Penampilannya tenang. Senyumnya meneduhkan hati. Kopiah di kepala melengkapi penampilannya. Dialah Imam Asim Hafiz. Pria 37 tahun ini merupakan imam muslim pertama yang menjadi penasehat di Kementerian Pertahanan Inggris. Sehari-hari tugasnya memberikan bimbingan rohani kepada tentara Muslim Inggris.
Mungkin tak banyak orang yang menyangka imam yang lahir dan besar di Birmingham, Ingris, ini dulunya bekerja sebagai penjaga pintu di kelab malam. Pekerjaan ini dia lakoni selama kuliah di Universitas Swansea. Saat itu pula dia menemukan Islam.
Asim memperdalam ajaran Islam hingga akhirnya menjadi aktivis dakwah. Hari-hari berikutnya, dia secara reguler berkhotbah di masjid kampus.Dia juga pernah menjadi imam di Penjara Wandsworth, di bagian selatan London.
Kesibukan Asim dalam sebagai aktivis dakwah membawanya bergabung dalam Majelis Pemerintah Wales. Posisinya sebagai Kepala Unit Persamaan Agama dan Ras. Sebuah keputusan menarik saat dia memilih bergabung ke militer, sembilan tahun lalu. Saat itu usianya baru 29 tahun.
Dunia militer Inggris ternyata cukup toleran kepada pasukannya yang memeluk Islam. Asim misalnya, selalu mendapat kesempatan menjalankan shalat lima waktu. Dia juga diperkenankan berpuasa. Bahkan makanan halal disediakan secara khusus bagi anggotanya yang muslim.
Peran Asim di militer makin menonjol saat negaranya terlibat dalam konflik Afghanistan. Dia menjadi pembimbing spiritual dalam keseharian muslim yang bergabung dalam seragam pasukan Inggris. Atas jasanya Asim mendapat penghargaan Officer of the Order of the British Empire (OBE). Sebuah penghargaan kepahlawanan yang diberikan negara karena jasanya dalam militer.
Semakin hari jumlah muslim yang masuk dalam jajaran militer Inggris meningkat. Menurut Asim kondisi ini merupakan proses alami di tengah masyarakat Inggris yang makin toleran. “Bagi muslim, mencintai negara dan melayani masyarakat merupakan bagian penting dari keyakinan,” kata Asim seperti dikutip situs resmi pemerintah Inggris, gov.uk, bulan lalu.(pkskelapadua)
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar