Setelah Duta Besar Amerika Serikat untuk RI, Robert Blake, menyusul jurnalis investigasi asal AmeriNegeri Paman Sam itu, Allan Nairn ikut menyinggung rekam jejak Prabowo Subianto.
Di blog pribadinya ( www.allannairn.org ), Allan Nairn mem-posting tulisan yang berjudul "Do I Have Guts," Prabowo Asked, "Am I Ready To Be Called A Fascist Dictator?". Tulisan itu berisi wawancara off the record Allan dengan Prabowo yang dilakukan pada Juni dan Juli 2001.
Di sana Allan menulis, salah satu dari banyak pasukan yang didukung AS untuk membunuh warga sipil adalah TNI, dan Jenderal Prabowo adalah salah seorang anak didik yang paling dekat dengan AS.
"Prabowo menggambarkan dirinya kepada saya, The Americans fair-haired boy," tulis Allan.
Pengamat politik dan hukum dari The Indonesian Reform, Martimus Amin berpendapat, pernyataan orang-orang asing itu sengaja diletupkan untuk mempengaruhi pemilihan publik atas pencapresan Prabowo. Asing, terutama AS dan kompradornya ketakutan terhadap pribadi dan visi misi Prabowo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara berdaulat, adil dan makmur.
"Jadi, selain obligor BLBI dan sejumlah purnawirawan jenderal yang sarat melakukan pelanggaran HAM pada masa lalu yang banyak berhimpun pada rivalnya capres 'Joko Widodo', kerasnya ikut campur pihak asing membangun opini menyerang, membuktikan Prabowo memang capres yang sangat ditakuti para bandit dalam dan luar negeri," ujarnya kepada Rakyat Merdeka Online, Jumat (27/6).
Jika para bandit kompak menjegal, menurut dia, selayaknya rakyat bersatu padu mendukung dan memberikan mandat kepada Prabowo menjadi pemimpin Indonesia. Tujuannya, agar aksi para bandit dapat segera diakhiri. Sebab, selama ini mereka begitu congkak dan leluasanya menggarong kekayaan, menginjak kedaulatan dan harga diri bangsa Indonesi.[wid]
Sumber : rmol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar