Mungkin hanya PKS yang paling ribet dan paling banyak maunya bila diajak berkoalisi. LIhat saja mau diajak berkoalisi Gerindra harus mengirim surat ajakan resmi berkoalisi ke PKS. Padahal diparpol lain cukup menemui ketua umumnya sudah cukup.
Setelah itu suratnya pun harus dibahas pula dalam Musyawarah Majlis Syuro yang berangotakan 99 orang. Diparpol lain urusan kaya begini cukup diwakilkan oleh ketua umum saja.Disini terlihat PKS bukan milik petinggi parpol yang begitu mudahnya mengarahkan parpol sesuai kemauan ketua umumnya.
Setelah dibahas bukan langsung disetujui tapi perlu dibuat tim untuk penjajakkan format koalisi yang dibangun. Saat ini, menurut Gerindra, mereka masih mempelajari format koalisi yang diusulkan oleh PKS. Di parpol lain, seperti Nasdem dan PKB, mereka manut saja dengan apapun keputusan PDIP dan MEgawati.
Apa sih kemauan PKS ? Pertama, pembahasan tentang Karcisnya. Yaitu syarat pemenuhan pencalonan presiden. Kedua, tahapan pemenangan pilpres. Ketiga, bila menang bagaimana pemerintahan berjalan efektif dan kuat. Bila kalah, bagaimana membangun oposisi yang konstuktif sebagai penyeimbang dan koreksi terhadap kebijakan pemerintah
Dipartai lain, yang penting menang dulu aja. Kalau udah menang baru dipikirkan bagaimana mengelola pemerintah. Kalau kalah ya sudah bubar saja.
Disini terlihat PKS sangat antisipatif dengan beragam kemungkinan yang terjadi. Ikut berkontribusi dalam pemenangan juga memiliki keseriusan yang super full terhadap koalisi yang diusung. Jadi hadirnya PKS dalam koalisi bukan sekedar hanya memberikan karcis agar bisa mengusung Capres
PKS juga menginginkan arah yang jelas terhadap koalisi, kerja yang jelas dari koalisi dan program yang jelas dari koalisi. PKS juga menginginkan koalisi bukan dijadikan alat stempel dari ketua koalisi. Jadi wajar saja bila mengajak berkoalisi dengan PKS sangat ribet dan repot.
Bagi PKS, koalisi bukanlah obrolan diwarung kopi oleh segelintir ketua umum Parpol. Tetapi keputusan tim yang dimatangkan dalam majlis syuro.(nasrullohmu)
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar