Berdasarkan perkiraan hasil survei
terbaru yang dirilis oleh sebuah lembaga survei, PKS alias Partai
Keadilan Sejahtera dan seluruh partai Islam akan berjaya dalam pemilihan
umum 2014. PKS menempati urutan teratas popularitas dan jika pemilu
diadakan hari ini maka responden akan memilih dengan 18,35%, PDIP
(15,03%), Golkar (14,34%), PKB dengan 11,28%, Demokrat (10,31%), PPP
(10,21%), Gerindra (8,03%) PAN (7,9%), Hanura (5,3%), PBB (3,2%), dan
PKPI (2,01%) sisanya belum menentukan pilihan, dalam survei yang
diadakan baru-baru ini.
Hasil perkiraan survei ini sangat
mengejutkan memang. Jika diperhatikan PDIP, Golkar, Demokrat perolehan
suaranya merosot dan PKS melesat naik. PKB, PPP perolehan suaranya naik,
demikian juga PAN walaupun tak signifikan. Para partai besar lain
anjlok perolehan suaranya, terutama Partai Demokrat yang porak poranda
dan suaranya diambil alih oleh partai baru seperti Gerindra dan Hanura
yang naik perolehan suaranya hampir dua kali lipat dari pemilu 2009.
Jika dicermati, perolehan keseluruhan
partai nasionalis dan parpol Islam jika digabungkan akan mencapai angka
perimbangan (PDIP, Golkar, PD, Gerindra, Hanura, PKPI hampir 60% sisanya
40% dikuasai oleh parpol Islam) - ini yang akan menguatkan gejala Poros
Tengah jilid II akan digalang oleh si empunya wani piro Amien Rais dan
Hidayat Nur Wahid. Benarkan kekuatan tersebut berubah ke arah
popularitas partai Islam? Kenapa mereka akan unjuk kekuatan pada pemilu
2014?
Pertama, rakyat Indonesia 83,2 % beragama Islam, jadi seperti di Turki dan Mesir, rakyat sudah tidak tertarik dengan partai sekuler atau nasionalis. Dengan prosentasi pemeluk Islam yang demikian besar, maka secara teori parpol Islam akan menang karena tidak memilih parpol Islam hukumnya berdosa.
Kedua, PKS dan para parpol Islam
sebagaimana parpol nasionalis, menyerahkan daftar caleg di daerah dan
DPR yang hampir 100% muka lama. Muka lama ini adalah para pemain yang
sudah lihai dalam politik. Mereka juga sangat berprestasi di DPR/D dalam
menggalang dana untuk partai dan diri mereka sendiri tanpa memikirkan
rakyat banyak.
Ketiga, kinerja PKS dan parpol Islam
adalah sebagai partai yang paling jujur, bersih, amanah dengan bukti
para bupati/walikota/gubernur terkenal bersih bajunya. Tidak ada satu
pun gubernur, bupati, walikota, menteri dari PKS dan para parpol Islam
melakukan korupsi kecil-kecilan, apalagi cuma mencuri uang recehan, tak
ada sama sekali. Para pemimpin publik dari PKS dan parpol Islam tak cuma
satu yang tersangkut korupsi.
Keempat, rakyat Indonesia sebagai umat
yang beragama adalah pemaaf. Allah SWT saja pemaaf, maka diajarkan umat
Islam Indonesia untuk memaafkan dan melupakan kebejatan para pemimpin
seperti Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah, Said Aqil Al Munawar, Al
Amin Nasution, Abdul Hadi, bahkan semua koruptor termasuk Aulia Pohan -
besan SBY - dan juga M Nazaruddin, Angelina Sondakh, Gayus Tambunan,
semua itu hanya khilaf. Khilaf. Semua orang bisa khilaf. Dengan tobat
juga dimaafkan, jadi akan dilupakan perbuatan bejat para koruptor
tersebut.
Kelima, gerakan Islam radikal seperti
FPI, FUI, PPI dan berbagai ormas akan melakukan mobilisasi besar-besaran
pada pemilu 2014 dengan mengeluarkan fatwa-fatwa yang mewajibkan para
pemilih beragama Islam untuk memilih parpol Islam. Hal ini dikuatkan
oleh fakta bahwa FPI dan kawan-kawan telah menjelma menjadi kekuatan
yang luar biasa. Pilkada DKI yang lalu telah menunjukkan betapa politik
segregatif anti pluralisme secara terang-terangan ditampilkan ke
permukaan dengan fatwa melarang memilih Jokowi-Ahok. Pun kemenangan FPI
melarang acara Miss World berlangsung di Jakarta juga menjadi tolok ukur
betapa lemahnya nasionalis dibanding dengan kelompok kiri tersebut.
Keenam, kemenangan dan kejayaan Ikhwanul
Muslimin di Mesir - yang pada akhirnya ditenggelamkan lagi oleh rakyat
Mesir dengan pelarangan organisasi itu - menjadi inspirasi bagi
partai-partai Islam di Indonesia khususnya PKS yang memang anak kandung
Ikhwanul Muslimin.
Ketujuh, rakyat Indonesia pelupa. Mereka
akan melupakan apapun, termasuk catatan para koruptor, kecuali uang
receh Rp 10,000 untuk memilih caleg. Kata mereka, daripada tak dapat
uang sama sekali, ya Rp 10,000 lebih baik daripada yang tak memberi. Toh
para caleg dan anggota dewan selesai pemilu melupakan kami, lupa pada
rakyat, semua lupa. Maka uang berapapun akan diambil oleh rakyat dan
semuanya beres: Rp. 10,000 kali 1,000 orang alias Rp 10,000,000 di
Sulawesi, Papua, Indonesia Timur bisa menjamin caleg jadi anggota DPRD.
Itulah penyebab kemenangan parpol Islam
pada 2014 berdasarkan perkiraan survei - surveinya sendiri belum
dilakukan lho, baru perkiraan hasil survei.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi


Tidak ada komentar:
Posting Komentar