Sebanyak 24 pekerja DHL Express, Amerika Serikat, dipecat karena menunaikan Sholat Magrib.
Dikutip dari USA Today, kronologi pemecatan tersebut berawal dari adanya upaya pelaksanaan Sholat Magrib berjamaah pada jam kerja.
Pada 9 Oktober 2013 malam, terdapat 24 pekerja DHL yang berhenti bekerja pada sekitar pukul 7.24 di salah satu kantor DHL Express di Global Mail, Hebron, Kentucky Utara. Di salah satu sudut ruangan, mereka mulai melakukan sholat berjamaah dimana pria dipisah dengan perempuan.
Pengawas kemudian memanggil tiga karyawan DHL Muslim tersebut ke kantor dan menyuruh mereka untuk menunggu, ujar pekerja.
Berdasarkan laporan kepolisian, pengawas kemudian menelepon kantor polisi setempat dan meminta petugas untuk ke kantor DHL agar para pekerja bisa meninggalkan kantor tanpa adanya pengrusakan usai adanya pemecatan.
Shahira Abdullah (21 tahun) mengaku, tidak memiliki pilihan lain untuk menghentikan pekerjaannya dan menjalankan Sholat Maghrib secara diam-diam.
Untuk pekerja dengan shift mulai jam 18.00 sore, pengawas mengungkapkan, Muslim tidak bisa berhenti bekerja hingga pukul 20.00 malam. Akan tetapi, berdasarkan versi pekerja yang dipecat, pekerja non-Muslim dibiarkan berhenti bekerja untuk istirahat dan menghisap rokok.
Pekerja Muslim di DHL, di Hebron, telah meminta kebijakan kepada perusahaan untuk mengizinkan mereka menunaikan sholat. Ada jeda 15 menit untuk pergantian shift pertama dimulai. Sementara, shift berikutnya, untuk penyortir surat di gudang DHL, memiliki 30 menit istirahat makan siang disela empat jam waktu kerja dan terdapat 15 menit istirahat tambahan usai dua jam waktu makan siang.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Dikutip dari USA Today, kronologi pemecatan tersebut berawal dari adanya upaya pelaksanaan Sholat Magrib berjamaah pada jam kerja.
Pada 9 Oktober 2013 malam, terdapat 24 pekerja DHL yang berhenti bekerja pada sekitar pukul 7.24 di salah satu kantor DHL Express di Global Mail, Hebron, Kentucky Utara. Di salah satu sudut ruangan, mereka mulai melakukan sholat berjamaah dimana pria dipisah dengan perempuan.
Pengawas kemudian memanggil tiga karyawan DHL Muslim tersebut ke kantor dan menyuruh mereka untuk menunggu, ujar pekerja.
Berdasarkan laporan kepolisian, pengawas kemudian menelepon kantor polisi setempat dan meminta petugas untuk ke kantor DHL agar para pekerja bisa meninggalkan kantor tanpa adanya pengrusakan usai adanya pemecatan.
Shahira Abdullah (21 tahun) mengaku, tidak memiliki pilihan lain untuk menghentikan pekerjaannya dan menjalankan Sholat Maghrib secara diam-diam.
Untuk pekerja dengan shift mulai jam 18.00 sore, pengawas mengungkapkan, Muslim tidak bisa berhenti bekerja hingga pukul 20.00 malam. Akan tetapi, berdasarkan versi pekerja yang dipecat, pekerja non-Muslim dibiarkan berhenti bekerja untuk istirahat dan menghisap rokok.
Pekerja Muslim di DHL, di Hebron, telah meminta kebijakan kepada perusahaan untuk mengizinkan mereka menunaikan sholat. Ada jeda 15 menit untuk pergantian shift pertama dimulai. Sementara, shift berikutnya, untuk penyortir surat di gudang DHL, memiliki 30 menit istirahat makan siang disela empat jam waktu kerja dan terdapat 15 menit istirahat tambahan usai dua jam waktu makan siang.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar