Politik telah membunuh nyawa orang orang suci , Al-Husain cucu Nabi SAW , menyalib Abdullah Ibnu Zubair, dan menyembelih Sa’id ibn Jubair.
Dan, politiklah yang membuat sepi halaqah-halaqah ilmu, ta’lim ta’lim pencerah kesadaran, dan lembaga- lembaga pengetahuan.
Politik seperti bunglon, setiap hari berganti warna. Seperti Ular, lembut disentuh namun punya racun yang sangat membunuh, Seperti buah Basil, aromanya wangi namun rasanya pahit. Batinnya hanya upaya mengejar yang terdepan, dan penyakit ingin berkuasa, sedang zahirnya atau tampilannya seperti upaya menyelamat manusia, memperbaiki dunia, dan membahagiakan rakyat.
Orang yang terjun ke gelanggang politik tanpa bekal takwa dan niat mencari keridhaan Allah, pasti akan melupakan akhiratnya, menjual agama, melepaskan pahala, melenyapkan ganjaran, meletihkan jiwa, dan menggadaikan kepalanya.
Politik tanpa disertai cahaya wahyu, membawa syari’at, dan kepentingan agama , tak lain dari hiasan janji-janji palsu dan menipu, bedak kemunafikan, topeng kebatilan, dan tumpukan kebohongan.
Politik tanpa Syariat Islam adalah penghalalan darah, perampasan harta, dan perbudakan manusia. Itulah tiga dosa manusia, politik kelak akan menjadi jerat bagi si lugu dan perangkap bagi si bodoh.
Orang yang telah terpesona olehnya, jika anda biarkan, mereka akan semakin dahaga, dan jika anda halau, mereka akan semakin dahaga juga. Mereka akan mengalirkan darah dengan alasan melindungi agama, merampas harta dengan dalih melindungi hak-hak asasi manusia, dan memperbudak manusia manusia dengan semboyan menyatukan suara dan memperbanyak suara.
Orang-orang shaleh sering memilih untuk menghindari politik saat gerbangnya terbuka lebar untuk mereka, meskipun dunia sedemikian menggoda, zaman sangat mendukung, harta begitu menggiurkan, dan umur mereka masih terukur muda . Mereka ditawari berbagai kenikmatan, kesuksesan cepat . Mereka diminta masuk , tetapi mereka menghindar, mereka ditawari kenikmatan , tetapi mereka tetap menolak. Kemudian setelah itu , datanglah generasi yang rela berimpit-impitan di gerbang politik, mengorbankan apapun meskipun gerbang itu tertutup rapat.
- Syeikh Aidh Al Qarny-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar