Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto menilai, partai politik berlatar belakang Islam yang saat ini ada di Indonesia cenderung sudah menanggalkan atribut keislamannya.
Bahkan, Ismail Yusanto menegaskan jika partai politik berbasis Islam saat ini sudah tak jauh beda dengan partai yang berhaluan nasionalis sekuler.
Penilaian ini dilontarkan Ismail Yusanto setelah adanya fakta politik bahwa partai Islam seperti PKS ternyata merekrut anggota yang beragama non-muslim.
“Saat ini partai Islam seolah takut berbicara soal Islam. Hal-hal yang berbau Islam dikurangi karena khawatir ada resistensi. Karena ini, partai Islam tidak ada bedanya lagi dengan partai nasionalis sekuler,” kata Ismail Yusanto saat berbincang dengan LICOM, Rabu (04/12/2013).
Menurut Ismail Yusanto, apa yang dilakukan oleh PKS bukan sesuatu yang mengherankan di tengah sistem demokrasi yang menghendaki
dukungan suara terbanyak. Sehingga, tidak lagi menghiraukan dari mana sumber suara itu diperoleh.
“Saya kira partai apa pun akan menggunakan logika rasionalitas demokrasi. Bagaimana cara untuk mendapatkan dukungan terbanyak. Tidak penting lagi dari mana suara itu. Selama mendukung, ya diambil,” bebernya.
Lebih lanjut Ismail Yusanto mengatakan, sikap politik PKS ini bermasalah ketika dihadapkan dengan konteks perjuangan Islam. Apalagi melihat PKS dengan segala klaimnya sebagai partai Islam, tarbiyah dan dakwah.
“Apa mungkin bisa diharapkan dari anggota partai non-muslim bisa turut serta perjuangkan nilai-nilai Islam? Saya kira tidak. Karena itu di HTI tegas kita katakan bahwa setiap anggota wajib muslim,” tandas Ismail Yusanto.
Sebelumnya, dalam sebuah kesempatan Ketua DPP PKS, Jazuli Juwaini mengatakan, partainya terbuka untuk siapa saja yang hendak bergabung, termasuk dari non-muslim. Hal ini dinilai Jazuli Juwaini sebagai bentuk sikap kedewasaan berpolitik PKS dalam iklim demokrasi saat ini.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Bahkan, Ismail Yusanto menegaskan jika partai politik berbasis Islam saat ini sudah tak jauh beda dengan partai yang berhaluan nasionalis sekuler.
Penilaian ini dilontarkan Ismail Yusanto setelah adanya fakta politik bahwa partai Islam seperti PKS ternyata merekrut anggota yang beragama non-muslim.
“Saat ini partai Islam seolah takut berbicara soal Islam. Hal-hal yang berbau Islam dikurangi karena khawatir ada resistensi. Karena ini, partai Islam tidak ada bedanya lagi dengan partai nasionalis sekuler,” kata Ismail Yusanto saat berbincang dengan LICOM, Rabu (04/12/2013).
Menurut Ismail Yusanto, apa yang dilakukan oleh PKS bukan sesuatu yang mengherankan di tengah sistem demokrasi yang menghendaki
dukungan suara terbanyak. Sehingga, tidak lagi menghiraukan dari mana sumber suara itu diperoleh.
“Saya kira partai apa pun akan menggunakan logika rasionalitas demokrasi. Bagaimana cara untuk mendapatkan dukungan terbanyak. Tidak penting lagi dari mana suara itu. Selama mendukung, ya diambil,” bebernya.
Lebih lanjut Ismail Yusanto mengatakan, sikap politik PKS ini bermasalah ketika dihadapkan dengan konteks perjuangan Islam. Apalagi melihat PKS dengan segala klaimnya sebagai partai Islam, tarbiyah dan dakwah.
“Apa mungkin bisa diharapkan dari anggota partai non-muslim bisa turut serta perjuangkan nilai-nilai Islam? Saya kira tidak. Karena itu di HTI tegas kita katakan bahwa setiap anggota wajib muslim,” tandas Ismail Yusanto.
Sebelumnya, dalam sebuah kesempatan Ketua DPP PKS, Jazuli Juwaini mengatakan, partainya terbuka untuk siapa saja yang hendak bergabung, termasuk dari non-muslim. Hal ini dinilai Jazuli Juwaini sebagai bentuk sikap kedewasaan berpolitik PKS dalam iklim demokrasi saat ini.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar