Di Belanda, terdapat empat kota konsentrasi komunitas muslim, yakni Amsterdam, Utrecht, Rotterdam dan Den Haag. Amsterdam menduduki peringkat pertama dengan presentasi muslim mencapai 17 persen dari total populasi kota. Sebuah presentasi yang besar jika dibanding secara nasional dimana muslimin hanya mengambil bagian 5 persen dari demografi negeri kincir angin itu.
Namun tak hanya di ibu kota Amsterdam, geliat muslim Belanda juga sangat ketara di kota Utrecht. Kota terbesar keempat Belanda ini merupakan rumah bagi sekitar 45 ribu muslimin atau sekitar 14 persen dari total penduduk Kota. Menurut laman Euro-Islam, kegiatan ataupun aktivitas muslimin Belanda banyak terjadi di Utrecht, selain di ibukota Amsterdam.
Komunitas muslim Utrecht banyak berada di kawasan para imigran. Mengingat mereka memang para pendatang meski tak sedikit jumlah muslim dari kalangan warga asli Belanda. Jika menilik sejarah Islam di Belanda, Islam datang bersama dengan imigran asal Indonesia di tahun 1945. Sebagian mereka merupakan mantan tentara KNIL. Jumlah muslimin diantara mereka sekitar seribu orang.
Namun imigran Indonesia tersebut tak banyak mengambil andil dalam pembentukan awal komunitas muslim di Belanda. Komunitas muslim baru mulai terlihat ketika datang para imigran asal Suriname. Jumlah mereka terus meningkat sejak datang pertama kali di tahun 1960an yang hanya 5 ribu orang. Hingga tahun 1980an, jumlah mereka telah mencapai 30 ribu orang.
Komunitas muslim pun terbentuk dari para imigran Suriname dan Indonesia. Kemudian dalam perkembangannya datang para imigran asal Timur Tengah yang ikut meramaikan etnis muslim di negara kerajaan tersebut. Mereka berasal dari Turki, Maroko, Tunisia dan negara Timur Tengah lain.
Saat ini muslimin Utrecht dapat berbaur dengan baik. Mereka membentuk komunitas namun bersosial dengan masyarakat umum. Kehadiran mereka pun sedikit demi sedikit diterima meski sebagai kelompok minoritas. Mengutip dari RNW, kawasan tempat tinggal muslim digambarkan sebagai tempat banyak imigran tinggal. Disana banyak ditemui toko Turki ataupun Maroko yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Suasana Islam disana pun sangat kental.
Banyak pula masjid berdiri di Kota Utrecht. Tak jelas berapa jumlah masjid di kota pusat keagamaan Belanda itu. Namun di seluruh negeri kincir angin saja ada sekitar 400 masjid berdiri. Beberapa masjid di Utrecht diantaranya Masjid Abi Bakr Assadik, Masjid-ul-Aksa, Masjid Alfath, Masjid Assouna, Masjid Omer Alfarok, Masjid Sayidina Ibrahim, Masjid Ulu, Masdjied Anwar-E-Qoeba, dan masih banyak lain.
Di kota pelajar lokasi universitas terbesar Belanda Utrecht University tersebut, muslimin bahkan boleh mengumandangkan adzan. Hanya saja, adzan boleh menggunakan pengeras suara saat hari siang saja. Tak hanya itu, pernah ada pula kabar bahwa masjid-masjid di Utrecht membuka pondok-pondok pesantren.
Muslim Utrecht juga aktif menyuarakan dakwan Islam. Mereka juga tak segan menentang hal yang bertentangan dengan syariat. Seperti kasus penutupan poster di jalanan yang menampilkan foto wanita berpakaian seronok. Isu yang mencuat tahun lalu itu makin menunjukkan eksistensi muslimin di kota pusat budaya Belanda itu.
Selain itu, muslimin juga memiliki wakil di dewan parlemen. Para politisi muslim itulah yang terus membela kepentingan dan hak-hak minoritas muslim. Mengingat banyaknya hak muslimin yang seringkali diabaikan pemerintah karena berasal dari kelompok minoritas. Kendati demikian, secara umum pemerintah Belanda menghormati hak beragama. Apalagi Belanda menganut paham pemisahan gereja dengan negara, yakni agama dipisahkan dari pemerintah. Hal tersebut pun berdampak baik sebagai penyanggah larangan beragama bagi muslimin.
Komunitas Muslim Indonesia
Di Kota Utrecht, terdapat komunitas muslim asal Indonesia yang sangat aktif mengadakan beragam kegiatan. Kehadiran mereka juga makin menambah warna komunitas muslim Utrecht. Stichting Generasi Baru (SGB), demikian nama komunitas muslim Indonesia tersebut.
SGB berbentuk sebuah yayasan yang terdiri dari komunitas muslim Indonesia yang tinggal di Utrecht. Peran SGB bahkan menjadi Islamic Center di Utrecht. Mereka juga memiliki sebuah masjid yang menjadi pusat aktivitas keagamaan. Lokasinya berada di De Bazelstraat 31, Utrecht.
Banyak kegiatan yang dihelat SGB. Pesertanya pun bukan hanya muslim Indonesia, namun juga muslim Utrecht secara umum, bahkan kota-kota lain di Belanda. Salah satu event yang paling besar yakni saat hari raya. SGB biasa menjadi tuan rumah perayaan lebaran. Idul fitri tahun lalu misalnya. SGB merayakan lebaran bersama sekitar 180 muslimin dari beragam etnis yang ada di Utrecht.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Namun tak hanya di ibu kota Amsterdam, geliat muslim Belanda juga sangat ketara di kota Utrecht. Kota terbesar keempat Belanda ini merupakan rumah bagi sekitar 45 ribu muslimin atau sekitar 14 persen dari total penduduk Kota. Menurut laman Euro-Islam, kegiatan ataupun aktivitas muslimin Belanda banyak terjadi di Utrecht, selain di ibukota Amsterdam.
Komunitas muslim Utrecht banyak berada di kawasan para imigran. Mengingat mereka memang para pendatang meski tak sedikit jumlah muslim dari kalangan warga asli Belanda. Jika menilik sejarah Islam di Belanda, Islam datang bersama dengan imigran asal Indonesia di tahun 1945. Sebagian mereka merupakan mantan tentara KNIL. Jumlah muslimin diantara mereka sekitar seribu orang.
Namun imigran Indonesia tersebut tak banyak mengambil andil dalam pembentukan awal komunitas muslim di Belanda. Komunitas muslim baru mulai terlihat ketika datang para imigran asal Suriname. Jumlah mereka terus meningkat sejak datang pertama kali di tahun 1960an yang hanya 5 ribu orang. Hingga tahun 1980an, jumlah mereka telah mencapai 30 ribu orang.
Komunitas muslim pun terbentuk dari para imigran Suriname dan Indonesia. Kemudian dalam perkembangannya datang para imigran asal Timur Tengah yang ikut meramaikan etnis muslim di negara kerajaan tersebut. Mereka berasal dari Turki, Maroko, Tunisia dan negara Timur Tengah lain.
Saat ini muslimin Utrecht dapat berbaur dengan baik. Mereka membentuk komunitas namun bersosial dengan masyarakat umum. Kehadiran mereka pun sedikit demi sedikit diterima meski sebagai kelompok minoritas. Mengutip dari RNW, kawasan tempat tinggal muslim digambarkan sebagai tempat banyak imigran tinggal. Disana banyak ditemui toko Turki ataupun Maroko yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Suasana Islam disana pun sangat kental.
Banyak pula masjid berdiri di Kota Utrecht. Tak jelas berapa jumlah masjid di kota pusat keagamaan Belanda itu. Namun di seluruh negeri kincir angin saja ada sekitar 400 masjid berdiri. Beberapa masjid di Utrecht diantaranya Masjid Abi Bakr Assadik, Masjid-ul-Aksa, Masjid Alfath, Masjid Assouna, Masjid Omer Alfarok, Masjid Sayidina Ibrahim, Masjid Ulu, Masdjied Anwar-E-Qoeba, dan masih banyak lain.
Di kota pelajar lokasi universitas terbesar Belanda Utrecht University tersebut, muslimin bahkan boleh mengumandangkan adzan. Hanya saja, adzan boleh menggunakan pengeras suara saat hari siang saja. Tak hanya itu, pernah ada pula kabar bahwa masjid-masjid di Utrecht membuka pondok-pondok pesantren.
Muslim Utrecht juga aktif menyuarakan dakwan Islam. Mereka juga tak segan menentang hal yang bertentangan dengan syariat. Seperti kasus penutupan poster di jalanan yang menampilkan foto wanita berpakaian seronok. Isu yang mencuat tahun lalu itu makin menunjukkan eksistensi muslimin di kota pusat budaya Belanda itu.
Selain itu, muslimin juga memiliki wakil di dewan parlemen. Para politisi muslim itulah yang terus membela kepentingan dan hak-hak minoritas muslim. Mengingat banyaknya hak muslimin yang seringkali diabaikan pemerintah karena berasal dari kelompok minoritas. Kendati demikian, secara umum pemerintah Belanda menghormati hak beragama. Apalagi Belanda menganut paham pemisahan gereja dengan negara, yakni agama dipisahkan dari pemerintah. Hal tersebut pun berdampak baik sebagai penyanggah larangan beragama bagi muslimin.
Komunitas Muslim Indonesia
Di Kota Utrecht, terdapat komunitas muslim asal Indonesia yang sangat aktif mengadakan beragam kegiatan. Kehadiran mereka juga makin menambah warna komunitas muslim Utrecht. Stichting Generasi Baru (SGB), demikian nama komunitas muslim Indonesia tersebut.
SGB berbentuk sebuah yayasan yang terdiri dari komunitas muslim Indonesia yang tinggal di Utrecht. Peran SGB bahkan menjadi Islamic Center di Utrecht. Mereka juga memiliki sebuah masjid yang menjadi pusat aktivitas keagamaan. Lokasinya berada di De Bazelstraat 31, Utrecht.
Banyak kegiatan yang dihelat SGB. Pesertanya pun bukan hanya muslim Indonesia, namun juga muslim Utrecht secara umum, bahkan kota-kota lain di Belanda. Salah satu event yang paling besar yakni saat hari raya. SGB biasa menjadi tuan rumah perayaan lebaran. Idul fitri tahun lalu misalnya. SGB merayakan lebaran bersama sekitar 180 muslimin dari beragam etnis yang ada di Utrecht.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar