Mush'ab Bin Umair, Utusannya Sang Utusan Allah - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

9 Agustus 2013

Mush'ab Bin Umair, Utusannya Sang Utusan Allah

Sepulang dari mengikat janji dengan RasuluLlah di lembah Aqabah, ummat Islam Yastrib segera pulang kembali ke kotanya dan mulai menyusun strategi da'wah yang akan diterapkan di Yastrib. Situasi "ipoleksus" Yastrib saat itu benar-benar memerlukan pemikiran dan kerja bersama untuk menghadapinya. Saat itu jalur ekonomi dan politik dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Sistem riba yang diterapkan Yahudi sangat mengganggu roda perekonomian, dimana kesenjangan antara kaya dan miskin teramat kentara.

    Sementara itu kesatuan masyarakat Yastrib yang terdiri dari berbagai suku, selalu dalam kondisi terpecah dan saling curiga, ditambah dengan intrik-intrik Yahudi yang selalu meniupkan rasa permusuhan di antara mereka. Opini umum saat itu juga dikuasai Yahudi. Kedaan diperparah dengan kepercayaan tradisi leluhur dan animisme yang membelenggu cara berpikir masyarakat. Singkatnya,jalan da'wah di Yastrib masih terasa teramat sulit.

    Hasil pengamatan lapangan ini semua memerlukan analisis dan penyusunan strategi yang briliant, dan juga sekaligus "bil hikmah" serta "istiqomah". Perlu pendekatan kompromistis tanpa harus menyelewengkan nilai-nilai al-Islam. Mereka berpikir keras dan menyusun strategi. Akhirnya diputuskan untuk menempuh jalan da'wah sirriyyah (da'wah secara diam-diam).

    Dalam musyawarah pasca Aqabah itu, diputuskan juga untuk menugaskan seseorang untuk menghadap RasuluLlah, meminta kepada beliau untuk mengirimkan  seorang da'i dan instruktur ke Yastrib. Da'i ini dipandang sangat perlu untuk mengajar "alif-ba-ta"nya ajaran-ajaran Al-Qur'an, sekaligus menjadi "uswah" mereka dalam cara hidup yang Islami. Menurut mereka inilah cara terbaik untuk meningkatkan akselerasi da'wah di Yastrib, tanpa harus kehilangan arah.

    RasuluLlah sangat menghargai nilai strategis yang telah diputuskan oleh kaum muslimin Yastrib, beliau juga sangat memahami obsesi yang mereka miliki saat itu. Akhirnya, beliau memutuskan untuk mengabulkan permohonan delegasi Yastrib, serta menunjuk Mush'ab al Khair bin 'Umair RA. Tentunya bukan tanpa alasan RasuluLlah memilih pemuda pendiam yang satu ini. Beberapa sisi kehidupan yang ada pada diri Mush'ab sangat menentukan dalam mengantarkannya menduduki jabatan penting ini. Ia adalah kader RasuluLlah hasil binaan dan tempaan madrasah Arqom bin Arqom. Dengan begitu kualitas dan taat asasnya sangat terjamin.

    Mush'ab  adalah tipe muslim yang mengutamakan banyak kerja. Dengan sikap "sami'na wa atho'na", Mush'ab menerima tugas yang diamanahkan RasululuLlah ke atas pundaknya. Jadilah ia seorang utusan dari Sang Utusan. Dengan segera, sesampainya di Yastrib, Mush'ab menemui para naqib (pimpinan kelompok) yang ditunjuk RasuluLlah di Aqabah. Dengan mereka, Mush'ab membuat outline langkah-langkah da'wah yang akan mereka lakukan. Untuk menghindari benturan langsung dengan masyarakat Yahudi, yang saat itu sangat geram karena mengetahui bahwa Nabi Terakhir ternyata bukan dari kalangan mereka, Mush'ab menetapkan untuk mempertahankan jalan da'wah secara sirriyyah. Disamping itu, ditetapkan untuk mempertinggi intensitas da'wah kepada beberapa kabilah, terutama Aus dan Khajraj, karena kedua kabilah ini dinberwenang untuk memutuskan langkah da'wah selanjutnya. Untuk itu Mush'ab mengirim utusan kepada RasuluLlah untuk meminta pendapat beliau mengenai langkah da'wah selanjutnya, apakah perlu diadakan "show of force" dengan sholat berjamaah.

    Musim haji tiba! Mush'ab bersama tujuh puluh-an muslim Yastrib menuju Makkah dengan tujuan utama menemui pimpinannya: RasuluLlah SAW, untuk melaporkan hasil dan problema da'wah di Yastrib, serta mengantarkan para muslimin Yastrib untuk berbai'ah kepada RasuluLlah  SAW. Mush'ab tidak berlama-lama di kampung halamannya, karena tugasnya di Yastrib telah menanti. Beliau segera kembali bersama rombongan menuju ke Yastrib untuk semakin menggiatkan aktifitas da'wah, serta mempersiapkan kondisi bila sewaktu-waktu RasuluLlah dan muslimin Makkah berhijrah ke Yastrib. Penerapan nilai-nilai Islam di Yastrib berjalan mulus,murni dan konsekuen. Kaum Yahudi tidak banyak berbicara, mereka melihat kekuatan muslimin yang semakin besar, sulit untuk dipecah. Singkatnya, saat itu, kota Yastrib dan mayoritas penduduknya telah siap secara aqidah dan siyasah (politik). Mereka dengan antusias menantikan kedatangan RasuluLlah dan muslimin Makkah.

    Akhirnya,  sampailah  para muhajirrin  dari  Makkah  di Madinah ...Islam berkembang semakin luas dan kuat. Pada titik ini, bukan berartiMush'ab minta pensiun, karena beliau menyadari bahwa tugas seorang da'i takkenal henti. Beliau tetap terlibat aktif dalam da'wah dan peperangan. Beliau mendapatkan syahid-nya di medan pertempuran Uhud. RasuluLlah sangat terharu sampai menitikkan air mata ketika melihat jenazah Mush'ab. Kain yang dipakai untuk mengkafaninya tidak cukup, bila ditarik untuk menutupi kepalanya,  tersingkaplah bagian kakinya, dan bila di tarik ke bawah, tersingkapla bagian kepalanya. RasuluLlah  terkenang dengan masa muda pemuda Quraisy ini yang mempunyai puluhan pasang pakaian yang indah-indah. Saat itulah RasuluLlah membaca bagian dari surat al-Ahzab ayat 23:

 "Sebagian mu'min ada yang telah menepati janji mereka kepada ALlah, sebagian mereka mati syahid, sebagian lainnya masih  menunggu, dan mereka memang tidak pernah mengingkari janji."

    Mush'ab  bin 'Umair wafat dalam usia belum lagi 40 tahun. Ia masih muda, tidak sempat melihat hasil positif dari kerja akbar yang telah dilakukannya. Semoga ALlah Rabbul Jalil merahmati Mush'ab al-Khair bin 'Umair.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here