Siapa Prabowo Subianto Sebenarnya? - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

29 April 2014

Siapa Prabowo Subianto Sebenarnya?

Prabowo Subianto adalah anak dari begawan ekonomi, Soemitro Djojohadikusumo, yang menikah dengan Dora Siregar. Apabila ditelusuri lebih jauh, Prabowo adalah cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI 46) yang juga merupakan ketua Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPARI) pertama serta anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Apabila ditelusuri lebih jauh lagi, Prabowo adalah keturunan dari Adipati Mrapat, bupati Kadipaten Banyumas pertama yang salah satu kakek buyutnya adalah Panglima Laskar Diponegoro untuk wilayah Gowong (Kedu), atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Tumenggung Kertanegara III.

Semasa kecil, Prabowo dididik dengan keras oleh ayah dan ibunya. Hal ini dilakukan agar ia tumbuh menjadi pribadi yang disiplin dan tegas. Soemitro, ayah Prabowo, mengaku bahwa dalam mendidik anak, ia menerapkan dua sistem. Pertama, kalau anak meminta waktu, maka orang tua harus meluangkan. Kedua, orang tua tidak boleh meremehkan anak seberapa pun nakalnya anak itu. Sementara, Dora, ibu Prabowo, mengaku bahwa dalam mendidik anak, ia menerapkan sistem disiplin ketat. Tata karma dan etika Belanda diterapkan Dora dalam mendidik anak, sebagaimana didikan yang ia terima waktu kecil dari kedua orang tuanya yang sama-sama berpendidikan Belanda.

Prabowo kecil adalah anak yang sangat keras. Sifat kerasnya itu sering terlihat mana kala ia makan bersama keluarganya di meja makan. Prabowo tidak mau mengikuti tata karma dan etika yang diajarkan oleh ibunya di meja makan. Karena itu, ketika makan, tangannya sering kesana kemari dan ia tidak mau melipat serbet diatas pangkuannya. Sifat kerasnya ini sepertinya diturunkan dari ibunya. Namun, meskipun dikenal sebagai anak yang keras, Prabowo juga memperlihatkan bahwa ia memiliki gaya berpikir yang kritis dan bebas yang diturunkan oleh ayahnya.

 Setiap harinya, Prabowo juga suka bermain perang-perangan bersama teman-temannya di halaman belakang rumah. Ketika bermain, ia suka menjadi tokoh baik, seperti tentara yang menenteng pistol mainan. Bahkan, ia santa serius jika bermain menjadi tentara. Teman-teman sepermainannya suka meniru gayanya, terlebih terkait cara memegang senjata. Prabowo pun diminta untuk mengajarkan bagaimana cara memegan senjata yang baik yang dinilai teman-temannya persis seperti tentara perang. Sifat Prabowo tersebut sepertinya menunjukkan bahwa ia sangat tertarik dengan dunia militer.

Berpindah-pindah Tempat Tinggal dan Sekolah

Prabowo kecil mulai diajak pindah keluarganya ke Singapura pada sekitar tahun 1950. Waktu itu, Des Alwi, sosok yang kemudian menjadi diplomat senior Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, menemui Dora di Palembang. Ia mengajak Dora serta anak-anaknya, termasuk Prabowo, untuk pindah ke Singapura karena alasan keamanan.




Des Alwi dan Soemitro adalah sahabat lama sejak mereka masih sama-sama aktif menjadi pentolan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Des membantu keluarga Soemitro pindah ke luar negeri karena merasa bahwa keluarga Soemitro harus dilindungi. Selain itu, ia juga merasa senasib dengan keluarga Soemitro karena sama-sama diburu aparat keamanan ketika terlibat dalam pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).

Sementara, Soemitro pada saat itu masih bergabung dengan Permesta dan ia bersama para petinggi Permesta sedang mempersiapkan deklarasi Permesta yang pada akhirnya digelar pada tahun 1957. Sebenarnya, selain keluarga Prabowo, ada sekitar sepuluh keluarga yang diajak Des Alwi untuk pindah ke Singapura, di antaranya adalah keluarga Tan Goan Po alias Paul Mawira. Paul Mawira ini adalah sahabat Soemitro yang juga seorang ekonom dan pernah aktif di PSI. Setibanya di Singapura, keluarga-keluarga pelarian Permesta ini tinggal berdekatan di
kawasan Bukit Timah. Keluarga Soemitro tinggal di Delkeith Road, sementara keluarga Kartodirdjo tinggal di Margoliouth Road.

Pada sekitar tahun 1959, karena sebuah alasan yang tidak disebutkan dalam berita, keluarga-keluarga pelarian Permesta ini pindah lagi. Sebagian ada yang pindah ke Penang, Malaysia, sementara sebagian yang lain ada yang pindah ke Hongkong. Keluarga yang pindah ke Penang adalah keluarga Kartodirdjo. Adapun keluarga yang pindah ke Hongkong antara lain keluarga Soemitro dan keluarga Des Alwi. Di sana, mereka sudah disediakan tempat tinggal oleh kolonel Jacob Frederick Warouw yang tak lain adalah Atase Mliter Kedutaan Besar Indonesia di Beijing, Cina, yang juga menjabat sebagai wakil perdana menteri Permesta.

Kolonel Jacob mneyediakan flat-flat kecil yang terdiri dari 3-5 kamar per flatnya untuk ditempati keluarga Soemitro dan keluarga Alwi. Khusus untuk keluarga Soemitro, Kolonel Jacob menyediakan flat berkamar tiga yang cukup besar untuk ditempati Soemitro bersama istrinya, anak perempuannya, dan juga Prabowo.

Selama tinggal di Hongkong, Prabowo suka bermain bersama teman-temannya sepulang dari sekolah. Kadang, mereka bermain dikawasan perbukitan yang masih berhutan lebat yang letaknya tidak jauh dari flat. Kadang juga mereka hiking kehutan tersebut, berkemah, dan meluncur lewat sungai yang ada diatas bukit. Prabowo juga masih sering bermain perang-perangan bersama teman-temannya. Rupa-rupanya, kesukaannya bermain perang-perangan tidak bisa ia tinggalkan meskipun ia sekarang tinggal di Hongkong. Bahkan, ketika Prabowo mengetahui bahwa salah satu teman bermainnya ada yang anak tentara, Prabowo meminta izin untuk dipinjami bedil milik ayahnya. Menurut teman-temannya semasa di Hongkong, Prabowo adalah anak yang berani dan cenderung cepat marah. Namun, kemarahannya itu juga cepat hilang.

Satu tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1960, Prabowo diajak pindah lagi ke Malaysia. Di sana, ia tinggal bersama keluarganya di daerah Petaling Jaya, Kuala Lumpur. Selama tinggal di Malaysia, ayah Prabowo dempat membuka pabrik perakitan alat elektronik merek Preiere dari Perancis. Kala itu, usia Prabowo menginjak sembilan tahun. Ia pun disekolahkan di Victoria Intitution, sebuah sekolah paling bergengsi di Malaysia.

Tiga tahun kemudian, Prabowo lagi-lagi diajak pindah bersama orang tuanya. Kali ini, negara yang dituju adalah Swiss. Di sana, Prabowo di sekolahkan di International School yang terletak di Zurich. Namun, hanya satu tahun Prabowo bersekolah di sana sebelum akhirnya melanjutkan sekolah menengah atasnhya di American School yang ada di London, Inggris.

Menjadi Pemuda yang Cerdas dan Berani Berdebat
Pada sekitar tahun 1967, setelah berhasil menamatkan sekolah di American School yang ada di Inggris, Prabowo diajak orang tuanya kembali ke Indonesia. Ketika itu, usia Prabowo 21 tahun. Walau masih tergolong muda, tetapi karakter Prabowo sudah terlihat jelas bahwa ia akan menjadi pemuda yang cerdas dan berani berdebat. Hal ini terlihat mana kala ia suka bergaul dengan para politikus senior, termasuk juga berdebat dengan mereka.

Tidak hanya itu, Prabowo juga berani berdebat dengan intelektual-intelektual senior seperti Soe Hok Gie dan Sudjatmoko. Di mata dua intelektual itu, Prabowo adalah pemuda yang cerdas, cepat memahami persoalan, dan juga berani berdebat. Bahkan, Soe Hok Gie juga pernah menulis kesan tentang Prabowo ini di buku hariannya.

Dalam kesehariannya, rupa-rupanya Prabowo diketahui sangat gemar membaca buku-buku politik, di antaranya karya George Mc Turnan Kahin dan karya Leo Tolstoy, sastrawan Rusia yang banyak menulis buku politik. Selain itu, Prabowo jua diketahui mengagumi tokoh-tokoh perlawanan, seperti Che Guevara dan Yasser Arafat. Tidak ketinggalan, gerakan antikolonialisme Mesir yang dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser juga sangat dikagumi Prabowo. Mungkin, inilah yang menjadi penyebab mengapa selama ini Prabowo tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan berani berdebat.

 Membangun Jaringan dengan Para Aktivis Pergerakan
Soemitro yang mengetahui kecerdasan dan keberanian Prabowo dalam berdebat kemudian menyarankan anaknya itu agar membangun banyak jaringan dengan para aktivis pergerakan yang pada saat itu ada di Indonesia, seperti kelompok aktivis sosialis, kelompok aktivis anti-Soekarno, dan kelompok Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI). Prabowo pun mengamalkan saran ayahnya ini sampai akhirnya ia membangun jaringan dengan Jopie Lasut, seorang tokoh atau petinggi KAPPI.

Prabowo kemudian meminta saran kepada ayahnya atas langkah yang perlu dilakukan bersama Jopie Lasut. Soemitro menyarankan agar Prabowo mengajak Jopie Lasut berkeliling Pulau Jawa untuk mengenal lebih dekat negara yang selama satu decade ditinggalkannya. Prabowo kemudian berangkat bersama Jopie Lasut dengan mobil ayahnya ditemani sopir yang merupakan mantan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Sepanjang perjalanan, Prabowo menemukan bahwa yang menjadi persoalan di Pulau Jawa adalah masalah sosial dan ekonomi. Maka dari itu, ia mencetuskan ide mendirikan Korps Lembaga Pembangunan yang tujuannya adalah untuk membantu rakyat, khususnya yang terbelit masalah sosial dan ekonomi, terkait Korps Lembaga Pembangunanini, Prabowo mengaku bahwa ia terinspirasi oleh Korps Perdamaian (Peace Corps) yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, pada tahun 1961.

Ketika kegiatan Korps Lembaga Pembangunan ini sudh berjalan, Prabowo bersama Jopie Lasut banyak membantu komunitas ekonomi, termasuk di antaranya perajin sepatu di Cibaduyut, Bandung. Selain itu, mereka juga membantu para relawan yang dulunya pernah bergabung dalam Korps untuk bersama-sama membantu rakyat. Di antara para relawan yang dibantu antara lain Wimar Witoelar, Kuntoro Mangkusubroto, dan Sarmono Kusumaatmadja. Seiring dengan berjalannya waktu, Korps ini didirikan di beberapa kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta,
Yogyakarta, Bali, Semarang, dan Bandung. Namun, pada akhirnya, kegiatan Korps ini lumpuh karena masalah internal yang terjadi di dalamnya.

Beberapa bulan setelah kegiatan Korps Lembaga Pembangunan vakum, Prabowo mempunyai ide untuk mengumpulkan anak-anak mantan petinggi PSI yang telah pindah ke luar negeri karena diburu aparat keamanan. Kemudian, direalisasikanlah idenya itu untuk kemudian berdiskusi dengan para ekonom dan turun ke desa-desa. Salah satu tokoh yang diajaknya berdiskusi adalah Emil Salim yang pada saat itu bekerja sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Niat Prabowo untuk membangun jaringan dengan para aktivis pergerakan kemudian berhenti mana kala ia memutuskan untuk masuk di akademi militer.

Meniti Karier di Akademi Militer

 Pada tahun 1970, Prabowo memutuskan untuk masuk di Akademi Militer Nasional (AMN) yang ada di Magelang, Jawa Tengah, atas sponsor Kepala Kordinator Intelijen Negara yang pada saat itu dijabat oleh Sutopo Juwono. Di akademi ini, Prabowo mulai mengenal dunia militer, mulai dari strategi bertahan hidup (sebagai tentara), strategi perang, sampai peralatan alusista.

Prabowo mengaku bahwa meski sejak kecil ia sangat menyukai dunia militer, namun baru kali ini cita-citanya kesampaian. Sebelum masuk di akademi militer ini, Prabowo sebenarnya sudah diterima di University of Colorado dan George Washington University, Amerika Serikat. Akan tetapi, ia malah lebih memilih belajar di akademi militer daripada belajar di bangku kuliah.


 Prabowo saat menjadi Taruna

Setelah empat tahun berjalan, Prabowo menamatkan pendidikannya di AMN. Dua tahun kemudian, ia bergabung dengan Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha), cikal bakal Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dari sini, karier Prabowo mulai melejit, apalagi setelah ia menikah dengan Siti Hediati Heriyadi (mbak Titik) yang tak lain adalah putri Presiden Soeharto pada saat itu.

Dalam sebuah catatan sejarah, disebutkan bahwa pada tahun 1976, Prabowo berhasilmenjadi Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha. Setahun kemudian, Prabowo juga berhasil menjadi Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha. Sementara, setelah menikah, Prabowo berhasil menjadi Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus tahun 1983-1985. Kemudian, ia berhasil menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad tahun 1985-1987.

Karier Prabowo ternyata tidak berhenti sampai di sini. Ia pun menjadi Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad pada tahun 1987 sampai tahun 1991, Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang I/Kostrad tahun 1991-1993, Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus tahun 1993-1995, Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus pada tahun 1994, Komandan Komando Pasukan Khusus tahun 1995-1996, hingga akhirnya ia berhasil menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI pada tahun 1998.

Menyikapi karier Prabowo yang cepat melejit ini, Soemitro, ayah Prabowo berkomentar, “Kenaikan pangkat yang cepat dari anak saya itu sudah jelas mengundang ketidaksenangan bagi beberapa orang. Kondisi kecemburuan seperti ini sudah merupakan sifat umum dari manusia dimana pun.

Diberhentikan sebagai Panglima Kostrad

Di puncak karier militernya, Prabowo berhasil mengembangkan Korps yang dipimpinnya menjadi lima kelompok dengan tambahan lima ribu personel.

Pada tahun 1997, Prabowo dituduh mendalangi penculikan terhadap sejumlah aktivis pro-Reformasi. Dalam penculikan ini, setidaknya tiga belas orang dikabarkan hilang, termasuk di antaranya aktivis Herman Hendrawan, Petrus Bima, dan seniman teater rakyat Widji Thukul. Penculikan ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu menjelang pemilu Mei 1997, menjelang pelaksanaan sidang MPR pada bulan Maret 1998, serta tepat menjelang pengunduran diri Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.

Terkait penculikan ini, Prabowo sendiri mengaku bahwa ia hanya memerintahkan Tim Mawar untuk menculik sembilan orang aktivis yang kesemuanya sudah dilepaskan kembali setelah diculik. Mereka adalah Desmond Junaidi Mahesa, Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Faisol Reza, Rahardjo Walujo Djati, Nezar Patria, Aan Rusdianto, dan Mugianto dan Andi Arief.

Pada bulan Mei 1998, Prabowo dituduh akan melakukan kudeta dan menggerakkan tentara ke Jakarta dan sekitar kediaman Presiden Habibie. Karena tuduhan rencana kudeta tersebut, Prabowo diberhentikan (secara hormat) dari jabatannya sebagai Panglima Kostrad oleh Wiranto atas perintah Presiden Habibie.

Atas pemberhentian itu, Prabowo berkata, “Keputusan memecat saya adalah sah. Saya tahu banyak di antara prajurit saya akan melakukan apa yang saya perintahkan. Tetapi, saya tidak mau mereka mati berjuang demi jabatan saya. Saya ingin menunjukkan bahwa saya menempatkan kebaikan bagi negeri saya dan rakyat di atas posisi saya sendiri. Saya adalah seorang prajurit yang setia. Setia kepada negara, setia kepada republik.”

Mengasingkan Diri di Jerman dan Yordania

Berbagai tuduhan membuat Prabowo meninggalkan tanah air. Ia kemudian dikabarkan mengasingkan diri di Jerman dan Yordania. Di dua negara tersebut, Prabowo membangun bisnis bersama adiknya yang telah lama menggeluti dunia bisnis, Hashim Djojohadikusumo.

Berkali-kali Prabowo berniat untuk kembali ke tanah air. Namun, niatnya itu selalu diurungkan mana kala ia dinasehati oleh Ahmad Soemargono, ketua Komite Indonesia, dan Fadli Zon, ketua Partai Bulan Bintang, untuk tetap menetap di salah satu negara tersebut. Alasan yang dikemukakan oelh kedua orang ini dalam menasihati Prabowo selalu sama, yakni Prabowo akan ditembak mati oleh para sniper  jika ia kembali ke tanah air. Prabowo yang pada saat itu masih kecewa dengan tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepadanya lantas percaya dengan nasihat kedua orang itu.

Kegiatan Prabowo selama di Jerman dan Yordania tak terpantau jelas oleh media Nusantara. Yang jelas, Prabowo mengatakan bahwa aktivitasnya adalah merintis bisnis keluarganya di bidang prdagangan umum. Namun, di luar merintis bisnis, Prabowo juga dikabarkan mempunyai aktivitas memberi ceramah di sebuah sekolah komando angkatan bersenjata. Ini persis sebagaimana yang diberitakan oleh seorang wartawan Jerman, “Ia beberapa kali memberi ceramah di sebuah sekolah komando angkatan bersenjata di Jerman.”

Di Jerman, Prabowo juga dikabarkan memperoleh perlindungan istimewa dari pemerintah setempat. Setelah ditelusuri lebih lanjut, hal ini sepertinya ada kaitannya dengan aktivitasnya memberikan ceramah tersebut. Sementara itu, di Yordania, Prabowo juga mendapatkan perlindungan istimewa dari Raja Abdullah, Raja Yordania pada saat itu  yang diketahui sebagai teman dekat Prabowo. Di Yordania, Prabowo dikabarkan melatih tentara militer setempat.

Selama tinggal di Jerman dan Yordania, Prabowo berkali-kali mendapatkan surat dari Wiranto untuk menghadiri pesta ulang tahun TNI. Namun, ketika Prabowo meminta saran Fadli Zon, ketua Partai Bulan Bintang itu  justru mengatakan bahwa dibalik surat itu, ada niatan Wiranto untuk menangkap Prabowo karena banyaknya kasus di dalam negeri yang menyangkut keamanan negara dan melibatkan Prabowo.

Sekembalinya ke tanah air, Prabowo membeli sebagian saham PT Kertas Nusantara yang berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur. PT. Kertas Nusantara pada mulanya adalah bernama Kiani Kertas. Perusahaan ini sebelumnya dimiliki oleh Bob Hasan. Kemudian, Prabowo membeli sahamnya mengunakan pinjaman senilai 1,8 triliun rupiah dari Bank Mandiri.

Selain memiliki PT. Kertas Nusantara, Prabowo juga diketahui memiliki perusahaan bernama Nusantara Group yang membawahi 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Perusahaan-perusahaan yang dimiliki Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, batu bara, dan kelapa sawit.

Perjalanan Karier Politik

Di awal perjalanan politiknya, Prabowo bergabung dengan Partai Golkar, kemudian mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvensi Capres Golkar tahun 2004.

Usaha Prabowo untuk menjadi calon presiden dari Partai Golkar mendekati kemenangan. Namun ia harus merelakan mana kala ia hanya lolos sampai putaran akhir karena kalah dengan suara yang dimiliki Wiranto. Setelah kekalahan itu, Prabowo tidak hanya diam. Ia lanjut mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Pada akhirnya, terpilihlah Prabowo sebagai ketua umum HKTI mengalahkan pesaing-pesaingnya seperti Ja’far Hafsah dan Setiawan Jodi. Prabowo kemudian resmi dilantik sebagai ketua HKTI pada tanggal 5 Desember 2004.

Selama menjadi ketua HKTI, Prabowo gencar tampil dalam iklan di televisi menyuarakan harapan masyarakat tani yang ingin hidupnya diperhatikan oleh pemerintah dan sejahtera, karena sebagaimana yang diketahui, bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya, terutama dalam bidang pertanian. Setelah sukses menjadi ketua HKTI, Prabowo melanjutka untuk menjadi ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI). Hasil musyawarah nasional APPSI menyatakan bahwa Prabowo  dipilih secara aklamasi sebagai ketua umum APPSI untuk periode 2008-2013. Prabowo pun dilantik sebagai ketua APPSI pada tanggal 6 Agustus 2008. Selama menjadi ketua APPSI, Prabowo gencar mengkritik kebijakan pemerintah terkait pembukaan supermarket/hipermarket baru yang jaraknya tidak begitu jauh dengan pasar tradisional. Padahal, kebijakan ini sangat merugikan para pedagang pasar tradisional.

Disamping mengkritik, Prabowo juga menyuarakan agar pemerintah membatasi jumlah supermarket/hipermarket yang ada di kota-kota di seluruh Indonesia. Sebab, bagaimanapun, keberadaan lokasi perbelanjaan tersebut sangat merugikan pedagang pasar tradisional. Dalam sebuah wawancaranya dengan wartawan, Prabowo berkata, “Selama ini,pedagang pasar tradisional selalu dianaktirikan, sehingga ketika pasar modern didirikan, para pemilik modal pedagang pasar harus rela dibubarkan karena ada pembongkaran.”

Selain menjadi ketua HKTI dan APPSI, Prabowo juga dikabarkan pernah menjadi ketua umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Dari prestasinya selama ini, pada SEA Games tahun 2011 di Jakarta, cabang olah raga pencak silat yang dipimpinnya itu telah berhasil mendapatkan juara umum dengan menyabet 9 dari 18 nomor yang dipertandingkan.

Mendirikan Partai Gerindra

Setelah cukup kenyang menjadi ketua umum di berbagai himpunan atau asosiasi, pada tahun 2008 , Prabowo mendirikan partai yang diberinya nama Gerindra (Gerakan Indonesia Raya). Ketika pemilu legislatif tahun 2009 digelar, partai ini berhasil meloloskan wakilnya ke DPR karena berhasil meraih 4,2 persen suara. Namun, keberhasilan ini rupanya tidak berhasil membawanya menjadi wakil presiden yang pada saat itu berpasangan dengan Megawati dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Maju sebagai Calon Presiden

Kekalahan Prabowo dalam pemilu tahun 2009 rupanya tidak menyurutkan minatnya untuk maju lagi dalam pemilu 2014. Namun, kali ini ia tidak mencalonkan diri sebagai wakil presiden, melainkan sebagai calon presiden.

Dalam pemilu 2014 ini, Prabowo diprediksi akan menjadi capres terkuat, melebihi Aburizal Bakrie dan Jokowi yang dicalonkan oleh PDIP. Prediksi tersebut dihasilkan bukan tanpa survei, melainkan hasil survei dari sebuah majalah mingguan di Inggris, The Economist, dan jurnal di Amerika Serikat, The Wall Street Jurnal. Keduanya telah melakukan survei jauh-jauh hari dan hasilnya menempatkan Prabowo sebagai calon terkuat dan jauh mengungguli calon-calon dari partai lain.

Alasan Prabowo bisa menjadi capres terkuat nomor satu dalam pemilu 2014 adalah kepiawaiannya dalam merekrut tim sukses pemilu yang siap tempur dan siap bekerja keras. Selain itu, ia juga piawai dalam merekrut mantan-mantan jenderal yang sevisi dengannya, juga kumpulan aktivis ’98 yang selama ini keras berteriak mendukungnya, para petani yang terhimpun dalam HKTI, dan para pedagang pasar tradisional yang terhimpun dalam APPSI. Namun, hasil survei tersebut hanyalah prediksi. Hasilnya tentu dapat kita buktikan sendiri pada 9 Juli 2014.

A.     Profil Lengkap

Nama Lengkap: Prabowo Subianto

Tempat dan Tanggal Lahir: Jakarta, 17 Oktober 1951

Agama: Islam

Pendidikan:

* SD (Hongkong)
* Victoria Institution (Malaysia)
* International School (Swiss)
* American School In London, United Kingdom
* Akabri Darat Magelang
* Sekolah Staf Dan Komando TNI-AD

Kursus/Pelatihan:

* Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (1974)
* Kursus Para Komando (1975)
* Jump Master (1977)
* Kursus Perwira Penyelidik (1977)
* Free Fall (1981)
* Counter Terorist Course Gsg-9 Germany (1981)
* Special Forces Officer Course, Ft. Benning USA (1981)

Jabatan:

* Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha (1976)
* Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha (1977)
* Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus (1983-1985)
* Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad (1985-1987)
* Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad (1987-1991)
* Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang I/Kostrad (1991-1993)
* Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (1993-1995)
* Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus (1994)
* Komandan Komando Pasukan Khusus (1995-1996)
* Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (1996-1998)
* Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (1998)
* Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI (1998)
* Ketua Umum HKTI Periode 2004-2009
* Ketua Umum HKTI Periode 2010-2015
* Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) Periode 2001-2011
* Komisari Perusahaan Migas Karazanbasmunai di Kazakhstan
* Komisaris Utama PT Tidar Kerinci Agung
* Presiden dan CEO PT Nusantara Energy
* Presiden dan CEO PT Jaladri Nusantara
* Dewan Penasihat Organisasi Kosgoro
* Ketua Yayasan Pendidikan Kebangsaan (Universitas Kebangsaan)
* Ketua Majelis Perhimpunan Keluarga Mahasiswa Dan Alumni Supersemar
* Pendiri Koperasi Swadesi Indonesia (KSI)
* Ketua Yayasan 25 Januari
* Ketua Umum PB Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI)

Penghargaan:

* Bintang Kartika Eka Paksi Naraya
* Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun
* Satya Lencana Seroja Ulangan-III
* Satya Lencana Raksaka Dharma
* Satya Lencana Dwija Sistha
* Satya Lencana Wira Karya
* The First Class The Padin Medal Ops Honor dari Pemerintah Kamboja
* Bintang Yudha Dharma Naraya

Prestasi:

* Berhasil menembak mati Presiden Fretilin, Nicolau Lobato, dalam operasi penangkapan pada tanggal 31 Desember 1978 (Waktu itu, Prabowo Subianto bertindak sebagai kapten yang memimpin 28 pasukan Kopassus.)

* Dipercaya sebagai Wakil Komandan detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) Komandan Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus) setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat

* Berhasil menyelamatkan 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz 95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka dalam operasi pembebasan sandera mapenduma pada tahun 1996 (Waktu itu, Prabowo Subianto bertindak sebagai kapten mempimpin pasukan Kopassus.)

* Berhasil mengibarkan bendara merah putih di puncak tertinggi dunia, gunung Everest, di kawasan Himalaya pada tanggal 26 April 1997. (Waktu itu, Prabowo Subianto bertindak sebagai pemrakarsa yang memimpin tim yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan mapala UI untuk mendaki puncak Everest. Maka, Indonesia berhasil menjadi negara pertama di kawasan tropis sekaligus negara pertama di Asia Tenggara yang mencatat sukses menggapai puncak Everest.)

* Berhasil mengharumkan nama Kopassus di dunia internasional dengan berbagai prestasinya, sehingga Kopassus memiliki kesejahteraan yang paling baik dibandingkan satuan lainnya dan memiliki kelengkapan militer yang dapat disejajarkan dengan satuan elite militer dunia. (pm)






Sumber : Nabawia.com

1 komentar:

  1. jokowi sahabat rakyat,....(dari kaum marginal),... malas dengan kaum borjuis yg sdh terancam kedudukannya,dan kekayaannnnya semakin menipis setelah era reformasi.... karena rakyat melawan (nyawaaa aktiviiis hilang) hati2 luch nanti di culiiiik juga wkwkwwkw,. bravo JK_JOKOWI atau Jokowi _ JK,.... kalau bukan orang sulsel,.... mana bisa kue APBN masuk ke indonesia timur,...... pks,... harus bertobat nasional,.... hehehe

    BalasHapus

Post Top Ad

Responsive Ads Here