PKS, Jokowi dan Kasus Turki - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

12 April 2014

PKS, Jokowi dan Kasus Turki

Dukungan luar biasa yang tak terduga dari cendeiawan Muslim, para ulama, tokoh agama dan ormas-ormas Islam (termasuk Habib Rizieq Shihab, bahkan beberapa tokoh salafy Indonesia) yang selama ini selalu kritis terhadap PKS, juga sebagai poin penting

                                 PKS Nomer 3….
                                                PKS Tetap di hati…”
Oleh: Lasmoyo Nugroho

JARGON “gelombang PKS meraih 3 besar”  terbukti mampu menyuntikkan moral kader untuk mempertahankan eksistensinya. Bahkan semangat 3 besar ini tidak hanya menggelora di kalangan kader inti, simpatisan dan keluarganya pun turut menggelorakannya.

Yang juga tidak boleh terlupakan oleh kita semua, dukungan luar biasa yang tak terduga dari cendeiawan Muslim, para ulama, tokoh agama dan ormas-ormas Islam (termasuk Habib Rizieq Shihab, bahkan beberapa tokoh salafy Indonesia) yang selama ini selalu kritis terhadap setiap strategi yang ditempuh PKS, dan diberikan  pada saat-saat akhir menjelang pemilihan efektif membukakan wacana persatuan ukhuwah islamiyah global.

Ukhuwah Islamiyah lintas jamaah ini bisa menjadi obat penawar rindu setelah melihat kondisi yang memprihatinkan di Mesir dan timur tengah pada umumnya. Ada seorang blogger yang mampu melukiskan dengan haru bagaimana proses dirinya melepaskan status golput yang selama ini diyakini sebagai keputusan terbaik dunia akhirat.

Bertahannya angka raihan PKS pada 7% memang bisa dianggap sebagai kemenangan jika menilik pada hantaman badai politik yang diterima partai da’wah selama ini baik dari dalam negeri maupun akibat dari imbas perpolitikan di  luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan unggulnya PKS di berbagai TPS di luar negeri seperti Turki, Jerman, Mesir, Pakistan, Sudan, Hongkong, Arab Saudi, Jepang bahkan Jerman. Bahkan menurut real count PKS, angka raihan kursi parlemen sudah menyentuh 10%.

Meski demikian, sebagai kader yang turut merasakan denyut pasang surutnya gairah politik PKS sejak awal berdiri hingga tahun 2014 ini, izinkan kami menyampaikan pandangan dari sudut lain atas fenomena yang dialami PKS  pada Pemilu 2014 ini. Semoga bisa menjadi sumbangan pemikiran untuk ke depannya.

PKS yang lahir dari benih inspirasi da’wah Ikhwanul Muslimin tidak mungkin terlepas dari imbas pada apa yang terjadi pada semua pergerakan serupa yang sedang berkembang dan berjuang di seluruh dunia.

Arab Spring (Musim Semi Arab) meski berawal dari revolusi pemuda namun akhirnya menempatkan partai-partai berbasis Al Ikhwan al Muslimun (IM) sebagai solusi pengganti rezim yang ada.

Tahun 2013 adalah masa pergolakan yang hebat bagi pergerakan IM, di seluruh dunia termasuk Indonesia.


Ada tiga peristiwa besar yang dialami PKS yang mau tidak mau harus diakui memiliki faktor pengaruh yang besar pada capaian suara pemilihan legislatif pada Pemilu 2014 ini.

Peristiwa pertama. Kasus yang menimpa pada mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq (LHI). Meski banyak yang mempercayai bahwa peristiwa ini adalah rekayasa politik, namun apa daya masyarakat dan hokum mempercayainya sebagai fakta sehingga lawan politik menjadikannya  amunisi untuk terus menerus menjatuhkan mental para kader. Otomatis simpatisan pun terpengaruh opininya.

Apakah ini berhasil ?  Jika melihat angka raihan 6.9%, atau terjadi penurunan sebanyak 0.9% dari Pemilu 2009, maka bisa dikatakan ya operasi berhasil. Namun jika 0.9% dibandingkan dengan raihan Pemilu lalu yang berjumlah 7.8% ternyata hanya turun 11%, hal ini menunjukkan bahwa kader  mampu menjaga kesetiaan kerabat sanak familinya dan kenalannya untuk tetap menjadi konstituen PKS. Dengan kata lain PKS mampu bertahan dari serangan lawan dan menghadapi badai.

Peristiwa besar kedua.  Yang juga mempengaruhi image PKS secara tidak langsung adalah peristiwa kudeta berdarah di Mesir.

Meskipun tidak berkorelasi langsung, namun ketidakberdayaan pemerintahan Mursy menghadapi manuver  politik pihak lawannya, dimanfaatkan dengan baik oleh hampir semua tokoh  partai di Indonesia untuk mendiskreditkan perjuangan Islam melalui politik. Apakah berhasil?
Bagaikan menghadapi ujian terberat bagi eksistensi konsep perjuangan yang telah digagas Syeikh Hassan Al Banna, patut disyukuri di samping partai-partai berbasis Al Ikhwan al Muslimun mengalami tekanan luar biasa di beberapa negara, namun ternyata mampu bertahan dan memperbaiki citra di masyarakat  dengan melakukan konsesi (seperti di Tunisia) ataupun dengan meningkatkan achievement pelayanan publik seperti halnya di Turki yang diterpa isu korupsi.

Jadi, di tataran internasional pun, sejatinya partai-partai “Ikhwan” selain mampu  bertahan namun juga mampu menghadirkan solusi bagi problem negerinya.

Peristiwa ketiga. Ketidaktercapaiannya target 3 besar seperti yang dicanangkan partai dalam kampanye menghadapi pilleg ini. Sebetulnya ini bukanlah hasil yang mengecewakan, mengingat beberapa bulan sebelumnya, tim survey internal pun mampu mendeteksi adanya penurunan loyalitas sebesar 70%, bahkan LSI memprediksi PKS akan tereliminasi pada tahun 2014 ini. Namun, berkat pertolongan Allah, quick count Pemilu saat ini menunjukkan penurunan hanya 11% saja.


Meski demikian, jika kita petakan lebih baik lagi, sebetulnya PKS memiliki potensi untuk mendongkrak suara lebih tinggi lagi. Menilik kembali peristiwa LHI yang merebak pada awal tahun 2013, prahara ini dijawab dengan mantap oleh kader  PKS dengan memenangkan pilkada Jawa Barat dengan persentase 33%, bahkan disambung dengan pilkada Sumatra Utara dengan persentase 33% juga. Beberapa saat sebelum Pemilu 9 April 2014 dilaksanakan pun kader PKS bisa meraih  posisi Gubernur Maluku Utara setelah perjuangan yang panjang dan melelahkan di putaran dua dan di Mahkamah Konstitusi.
Di sinilah kekuatan PKS riil saat ini, yaitu dipercaya penuh oleh masyarakat untuk memimpin propinsi-propinsi besar dan strategis.

Jokowi dan Turki
Anis Matta membaca ada patok baru yang berlaku di masyarakat dalam menentukan pilihan dewasa ini yaitu power (kekuatan) dan achievement (prestasi). Achievement dalam bidang apa? Dalam  pelayanan public (public service).

Oleh karena itu figur-figur yang paling potensial untuk memenangkan pemilihan dewasa ini adalah pejabat atau mantan pejabat yang memiliki track-record baik dalam mengelola insititusi negara.

Tidaklah mengherankan jika partai-partai generasi Orde Baru seperti Golkar masih bisa mendominasi raihan Pemilu 2014 saat ini, karena mereka memiliki massa yang sempat merasakan pelayanan publik pada era Orde Baru tersebut.


Namun jika melihat Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) sebagai tolok ukur, ada sebuah kebijakan yang menurut hemat saya cukup membuat namanya meroket dalam waktu singkat, yaitu kebijakan membuat mobil assemblingan karya anak SMK.

Kebijakan mobil yang aslinya buatan Guangdong Foday China ini benar-benar mampu menjadi kendaraan pengantar bagi karir politiknya dan sesudah mencapai tujuan langsung ditinggalkannya.

Waktu sejak kemunculan Esemka hingga diangkatnya Jokowi menjadi capres berjarak sekitar 7 tahun, hal ini menunjukkan bahwa membangun image itu bukanlah pekerjaan yang sebentar. Diperlukan kebijakan brilyan dan  passion dalam menjaga pelaksanaannya agar sebuah cita-cita tinggi berjalan terus dan semakin diterima oleh masyarakat yang semakin luas.

PKS sejatinya telah memiliki tokoh-tokoh semacam ini yang sudah siap untuk dipertarungkan menerima amanah yang lebih besar Yang diperlukan saat ini adalah  mengerucutkan pilihan capres agar memudahkan masyarakat untuk mengidentifikasi tokoh yang akan merepresentasikan visi misi partai bagi pembangunan Indonesia ke depan.

Tokoh yang memiliki track record nyata dalam hal  mengambil kebijakan publik jelas akan diuntungkan karena seluruh masa kerjanya bisa dikategorikan kampanye gratis bagi dirinya, sedangkan masa kampanye nanti adalah masa fit & proper test yang akan dilakukan masyarakat padanya secara terbuka dan transparan.
Di Turki, Erdogan pada saat awal memimpin kota Istanbul pada tahun 1994 yang pertama dibenahi adalah masalah distribusi air, polusi sampah dan kemacetan. Dengan berbagai kebijakan perbaikan tata kota yang progresif,  Erdogan mampu membayar hutang Istanbul sebesar 2 milyar dollar, disertai dengan pendatangan 4 milyar dollar investasi. Sejak saat itulah namanya meroket, meski sempat dipenjara selama 10 bulan akibat membacakan puisi  islami di alun-alun kota Siirt, hal ini tidaklah menghalangi popularitasnya hingga terpilihnya Erdogan pada tahun 2003 menjadi Perdana Menteri.

PKS yang memahami bahwa peristiwa LHI akan sangat mempengaruhi elektabilitas partai, sebetulnya bisa segera melakukan ‘recovery’ di tingkat nasional jika bisa memanfaatkan momentum kemenangan Pilkada Jabar atau  Sumut.

Pada Pilleg 2014 ini, menjadi fenomena nyata bahwa faktor tokoh capres definitif bisa mendongkrak raihan partai, menambah hasil kerja mesin partai. Sekitar 4.8% Jokowi mampu memberikan sumbangan suara PDIP  dibanding raihan tahun 2009, dan yang fenomenal adalah penambahan angka 4.8% juga pada raihan PKB setelah menjagokan Rhoma Irama sebagai capres.

Mengutip hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, dalam konsep Islam mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat (khairunnas anfa’ahum linnas). Jika capres PKS bisa menunjukkan tingkat kebermanfaatannya bagi rakyatnya, tidak diragukan  lagi, daya dongkraknya pasti juga akan meningkat drastis, itu hal yang sunnatullah.

Di Turki ada adagium, “Hizmet en onemli ameldir” (pelayanan adalah amal terbaik). Dan masyarakatpun tuntutannya semakin  tinggi akan hal ini.
Ala kulli hal, ada sebuah kartu truf yang khas yang selalu dimiliki PKS dengan mengajarkan “Izzah Muslimin wal Muslimat” pada seluruh kader dan lingkungannya. Yaitu sebuah konsep agar diri dan lingkungannya terus-menerus  merefleksikan ajaran Islam dalam kesehariannya dari tataran konsep hingga perbuatan, dari tataran aqidah hingga politik, dari tataran amar ma’ruf hingga nahi munkar.

Hal yang menarik dari kemenangan meyakinkan dari AKP yang meraih 49% 30 Maret 2014 lalu adalah para pejabat publiknya yang berlomba-lomba menunjukkan kekonsistenan pelaksanaan kebijakannya selama dirinya memimpin, bukan sekadar menjalankan program yang sifatnya temporer menjelang Pemilu saja.

Contohnya Wali Kota Ankara, Ibu Kota Turki, yang konsisten membangun metro sehingga saat ini terdapat 3 jalur metro selama masa  kepemimpinannya. Istanbul bahkan memiliki 5 jalur.

Ketidakkonsistenan pejabat publik sudah pasti akan dimanfaatkan dengan cepat oleh lawan politiknya, bukan untuk dijatuhkan namanya, namun untuk dipraktekkan di daerah kepemimpinannya. Di sinilah terlihat, kompetisi dalam demokrasi membawa hikmah bagi masyarakat.

Tanpa bermaksud ingin menggurui, merujuk kasus Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan terakhir Maluku Utara bisa menjadi laboratorium untuk mewujudkan konsep-konsep universal Islam yang menekankan konsep hizmet (pelayanan dan pengabdian). Pengalaman dan koneksi dengan Qatar, Tunisia, Maroko, Libya, dan tentunya dengan Turki bisa dimanfaatkan sesinergis mungkin agar terjadi percepatan berbagai pembenahan masyarakat dan umat.

Akhirul kalam, esensi dari PKS masuk ke bidang politik atau demokrasi adalah semata-mata menjadi pelayan masyarakat untuk mencari ridho Allah, bukan yang lain.

Jika itu menjadi landasan, ketika kelak menghadapi badai dan rekayasa politik, PKS tidaklah berdiri sendirian, insyaAllah.(Hidayatullah.com)

Penulis adalah pemerhati dunia Islam, saat ini sedang melanjutkan studi di Ankara Üniversitesi TÖMER Ankara, Turki





Sumber : Facebook Artati Sansumardi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here