menggotong keranda almarhumah menuju Tempat Pemakaman Umum Desa Ciberuem Wetan. Ratusan pelayat lainnya ikut mengantar ke pemakanan.
Een Sukaesih mulai mengalami gejala kelumpuhan sejak duduk di kelas 3 Sekolah Pendidikan Guru. Berdasar tes laboratorium pada 5 April 1982, Een divonis menderita Rheumathoid Artitis. Dalam kondisi sakit, Een menyelesaikan pendidikan Program Diploma 3, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, di IKIP Bandung.
Penyakit yang menderanya tidak membuat Een meninggalkan dunia pendidikan. Ia tetap mentransfer ilmunya kepada anak didiknya, meski dalam kondisi terbaring lemah, hingga akhir hayatnya.
Sumber : Islamedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar