Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia ( BI) Mirza Adityaswara meminta masyarakat tidak menghubungkan depresiasi (pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing) dengan keputusan penetapan Ketua MPR kemarin.
"Kamu ini cari-cari hubungannya nih," kata Mirza di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta, Rabu, 8 Oktober 2014.
Siang ini, rupiah memang terdepresiasi ke angka Rp12.258 per US D. Menurut Mirza, kondisi nilai tukar rupiah yang kembali keok hari ini disebabkan karena sentimen negatif yang ada di luar negeri ataupun di dalam negeri.
"Begini lho, saat ini memang ada trend penguatan dolar terhadap mata uang negara-negara lainnya. karena Amerika Serikat (AS) pertumbuhan ekonomi membaik kemudian suku bunga AS akan segera naik di tahun depan," jelas Mirza.
Kondisi tersebut, membuat asset AS menjadi lebih menarik. Menurutnya, pelemahan nilai tukar pun tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Di negara-negara emerging market (negara berkembang) seperti Thailand, Filipina, dan Singapura pun juga mengalami pelemahan nilai tukar.
"Tapi kita lihat mata uang negara Thailand, Filipina, Singapura pun melemah juga terhadap mata uang euro, dolar menguat. Itu adalah trend dunianya. Itu faktor ekstrenal yang kita tidak bisa hindari," kata Mirza.
Lebih lanjut Mirza mengatakan, untuk di dalam negeri, sentimen negatif lebih diakibatkan oleh defisit neraca perdagangan pada Agustus 2014 yang mencapai USD318,1 juta.
"Kalau dalam negeri kita ini masih mengalami defisit ekspor dan impor ada surplus kalau kita jumlahkan non migas ada surplus, tapi enggak banyak surplusnya," tegasnya.
Sebab itu, pihaknya akan melakukan sejumlah upaya agar neraca perdagangan Indonesia dapat kembali surplus, salah satunya melalui dorongan untuk meningkatkan ekspor manufaktur.
"Indonesia membutuhkan ekpor yang meningkat terutama manufaktur karena ekspor komoditi batu bara dan kelapa sawit harganya turun jadinya kita mendukung bagaimana memperkuat ekspor manufaktur. Jadi itu faktor luar negeri itu adanya faktor penguatan suku bunga AS kalau dalam negeri defisit dari ekspor impor kita," pungkas Mirza.
Sumber : pks piyungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar