“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diturunkan (kepada mereka)”. (Q.s. Al-Hadid [57]: 16).
Sesungguhnya Kitab Allah yang mulia memiliki kedudukan tertinggi dalam diri setiap muslim. Karena ia adalah cahaya terang yang menerangi, yang dengannya seorang muslim mendapat petunjuk.
Ia adalah ruh yang dengannya seorang muslim hidup. Ia adalah jalan lurus yang Allah telah menjamin akan menjaganya. Dan Dia telah mengabarkan bahwa seandainya Dia menurunkannya kepada gunung-gunung yang tertancap kokoh, maka gunung-gunung itu akan hancur berkeping-keping. Dia berfirman,
“Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.” (Q.s. al-Hasyr [59]: 21).
Menangis saat membaca Al-Quran dan berdzikir adalah sifat orang-orang yang mengenal Allah dan syi’ar hamba-hamba Allah yang shalih. Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu sebelumnya apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tersungkur di atas wajah mereka sambil bersujud, dan mereka berkata, ‘Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.’ Dan mereka menyungkurkan wajah mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Q.s. al-Isra’ [17]: 107-109).
Al-Qurthubi rahimahullah berkata: Firman-Nya, “Mereka menyungkurkan wajah mereka sambil bersujud”, ini mubalaghah (hiperbola) dalam mensifati dan memuji mereka. Adalah sepantasnya bagi setiap orang yang berilmu untuk sampai pada tingkatan ini, maka ia khusyu’, tunduk dan rendah saat mendengarkan Al-Quran. Ia berkata: Di dalam ayat ini terdapat dalil bolehnya menangis dalam shalat karena takut kepada Allah Ta’ala atau menangisi maksiatnya terhadap ajaran Allah. Yang demikian itu tidak memutus dan membahayakan shalatnya. (Ahkamul Qur’an, Al-Qurthubi, juz X, hal. 341).
Abdul A’la at-Taimi mengatakan, “Barangsiapa diberi ilmu yang tidak membuatnya menangis, berarti dia tidak diberi ilmu yang bermanfaat untuknya. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala mensifati para ulama dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu” hingga firman-Nya: “Sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Q.s. Al-Isra [17]: 107-109).
Dan sesungguhnya apa yang terjadi saat mendengarkan Al-Quran dan dzikir yang disyariatkan berupa ketakutan hati, air mata, bergetarnya tubuh, adalah keadaan paling utama yang dinyatakan oleh Al-Quran dan sunnah. (Zadul Masir, Ibnul Jauzi, Juz V, Hal. 98).
Allah ta’ala berfirman:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (Q.s. az-Zumar [39]: 23).
Dan Dia berfirman:
“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka tunduk bersujud dan menangis.” (Q.s. Maryam [19]: 58).
Al-Qurthubi rahimahullah berkata: Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa ayat-ayat Allah memiliki pengaruh dalam hati. (Ahkamul Qur’an, Al-Qurthubi, Juz XI, Hal. 120).
Sesungguhnya kelembutan hati dan air mata saat membaca Al-Quran adalah di antara ciri salafusshalih -semoga Allah meridhai mereka-. Pernahkah Anda menangis ketika membaca ayat-ayat suci Al-Quran? Menangislah karena-Nya.(Dakwatuna)
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Sesungguhnya Kitab Allah yang mulia memiliki kedudukan tertinggi dalam diri setiap muslim. Karena ia adalah cahaya terang yang menerangi, yang dengannya seorang muslim mendapat petunjuk.
Ia adalah ruh yang dengannya seorang muslim hidup. Ia adalah jalan lurus yang Allah telah menjamin akan menjaganya. Dan Dia telah mengabarkan bahwa seandainya Dia menurunkannya kepada gunung-gunung yang tertancap kokoh, maka gunung-gunung itu akan hancur berkeping-keping. Dia berfirman,
“Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.” (Q.s. al-Hasyr [59]: 21).
Menangis saat membaca Al-Quran dan berdzikir adalah sifat orang-orang yang mengenal Allah dan syi’ar hamba-hamba Allah yang shalih. Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu sebelumnya apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tersungkur di atas wajah mereka sambil bersujud, dan mereka berkata, ‘Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.’ Dan mereka menyungkurkan wajah mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Q.s. al-Isra’ [17]: 107-109).
Al-Qurthubi rahimahullah berkata: Firman-Nya, “Mereka menyungkurkan wajah mereka sambil bersujud”, ini mubalaghah (hiperbola) dalam mensifati dan memuji mereka. Adalah sepantasnya bagi setiap orang yang berilmu untuk sampai pada tingkatan ini, maka ia khusyu’, tunduk dan rendah saat mendengarkan Al-Quran. Ia berkata: Di dalam ayat ini terdapat dalil bolehnya menangis dalam shalat karena takut kepada Allah Ta’ala atau menangisi maksiatnya terhadap ajaran Allah. Yang demikian itu tidak memutus dan membahayakan shalatnya. (Ahkamul Qur’an, Al-Qurthubi, juz X, hal. 341).
Abdul A’la at-Taimi mengatakan, “Barangsiapa diberi ilmu yang tidak membuatnya menangis, berarti dia tidak diberi ilmu yang bermanfaat untuknya. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala mensifati para ulama dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu” hingga firman-Nya: “Sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Q.s. Al-Isra [17]: 107-109).
Dan sesungguhnya apa yang terjadi saat mendengarkan Al-Quran dan dzikir yang disyariatkan berupa ketakutan hati, air mata, bergetarnya tubuh, adalah keadaan paling utama yang dinyatakan oleh Al-Quran dan sunnah. (Zadul Masir, Ibnul Jauzi, Juz V, Hal. 98).
Allah ta’ala berfirman:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (Q.s. az-Zumar [39]: 23).
Dan Dia berfirman:
“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka tunduk bersujud dan menangis.” (Q.s. Maryam [19]: 58).
Al-Qurthubi rahimahullah berkata: Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa ayat-ayat Allah memiliki pengaruh dalam hati. (Ahkamul Qur’an, Al-Qurthubi, Juz XI, Hal. 120).
Sesungguhnya kelembutan hati dan air mata saat membaca Al-Quran adalah di antara ciri salafusshalih -semoga Allah meridhai mereka-. Pernahkah Anda menangis ketika membaca ayat-ayat suci Al-Quran? Menangislah karena-Nya.(Dakwatuna)
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar