Wacana dan program pasangan Capres 2 yang anti norma-norma Ketimuran dan Keislaman, semakin mengindikasikan, Indonesia akan digiring ke arah konflik horizontal. Jangankan berbicara "mensejahterakan", hal paling mendasar saja berupa kebersamaan dalam kebhinekaan, nampak tidak akan tercapai. Terlebih pasangan Jokowi-JK, mutlak didukung koalisi Syi'ah-Liberal-Sekuler-dan pelaku kemungkaran. Plus, sebagai partai juara korupsi dan mafia BLBI, PDIP nampaknya sarat dengan kepentingan melindungi kroni-kroni dan para jenderal seram yang sangat anti terhadap Islam dan umatnya.
Tentunya, memilih Prabowo-Hatta, bukanlah pilihan manis laksana madu. Bagi kita, memilih Prabowo-Hatta tak ubahnya memilih obat pahit, namun diharapkan bisa menyehatkan di kemudian hari. Prabowo yang "sendiri", tak ubahnya gelas kosong. Agak kusam memang. Namun tokoh-tokoh dari parpol koalisi yang notabene berasal dari Parpol Islam, sangat terbuka untuk memaksimalkan kondisi kesendirian Prabowo yang cenderung termarjinalkan dari lingkaran para mantan jenderal. Lain halnya dengan Jokowi. Ia sudah menahbiskan diri sebagai boneka terbaik, yang akan menjalankan setiap perintah sang dalang. Sosok yang telah membuat Indonesia terkotak-kotak.
Kasus Dolly misalnya. Dukungan mutlak parpol pendukung Jokowi (terhadap keberadaan Dolly -ed), sepatutnya membuat kita sedikit merenung, mau dibawa kemana Indonesia? Saya meyakini, seandainya Prabowo-Hatta yang didukung parpol Islam menang dalam Pemilu nanti. Dipastikan, tak akan ada 1 orang Kristen pun yang dibunuh, gereja yang dibakar, atau seorang Hindu-Budha yang dicincang. Namun jika Jokowi yang menang, bisa dipastikan kekejaman Densus 88 akan semakin merajalela. Terlebih ambisi PDIP untuk menjadikan kepolisian sebagai underbow penguasa.
Jadi pada hakikatnya. Memilih Prabowo-Hatta adalah perlawanan paling minimal kita terhadap segala kemungkaran, yang jika Jokowi berkuasa, ada indikasi segala bentuk kemungkaran-kemaksiatan akan dilegalformalkan. Didukung dengan dalil-dalih agama yang telah dipelesetkan oleh jajaran kaum Syi'ah-LIberal-Ahmadiyah-Sekuler-Islamphobia. Di sisi lain, isu-isu Komando Jihad-NII-atau aksi-aksi anarkisme negara akan semakin tumbuh subur.
Jangan salahkan nanti, bila era LB Moerdani di tahun 80-an kembali terulang. Berjamaah di masjid diawasi. Berkumpul lebih dari 3 orang harus siap-siap diinterogasi. Malah lebih parahnya, rakyat Indonesia akan diarahkan untuk menjadi ahli mabuk, ahli maksiat, ahli zina, ahli narkoba, ahli premanisme. Mau? (by SELIDIK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar