Novela Nawipa Marahi Pengacara Joko-Kalla(Video) - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

13 Agustus 2014

Novela Nawipa Marahi Pengacara Joko-Kalla(Video)





Saksi mandat tim Prabowo-Hatta Novela Nawipa asal Awabutu, Paniani, Papua mampu membuat riuh dengan jawabannya yang lugas dan spontan. 

Novela merupakan saksi mandat tempat pemungutan suara Kampung Awaputu, Kabupaten Paniai, Papua. Sepanjang jalannya sidang, Novela selalu memberikan jawaban dengan aksen Papua yang kental dengan nada tinggi dan semangat menggebu-gebu. Tidak sedikit peserta sidang yang menganggapnya seolah sedang marah.

Seperti ketika Ketua MK Hamdan Zoelva menanyakan perihal aktivitas pemilu di tempat pemungutan suara (TPS) dimana ia menjadi saksi, Novela menjawab bahwa tidak ada aktivitas pemilu di kampungnya.

"Tidak ada pemungutan suara karena bilik suara saja tidak ada," jelasnya disambut gelak tawa para peserta sidang di gedung MK, Selasa (12/8/2014)

Lebih lanjut, Hamdan juga menanyakan apakah di lokasi TPS tersebut terdapat saksi lain dan petugas yang terlihat, dengan aksen lokal yang kental Novela kembali menjawab.

"Saya tidak tau ada saksi lain atau tidak. Yang jelas saya ada di sana, tidak ada aktivitas pemilu. Itu saja dari kampung saya, terima kasih," ucapnya.

Demikian juga ketika Hakim Patrialis Akbar bertanya mengenai situasi masyarakat pada saat pencoblosan 9 Juli 2014. Sebelumnya, Novela telah menjelaskan kepada Ketua Majelis Hakim Konstitusi Hamdan Zoelva bahwa tidak ada pencoblosan pada saat itu. Novela menjelaskan, pada saat pencoblosan, hanya ada dirinya dan sejumlah warga di TPS tempat dia seharusnya bertugas. Namun, ia tidak mendapati satu pun anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) ataupun logistik pemilu di TPS tempat ia bertugas.

"Bagaimana suasana masyarakat waktu itu? Ini kan proses pemilu, tetapi kan tidak ada kegiatan pemilu, bagaimana suasana masyarakat?" tanya Patrialis.

Mendapat pertanyaan itu, Novela lantas memberikan jawaban dengan nada tinggi.

"Ya, ada masyarakat. Bapak jangan tanya saya, saya juga masyarakat, Pak. Tanyanya ke penyelenggara pemilu yang harusnya melaksanakan sosialisasi, Pak, bukan kami," jawab Novela.

Jawaban itu seketika membuat Patrialis dan sejumlah hakim lainnya terkejut dan tertawa. "Ya, siap," kata Patrialis. "Ya, terima kasih," ujar Novela dengan nada tenang.

"Gini-gini, saya senang gaya-gaya Anda karena biasanya suasana ini jarang terjadi," kata Patrialis.

Patrialis Akbar juga menanyakan mengenai apakah ada masyarakat yang terlihat di lokasi pemungutan suara di kampungnya. Novela dengan spontan dan dengan tegas kembali menjawab,

"Jangan tanya saya Pak, saya juga masyarakat. Terima kasih," jelasnya.

Tingkah polah yang ditunjukkan Novela lagi-lagi membuat Patrialis tertawa. Ia pun meminta agar Novela mempertahankan gaya berbicara seperti ini. "Amin, Yang Mulia," ujar Novela.

Lain lagi dengan Hakim Arif Hidayat yang bertanya mengenai jarak TPS dengan lokasi tempat tinggal Novela. Secara spontan, Novela lantas menjawab 300 kilometer.

"Dekat, Yang Mulia. Hanya 300 kilometer," kata Novela.

"Jarak 300 kilometer dekat? Wah?" celetuk salah seorang wartawan.

Mendengar celetuk itu, Novela segera menganulir jawabannya.

"Maaf pak, saya manusia bukan Tuhan, ada salah. Maksud saya 300 meter," ucapnya disusul gelak tawa peserta persidangan.

Saat ditanya terkait kecurangan pilpres di distrik yang bukan tempat tinggalnya, Novela enggan menjawab. Dia mengaku hanya akan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan distriknya.

"Saya tidak mau bicara itu, saya hanya bicara di kampung saya," ujarnya.

Mendapat jawaban yang tidak memuaskan, Arif berujar "Saya bisa kacau ini kalau terus bertanya seperti ini."

"Bapak kacau, saya lebih kacau," ujar pemohon disambut riuh sidang.

Lalu tibalah giliran kuasa hukum Joko-Kalla, Taufik Basari yang memberikan pertanyaan kepada perempuan asal Papua tersebut. Seperti biasa, pertanyaan Taufik selalu berbelit dan berputar-putar pada hal yang sama. Novela lantas memarahi pengacara tersebut dengan jawaban yang tegas.

"Siapa yang tanda tangan surat untuk mandat tersebut?" tanya Taufik.

"Ketua tim pemenangan," jawab Novela.

"Ketua tim pemenangan atau koordinator saksi?" Taufik mengulang pertanyaannya.

"Ketua tim pemenangan," Novela kembali menegaskan.

"Anda masih ingat siapa ketua tim pemenangan tersebut?" pengacara Taufik mengulang lagi pertanyaan yang senada.

"Ah, bapak ini jangan tanya macam-macam, yang inti-inti saja, bapak mau cari kesalahan saya dari hal-hal kecil," jawab Novela memarahi pengacara kubu Joko-Kalla yang disambut gelak tawa peserta persidangan.

Mendengar ini Ketua Hakim MK Hamdan Zoelva lalu menghentikan dan mengingatkan Taufik Basari bahwa pertanyaan tersebut tidak relevan.

Kesaksian Novela Nawifa, saksi pemohon pada sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi pembicaraan di media sosial, seperti Twitter dan Facebook. pasalnya, tidak seperti saksi-saksi sebelumnya, Novela dengan tegas terkadang memarahi Pengacara KPU dan Hakim Konstitusi.

"Novela nawifa buat ngakak xD" tulis @khairiahfajrin.

"Hiburan pagi, nonton keterangan saksinya Prabowo di MK," tulis akun @medistorsi.

Menurut Novela, dirinya merasa yakin atas jawaban yang diberikan saat persidangan tadi. Sebab, segala jawaban sudah sesuai fakta di lapangan.

"Tidak masalah, pertanyaan kita jawab sesuai di lapangan," ujar Novela usai sidang di Gedung MK .

Selain itu, saat sidang tadi, perempuan dari Kampung Awabutu, Kabupaten Paniai, Papua itu tampak 'geram' saat menjawab pertanyaan Tim Hukum Jokowi - Jusuf Kalla , Taufik Basari. Menurutnya, pertanyaan yang dilontarkan Basari tidak sesuai.

"(Pertanyaan Taufik Basari) Tidak relevan," ujarnya.

Di sisi lain, terkait Pilpres yang diadakan memakai noken, Novela merasa tak masalah. Sebab, baginya yang terpenting di wilayahnya dilakukan pilpres.

    "Apapun sistemnya, noken atau lainya yang penting Pemilu harus ada," ucapnya."


Sayangnya, meski sudah terlaksana sistem demokrasi tersebut, menurutnya masih ada kecurangan di wilayahnya saat Pilpres.

    "Iya ada suara tapi tidak ada pencoblosan. Kami mau melakukan keberatan tapi penyelenggara tidak ada," terangnya.


Berikut videonya:
















sumber : intriknews
Baca juga: "Dandim dan Kapolres saja tidak berani, apalagi anda. Tidak masuk akal pertanyaan anda"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here