Menyoroti Netralitas dan Keadilan Panwaslu/Bawaslu - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

27 Maret 2014

Menyoroti Netralitas dan Keadilan Panwaslu/Bawaslu


Tak bisa dipungkiri bahwa PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dari sejak awal kemunculannya, waktu itu masih PK (Partai Keadilan) telah mampu memberikan warna dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Ibarat oase di tengah padang pasir yang gersang, PKS telah menghilangkan rasa dahaga kepada bangsa Indonesia, di saat sebagian besar rakyatnya merasa apatis dan pesimis terhadap partai-partai politik yang sudah ada sebelumnya. Namun tak cuma oase dan angin segar yang telah diberikan oleh PKS, partai berlambang bulan sabit kembar ini juga telah menimbulkan begitu banyak sikap pro dan kontra yang ditunjukkan oleh berbagai kalangan kepadanya. Suatu keadaan yang harus dihadapi oleh PKS, baik suka ataupun tidak.

Bahwa PKS selalu menjadi sorotan dan bahan perbincangan yang hangat, memang demikian adanya. Bahwa PKS telah mampu menyedot perhatian banyak orang, memang begitulah faktanya. Pendek kata, apapun yang dilakukan oleh partai dakwah ini pasti akan menuai perdebatan dan kontroversi serta menarik untuk selalu dibahas. Bagaikan seorang gadis cantik yang baru mekar, yang memikat banyak kaum Adam untuk mendekatinya (walau dengan niat dan alasan yang berbeda-beda), demikian pula halnya dengan PKS. Yes…PKS memang fenomenal dan sensasional!

Dari sekian banyak pihak yang “menaruh perhatian” kepadanya, ada beberapa yang menurut saya kurang elegan dalam bersikap. Namun tak perlu saya sebutkan semuanya, cukup saya ambil salah satunya saja. Dan ini dilatarbelakangi oleh pengalaman pribadi yang saya alami baru-baru ini. Kejadian ini cukup menggelitik dan akhirnya mendorong saya untuk menuangkannya ke dalam tulisan ini.

Kejadiannya ketika saya mengikuti kampanye terbuka yang dilaksanakan oleh PKS di daerah tempat tinggal saya. Awalnya kami sudah mendapatkan lokasi kampanye yang cukup strategis, dan itu sudah disosialisasikan hampir ke semua level peserta kampanye beberapa hari sebelumnya. Namun tanpa ada alasan yang jelas, tiba-tiba lokasi tersebut dibatalkan oleh pihak yang berwenang dalam hal ini KPUD setempat. Selanjutnya diganti dan dialihkan ke suatu lokasi, yaitu sebuah lapangan sepak bola yang letaknya sangat tidak strategis dan untuk menjangkaunya harus melalui jalan yang lumayan sempit (cuma cukup untuk satu mobil).

Meskipun demikian, ternyata tidak menyurutkan langkah para kader dan simpatisan PKS untuk datang guna mengikuti kampanye pada hari itu. Secara kebetulan  paginya turun hujan yang cukup deras, sehingga lapangan yang akan dipakai menjadi becek. Namun lagi-lagi itupun tidak menghilangkan niat kami untuk tetap bertahan disana. Kami tetap bersemangat mengikuti rangkaian acara demi acara yang digelar oleh panitia kampanye. Sungguh, suatu pengorbanan yang sanggup membuat hati ini bergetar karena haru.

Dan seperti biasa dalam setiap kampanye partai politik (parpol), pasti akan turut pula dihadiri oleh beberapa orang anggota Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) juga aparat keamanan atau kepolisian. Tugas mereka ini adalah untuk mengawasi jalannya kegiatan kampanye yang dilakukan oleh parpol, terkait dengan berbagai pelanggaran yang mungkin terjadi saat kampanye berlangsung. Begitupun dengan kampanye PKS kali ini yang juga tak lepas dari pantauan anggota Panwaslu dan pihak kepolisian. Sepengetahuan saya ada sekitar lima atau enam orang yang datang ke lokasi acara. Dan beberapa diantaranya ikut berbaur bersama kami ditengah lapangan yang becek akibat hujan.

Sekedar informasi, bahwa tak ada satupun diantara kader dan simpatisan PKS yang hadir pada saat itu membawa anak-anaknya yang masih balita. Yang mana sebetulnya sangat kontradiksi dengan “kebiasaan” PKS selama ini, yang selalu membawa serta keluarga termasuk juga anak-anak mereka.  Hal ini memang sengaja dilakukan, setelah kami mendapat intruksi langsung dari Presiden partai kami, Ustadz Anis Matta (setelah beliau mendapat teguran dari Panwaslu/Bawaslu pasca Kampanye Akbar di SUGBK, 16 Maret 2014 lalu). Intruksinya adalah agar tidak membawa anak-anak yang masih kecil pada saat mengikuti kampanye PKS. Dan intruksi inipun kami taati tanpa ada bantahan sama sekali. Semua sami’na wa atho’na. Sekali lagi, salut untuk semua kader dan simpatisan PKS…!

Setelah kami mengikuti rangkaian acara di lapangan, kampanye kami tutup dengan melakukan pawai atau konvoi di seputaran jalanan kecamatan tempat kami tinggal. Pawai (konvoi) ini diikuti oleh berbagai macam kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Sehingga cukup panjang dan ramai  juga yang ikut. Bagi yang menggunakan motor  (sopir dan penumpang) diwajibkan untuk memakai helm demi keamanan. Selama pawai ini berlangsung juga tidak diperkenankan kebut-kebutan, membunyikan klakson, mengeraskan suara kendaraan serta harus tetap mematuhi peraturan lalu lintas. Dan lagi-lagi semua intruksi ini diikuti dan dipatuhi dengan sangat baik oleh peserta kampanye. Sehingga para anggota kepolisian dan Panwaslu cukup santai dalam mengawali dan mengawasi kami. Karena memang tak ada sedikitpun aturan yang dilanggar.

Namun di tengah-tengah berlangsungnya acara kampanye tersebut, ada satu kejadian yang kuanggap lucu dan terlalu dicari-cari, yang dilakukan oleh salah satu anggota Panwaslu yang mengikuti kami selama pawai (konvoi) di jalanan. Yaitu ketika rombongan kami berhenti beberapa saat karena terjadi kemacetan di sebuah pusat keramaian. Lalu tiba-tiba melintas persis di depan kami seorang ibu-ibu memakai motor, yang membonceng anaknya yang masih kecil. Tanpa diduga, anggota Panwas yang mengikuti pawai kami ini langsung memotret ibu dan anak tersebut, dengan latar belakang massa PKS yang saat itu sedang berhenti. Aku yang pada saat itu berada di dalam mobil dan berjarak tidak jauh dari tempat kejadian, kontan terkejut dan geleng-geleng kepala menyaksikannya. Karena tidak menyangka sama sekali.

Dan aku pun mulai meraba-raba dan menduga-duga. Mungkinkah dia punya maksud tertentu terhadap PKS? Jikapun tidak, untuk apa dia melakukannya? Cuma sekedar isengkah? Entahlah…yang pasti adalah memang tak ada satupun delik yang kami langgar selama berkampanye  pada hari itu. Sehingga Panwaslu sengaja mencari-cari kesalahan PKS untuk dijadikan bahan “sempritan” untuk kesekian kalinya. Sayangnya aku tidak memiliki buktinya, karena kejadiannya yang begitu cepat dan tiba-tiba. Disamping itu pula karena adanya jarak antara aku dengan anggota Panwas tersebut. Akan tetapi aku dapat menyaksikannya dengan jelas apa yang terjadi saat itu.

Sungguh, aku memang tidak tahu apa maksudnya. Apabila anggota Panwaslu ini memang memiliki itikad yang tidak baik terhadap PKS, menurutku ini sangat konyol dan tidak masuk akal. Kalaupun acuannya adalah karena “kesalahan” PKS pada waktu di SUGBK (Stadion Utama Gelora Bung Karno) kemarin, yang membawa anak-anak dalam kampanyenya, bukankah tidak hanya PKS yang melanggar peraturan tersebut? Bukankah partai yang lain juga melakukan hal yang sama, bahkan sampai hari inipun masih ada yang melanggar? Mengapa cuma Presiden PKS yang dipanggil oleh Panwaslu/Bawaslu, sedangkan Ketua Umum partai lainnya tidak? Mengapa cuma PKS yang harus diawasi dan disoroti kesalahannya, sedangkan partai yang lainnya tidak? Mengapa…?

Jelas saya disini mempertanyakannya. Dimana letak netralitas dan keadilan Panwaslu atau Bawaslu sebagai lembaga yang independen, yang katanya tidak bisa diintervensi oleh siapa pun? Dimanakah Panwaslu/Bawaslu berpijak, dan kepada siapakah mereka berpihak? Inilah yang mesti kita cermati dan mesti dijawab oleh Panwaslu/Bawaslu. Kalau saya pribadi, terus terang sangat meragukan independensi lembaga yang satu ini. Apalagi setelah saya menyaksikan sendiri kejadian kemarin. Rasa kepercayan saya langsung hilang diterbangkan angin yang berhembus siang itu.

Naifkah saya? Rasa-rasanya tidak juga. Sebab sebuah badan atau lembaga yang tadinya saya harap mampu bersikap netral dan adil, ternyata tidak bisa memberikan harapan itu. Dan menurut kacamata saya bahwa Panwaslu/Bawaslu cuma bisa tegas kepada seseorang atau sekelompok orang saja, namun takut dan pengecut kepada yang lainnya. Jangan sampai Panwaslu/Bawaslu yang merupakan singkatan dari Panitia/Badan Pengawas Pemiu, menjadi singkatan dari Panitia/Badan Pengawas “Lu” (PKS).(By @RiaSanusi)





Sumber : Facebook Artati Sansumardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here