Fatimah radhiyallahu 'anhamemang nyaris tidak pernah kita dapati riwayatnya, meski belum tentu benar. Namun Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhuadalah orang yang cukup banyak meriwayatkan hadits.
Tapi yang pasti, kedekatan seseorang dengan diri Rasulullah SAW tidak ada kaitannya dengan jumlah hadits yang mereka riwayatkan kepada kita. Bukankah kita pun jarang mendengar hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallau 'anhu? Demikian juga dengan riwayat Umar dan Utsman bin Affan radhiyallau 'anhum ajma'in?
Dan dengan alasan yang nyaris mirip, kira-kira hal yang sama juga terjadi pada diri puteri tercinta beliau, Fatimah radhiyallahu 'anha. Meski sangat dekat, tidak lantas punya banyak hadits yang diriwayatkan.
Hakikat Meriwayatkan Hadits
Hal itu karena yang namanya meriwayatkan hadits sangat berbeda dengan kedekatan kepada nabi. Meriwayatkan hadits kira-kira sama dengan mengajar hadits. Tidak semua orang punya kesempatan mengajar hadits.
Padahal yang namanya mengajarkan hadits itu baru terjadi manakala nabi SAW sudah wafat. Kalau nabi masih hidup, maka yang mengajar tentu saja langsung Rasulullah SAW.
Penyebab adanya sebagian shahabat yang tidak terlalu banyak mengajarkan haditsbisa karena memang dibebani kesibukan yang lain yang menjadi tanggung-jawabnya.
Ataukarena usianya tidak panjang. Beberapa shahabat nabi ada yang meninggal sesaat nabi SAW meninggal. Salah satunya Fatimah puteri beliau, yang meninggal hanya berselang 5 bulan setelah meninggalnya nabi. Maka tentu saja beliau tidak sempat banyak meriwayatkan hadits.
Persahabatan Nabi dengan Abu Bakar
Al-Quran menyebutkan secara tegas persahabatan di antara Abu Bakar dengan diri Rasulullah SAW. Bahkan yang jadi khalifah setelah Rasulullah SAW adalah beliau. Boleh dibilang, Abu Bakar ra adalah manusia yang paling mengerti tentang diri Rasululllah SAW, dibandingkan dengan semua orang.
Lalu mengapa Abu Bakar ra jarang meriwayatkan hadits?
Jawabannya sederhana saja, karena urusan jarak kematian antara keduanya. Abu Bakar ra meninggal hanya sekitar 2 tahun setelah Rasulullah SAW wafat. Sementara dalam waktu dua tahun itu, beliau amat disibukkan dengan berbagai macam pe-er di internal umat Islam. Maka nyaris jarang sekali kita menerima hadits yang beliau riwayatkan.
Hari-hari di mana Abu Bakar hidup pasca wafatnya Rasulullah SAW adalah hari-hari tersibuk. Beliau adalah khalifah, di mana beliau punya kewajiban meneruskan memimpin dunia Islam, yang sedang mengalami berbagai tekanan dari internal atau pun eksternal.
Di kalangan sebagian bangsa arab, muncul gerakan riddah (murtad) yang harus dihadapi dengan menghabiskan waktu. Bersama dengan itu, beliau pun harus meneruskan peperangan yang telah dipersiapkan oleh Rasulullah SAW di mana Usamah bin Zaid menjadi panglimanya. Di wilayah keilmuwan, beliau juga disibukkan dengan maha proyek pengumpulan tulisan Al-Quran, sesuai proposal dari Umar bin Al-Khattab ra.
Jadi, nyaris tidak ada lagi kesempatan beliau untuk meriwayatkan hadits. Meski beliau boleh dibilang orang yang tahu tentang diri Rasulullah SAW.
Fatimah binti Muhammad radhiyallahu 'anha
Maka kasus yang sama juga terjadi pada diri Fatimah ra. Beliau hidup tidak lama setelah nabi wafat. Para sejarawan mengatakan bahwa puteri nabi ini wafat hanya berselang 5 bulan setelah kematian ayahandanya. Jadi mudah sekali menjawab masalah ini, yaitu mana sempat beliau meriwayatkan banyak hadits?
Pantas saja kita jarang menerima hadits yang beliau riwayatkan, rupanya beliau wafat tidak lama setelah ayahndanya wafat.
Keadaan Fatimah ra sangat berbeda dengan keadaan isteri Rasulullah SAW, Aisyah radhiyallahu 'anha. Beliau hidup hingga tahun 57, atau 58 atau 59 hijriyah. Bahkan sempat ikut berbagai macam even. Beliau pun menjadi rujukan hal-hal yang terkait dengan kehidupan rumah tangga nabi. Dan beliau juga banyak meriwayatkan hadits yang bersifat agak teknis sebagaimana Abu Hurairah ra berikut ini.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
Sebaliknya kita kenal Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu sebagai orang yang baru masuk Islam di masa-masa terakhir menjelang kematian Rasulullah SAW. Hanya beberapa saat saja beliau sempat bertemu dengan diri nabi SAW.
Namun sebagaimana kita tahu, shahabat yang satu ini termasuk orang yang paling banyak meriwayatkan hadits nabawi.
Lalu bagaimana penjelasannya?
Begini, meski pun Abu Hurairah ra hanya sebentar bertemu dengan nabi SAW. Diriwayatkan beliau baru bertemu nabi pada perang Khaibar tahun ke-7 hijriyah. Tiga tahun kemudian Rasulullah SAW wafat untuk selamanya.
Namun masa yang sebentar itu sangat efektif. Di masa yang sebentar itu, nyaris tiap saat beliau selalu mendampingi Rasulullah SAW.
Dan kalau kita perhatikan tipe hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, kebanyakan adalah hadits-hadits yang bersifat laporan pandangan mata serta umumnya hal-hal yang teramat teknis yang terjadi seputar diri Rasulullah SAW.
Bagaimana Rasulullah SAW berjalan, berdiri, makan, minum, bergerak-gerik, berbicara, tersenyum, tertawa, mengenakan baju corak dan warna apa dan seterusnya. Begitu banyak hal-hal kecil dan sederhana yang dilaporkan oleh Abu Hurairah.
Sehingga kalau dihitung, jumlahnya memang bisa menjadi sangat besar, jauh melebihi riwayat-riwayat para shahabat lainnya. Disebutkan bahwa beliau telah meriwayatkan tidak kurang dari 5374 hadits, 446 hadits di antaranya ditakhrij oleh Al-Bukhari.
Dan ini yang menarik, ternyata Abu Hurairah punya waktu yang sangat panjang untuk mengajarkan hadits-hadits sepeninggal Rasulullah SAW, karena beliau baru wafat 47 tahun kemudian setelah Rasulullah SAW meninggal. Beliau wafat tahun ke-57 hijriyah dalam usia cukup lanjut, 78 tahun.
Pantas saja beliau adalah orang nomor satu dalam jumlah kuantitas periwayatan hadits.
Wallahu a'lam bishshawab.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar