Kalangan Timwas Kasus Bank Century DPR RI membantah tudingan pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri yang menyebut anggota timwas hanya mencari panggung politik karena bersikeras memanggil Wakil Presiden Boediono. Timwas justru menilai Faisal berlebihan membela Boediono.
"Faisal Basri kurang pemahaman soal kasus Bank Century. Dia juga harus tahu DPR merupakan panggung besar, jadi buat apa cari panggung lagi," kata anggota Timwas Century, Bambang Soesatyo di Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Namun, Bambang menyebut wajar kalau ekonom sekaliber Faisal Basri membela mati-matian Boediono dalam kasus Century dan menyalahkan DPR. Sebab, Faisal Basri memang murid dari Boediono.
"Kan Boediono itu gurunya. Malah aneh kalau dia menyerang Boediono. Bagi kami, Boediono tidak bisa lepas dari tanggungjawab atas kerugian negara karena mem-bailout Bank Century," ujarnya.
Terkait pernyataan Faisal bahwa DPR tidak mau melakukan audit forensik dan hal itu menunjukkan pihak DPR tidak ingin menuntaskan kasus
Century, Bambang menegaskan, "Timwas Century tahu apa yang harus dilakukan."
Ia mengatakan, Faisal mungkin tidak mengikuti perkembangan kasus Century yang merupakan skandal keuangan terbesar pasca era reformasi di negara ini. Pasalnya, audit forensik BPK sudah selesai dan kesimpulannya ada indikasi penyalahgunaan wewenang oleh Gubernur Bank Indonesia sewaktu dijabat Boediono, serta terkait adanya kerugian negara yang sangat besar.
"Demikian juga laporan hasil analisis BPK kepada KPK, yang berkesimpulan ada kerugian negara Rp687 miliar plus Rp6,7 triliun," jelasnya.
Menurutnya, KPK sudah meningkatkan status penyelidikan ke penyidikan dengan menetapkan tersangka BM dan CF. Orang-orang ini termasuk penanggungjawab di BI selain Boediono sebagai unsur tertinggi meliputi peranan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam kasus itu.
"Fakta-fakta yang ada sudah terungkap di ruang publik, termasuk melalui rapat-rapat pansus Angket DPR dan sangat jelas menggambarkan siapa pemeran utama dalam skandal Century. Meski merupakan penanggung jawab, tetapi BM dan CF itu hanyalah peran pembantu atau figuran saja," pungkas Bambang.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
"Faisal Basri kurang pemahaman soal kasus Bank Century. Dia juga harus tahu DPR merupakan panggung besar, jadi buat apa cari panggung lagi," kata anggota Timwas Century, Bambang Soesatyo di Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Namun, Bambang menyebut wajar kalau ekonom sekaliber Faisal Basri membela mati-matian Boediono dalam kasus Century dan menyalahkan DPR. Sebab, Faisal Basri memang murid dari Boediono.
"Kan Boediono itu gurunya. Malah aneh kalau dia menyerang Boediono. Bagi kami, Boediono tidak bisa lepas dari tanggungjawab atas kerugian negara karena mem-bailout Bank Century," ujarnya.
Terkait pernyataan Faisal bahwa DPR tidak mau melakukan audit forensik dan hal itu menunjukkan pihak DPR tidak ingin menuntaskan kasus
Century, Bambang menegaskan, "Timwas Century tahu apa yang harus dilakukan."
Ia mengatakan, Faisal mungkin tidak mengikuti perkembangan kasus Century yang merupakan skandal keuangan terbesar pasca era reformasi di negara ini. Pasalnya, audit forensik BPK sudah selesai dan kesimpulannya ada indikasi penyalahgunaan wewenang oleh Gubernur Bank Indonesia sewaktu dijabat Boediono, serta terkait adanya kerugian negara yang sangat besar.
"Demikian juga laporan hasil analisis BPK kepada KPK, yang berkesimpulan ada kerugian negara Rp687 miliar plus Rp6,7 triliun," jelasnya.
Menurutnya, KPK sudah meningkatkan status penyelidikan ke penyidikan dengan menetapkan tersangka BM dan CF. Orang-orang ini termasuk penanggungjawab di BI selain Boediono sebagai unsur tertinggi meliputi peranan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam kasus itu.
"Fakta-fakta yang ada sudah terungkap di ruang publik, termasuk melalui rapat-rapat pansus Angket DPR dan sangat jelas menggambarkan siapa pemeran utama dalam skandal Century. Meski merupakan penanggung jawab, tetapi BM dan CF itu hanyalah peran pembantu atau figuran saja," pungkas Bambang.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar