Samah Aidah terganjal keputusan wasit. Gadis ini tak boleh bermain sepak bola karena mengenakan jilbab. Wasit berdalih, jilbab membahayakan Samah. Teman-teman setimnya yang berasal dari Overland High School, Aurora, Colorado, AS tak tinggal diam.
Sebagai bentuk solidaritas terhadap Samah dan protes kepada wasit, mereka berkerudung. Mereka menyungging senyum dalam seragam tim berwarna biru tua. Foto ini diunggah oleh salah satu anggota tim, Divine Davis ke akun Twitternya.
Tak lama berselang, dukungan pun berdatangan. Davis mengisahkan aksinya bersama teman-teman setim. Pada 12 Maret merupakan pertandingan pertama mereka. Itu saat wasit menyatakan Samah tak bisa ikut bertanding karena jilbabnya.
‘’Sehari kemudian, kami semua memakai jilbab,’’ katanya seperti dikutip laman berita OnIslam, Selasa (18/3). Huffington Post juga mengangkat aksi solidaritas ini. ‘’The Awesome Lesson This Team Taught Us About Equality,’’ demikian tema Huffington Post.
Menurut Davis, respons positif silih berganti setelah ia beraksi dengan mengunggah foto di akun Twitternya. ‘’Wasit tak akan membiarkan Samah bermain dengan jilbab, maka hari ini kami semua menggunakan jilbab saat bertanding.’’ Dengan hashtag #lovemyteam #letsamahplay.”
Davis mengungkapkan, foto itu diambil sebelum pertandingan sehari setelah pelarangan. Dan akhirnya, Samah diizinkan untuk bermain bersama timnya. Davis mengatakan, melalui Twitter, ia hanya mengabarkan kepada teman-temannya apa yang timnya lakukan.
Tak disangka, melalui Twitter, Davis menuai dukungan dari seluruh penjuru dunia. Akun @KiranMK0822 berkicau, “Terima kasih karena mendukung sesuatu yang benar. Dan terima kasih dari seorang hijabi yang biasa bermain badminton dengan tetap berjilbab!’’
Dukungan lain disampaikan oleh @KingNegronidas.’’Berteriaklah gadis-gadis sepak bola Overland untuk menegakkan kebenaran. Bangga dengan kalian, gadis-gadis muda.’’ Pujian juga terucap dari @GaelynCrowder.
‘’Hormat untuk kalian teman-teman. Kalian mempunyai sikap yang hebat. Itulah cara untuk mempertahankan hal-hal yang diyakini kalian benar.’’ Sanjungan lain datang dari @samreennnnn,’’Kalian selama ini adalah pemain, tapi kali ini kalian merupakan sebuah tim.’’
Badan sepak bola internasional, FIFA, melarang pemain perempuan berjilbab pada 2007. Mereka mengatakan, jilbab berpotensi menimbulkan cedera pada kepala atau leher. Namun, pada 1 Maret lalu, FIFA mencabut larangan tersebut.
Apalagi semakin banyak Muslimah berjilbab yang tertarik bermain sepak bola. Namun, wasit di Colorado itu mengabaikan keputusan FIFA. Dan beruntung, tulis Huffington Post, ‘’Tim sepak bola Overland High School mengajarkan mereka tentang kesetaraan.’’
Saat ini, Muslim di AS berjumlah sekitar enam hingga delapan juta. Lembaga survei Gallup mengungkapkan, mayoritas Muslim Amerika setia dengan negaranya. Mereka juga optimistis dengan masa depannya di negara adi daya ini.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Sebagai bentuk solidaritas terhadap Samah dan protes kepada wasit, mereka berkerudung. Mereka menyungging senyum dalam seragam tim berwarna biru tua. Foto ini diunggah oleh salah satu anggota tim, Divine Davis ke akun Twitternya.
Tak lama berselang, dukungan pun berdatangan. Davis mengisahkan aksinya bersama teman-teman setim. Pada 12 Maret merupakan pertandingan pertama mereka. Itu saat wasit menyatakan Samah tak bisa ikut bertanding karena jilbabnya.
‘’Sehari kemudian, kami semua memakai jilbab,’’ katanya seperti dikutip laman berita OnIslam, Selasa (18/3). Huffington Post juga mengangkat aksi solidaritas ini. ‘’The Awesome Lesson This Team Taught Us About Equality,’’ demikian tema Huffington Post.
Menurut Davis, respons positif silih berganti setelah ia beraksi dengan mengunggah foto di akun Twitternya. ‘’Wasit tak akan membiarkan Samah bermain dengan jilbab, maka hari ini kami semua menggunakan jilbab saat bertanding.’’ Dengan hashtag #lovemyteam #letsamahplay.”
Davis mengungkapkan, foto itu diambil sebelum pertandingan sehari setelah pelarangan. Dan akhirnya, Samah diizinkan untuk bermain bersama timnya. Davis mengatakan, melalui Twitter, ia hanya mengabarkan kepada teman-temannya apa yang timnya lakukan.
Tak disangka, melalui Twitter, Davis menuai dukungan dari seluruh penjuru dunia. Akun @KiranMK0822 berkicau, “Terima kasih karena mendukung sesuatu yang benar. Dan terima kasih dari seorang hijabi yang biasa bermain badminton dengan tetap berjilbab!’’
Dukungan lain disampaikan oleh @KingNegronidas.’’Berteriaklah gadis-gadis sepak bola Overland untuk menegakkan kebenaran. Bangga dengan kalian, gadis-gadis muda.’’ Pujian juga terucap dari @GaelynCrowder.
‘’Hormat untuk kalian teman-teman. Kalian mempunyai sikap yang hebat. Itulah cara untuk mempertahankan hal-hal yang diyakini kalian benar.’’ Sanjungan lain datang dari @samreennnnn,’’Kalian selama ini adalah pemain, tapi kali ini kalian merupakan sebuah tim.’’
Badan sepak bola internasional, FIFA, melarang pemain perempuan berjilbab pada 2007. Mereka mengatakan, jilbab berpotensi menimbulkan cedera pada kepala atau leher. Namun, pada 1 Maret lalu, FIFA mencabut larangan tersebut.
Apalagi semakin banyak Muslimah berjilbab yang tertarik bermain sepak bola. Namun, wasit di Colorado itu mengabaikan keputusan FIFA. Dan beruntung, tulis Huffington Post, ‘’Tim sepak bola Overland High School mengajarkan mereka tentang kesetaraan.’’
Saat ini, Muslim di AS berjumlah sekitar enam hingga delapan juta. Lembaga survei Gallup mengungkapkan, mayoritas Muslim Amerika setia dengan negaranya. Mereka juga optimistis dengan masa depannya di negara adi daya ini.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar