Kader Dakwah Sesungguhnya di Birokrasi dan Parlemen - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

6 November 2013

Kader Dakwah Sesungguhnya di Birokrasi dan Parlemen


 Rasa-rasanya, bukan musimnya lagi perjuangan itu hanya sebatas klaim apalagi kalam (celotehan). Merasa terbaik, unggul, absah, hingga paling sahih, merupakan jargon yang telah usang. Sebagaimana menuduh media sebagai komplotan agitatif, merupakan ciri dari ketidaksiapan kita berjuang atraktif.

Bayangkan, PKS yang di 2009 memiliki jargon: BERSIH, PEDULI, PROFESIONAL. Kini jargon itu telah digunakan oleh WIN-HT, kendati diubah kata Profesional dengan Tegas. Artinya urusan jargon itu mudah dijiplak, ditiru, dan dibuat copy paste. Karena tak ada copyright bukan?

Namun ada satu langkah yang tidak bisa ditiru. Bukan hanya sekedar keteladanan. Tapi lebih kepada kepedulian integeratif, yang dilakukan secara massif dan nyata dalam aksi kontributif tanpa motif selain membahagiakan masyarakat.

Saya sempat pesimis, saat memperhatikan kader-kader dakwah PKS di parlemen dan birokrasi yang lebih mirip gaya Golkar-Demokrat-PDIP-PPP atau partai genre orde baru lainnya. Bayangkan, saat terpilih menjadi anggota dewan atau pejabat publik dari PKS, tak jarang yang "tidak mengerti" atau "pura-pura tidak mengerti" tentang misi Ishlaahul Hukumah (merestorasi birokrasi dan parlemen). Ia malah masuk dalam pusaran-pusaran yang justru melemahkan PKS sebagai partai dakwah.

Namun saat tadi malam saya silaturahmi dengan satu keluarga, yang adiknya masuk RSHS operasi jantung dengan beban biaya 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). Keluarga pasien yang masih muda ini (kelahiran 1980), sempat kebingungan dan hendak melelang rumahnya. Namun cahaya kebahagiaan itu datang, dari seorang anggota dewan dari PKS Komisi VI DPR RI, yang sigap dan tanggap.

Menurut keluarga yang "terselamatkan" nyawa dan hartanya tersebut mengatakan, "Saat kami tengah dirundung duka, antara kehilangan nyawa atau rumah harta satu-satunya yang berharga. Kami telah mengontak anggota dewan Kota Cimahi dan Provinsi. Jawabannya sungguh miris, 'Kalau sakit, datangnya ke RS. Kalau perlu obat, datangnya ke apotik. Bukan ke kami!' Padahal esok harinya, adik kami harus dioperasi. Sempat diberikan potongan oleh Dinkes Cimahi sebesar 5.000.000,- Namun sisanya darimana?"

"Lalu kami ditunjukkan nomor anggota dewan. Namanya Ir. Arif Minardi. Kami telpon jam 21.00 (kurang lebih). Suara telpon tanpa harus menunggu hingga 4 kali deringan, langsung diangkat. Kami adukan permasalahan kami. Ia dengan sigap mengatakan, 'Silahkan hubungi asisten saya bernama Pak A dan bu N. Besok bawa ke RSHS. Jika ada masalah, saya yang akan kontak Menkes langsung.' Esoknya kami ke RSHS. Ternyata sudah ada surat dari Dinkes Cimahi yang mencairkan bantuan kesehatan 150 juta. Padahal kami bukan kader PKS."

SubhanaLlah! Terus terang adrenalin perjuangan saya bangkit. Saya tahu pak Arif Minardi bukan ustadz yang hafal Al-Qur'an atau hadits. Bukan pula yang hapal teori-teori pengabdian Imam Hasan Al-Banna. Namun keteladanan dan sikap cepat tanggapnya, sepatutnya menjadi ciri dari panorama aksi anggota dewan partai dakwah: PKS.

Jadi kepada para calon legislatif PKS, kembalilah kepada niat awal perjuangan di parlemen. Jangan jadikan parlemen atau birokrasi sebagai sarana meraih pekerjaan, karena selama ini menganggur. Lalu tampil bergaya seakan Anda bukan lahir dari perjuangan para kader dakwah di bawah. Gaya hidup menjadi borju. Ke kantor sekedar hadir menjalani rutinitas. Lalu menjaga jarak dengan tetangga dan masyarat. Ditelpon tidak pernah diangkat. Mintanya dikunjungi bukan mengunjungi. Jabatan seakan menjadi sekat terhadap masyarakat, tapi alat perekat dengan pejabat dinas setempat.

Insya Allah, rakyat tidak akan meminta hak yang bukan haknya. Rakyat paham kader PKS adalah kader yang fasih tilawah Al-Qur'annya, rajin tahajjudnya, dan ramah terhadap kawannya. Namun yang tunggu dari anda adalah, sikap kontributif mengadvokasi masyarakat untuk meraih hak kesehatan di RS dan pendidikan di sekolah-sekolah. Jika menjadi anggota dewan ikut-ikutan hanya sekedar gagah-gagahan, maka jangan harapkan Ustadziyatul Alam itu terealisasikan!



Sumber : Facebook Artati Sansumardi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here