Sebut saja Rifki.. Demikian Kompas.Com menyebut nama orang pertama memunculkan adanya isu Babinsa for Prabowo. Berita itu bertajuk “Datangi Rumah ke Rumah, Anggota Babinsa Arahkan Warga Pilih Prabowo”.
Lihat linknya : kompas.com
Kompas.Com pada Kamis, 5 Juni 2014 pukul 09.57 WIB menjadi kanal berita yang pertama kali melansir isu Babinsa for Prabowo. Si “Sebut Saja Rifki” ini juga menjadi orang yang memunculkan isu Babinsa for Prabowo. Penulisnya Sabrina Asril. Editornya Sandro Gatra.
Kemunculan berita Kompas.com tersebut membuat tuduhan Babinsa for Prabowo menjadi komoditas media. Tak hanya itu, Tjahjo Kumolo sebagai Ketua Tim Pemenangan Jokowi – JK aktif sekali bersuara soal Babinsa for Prabowo. Jusuf Kalla juga cukup aktif bersuara soal Babinsa for Prabowo.
Masyarakat pun seketika menyimpulkan, adanya Babinsa for Prabowo adalah sebuah kebenaran nan faktual. Bagaimana cara mengidentifikasi kebenaran isu Babinsa for Prabowo?
Masyarakat pun seketika menyimpulkan, adanya Babinsa for Prabowo adalah sebuah kebenaran nan faktual. Bagaimana cara mengidentifikasi kebenaran isu Babinsa for Prabowo?
Pertama, lihat narasumber pertama yang dipakai. Si “Sebut Saja Rifki” inilah yang menjadi narasumber pertama isu Babinsa for Prabowo. Orang lupa menyoroti si “Sebut Saja Rifki” ini ketika membahas Babinsa for Prabowo ngalor ngidul.
Pertanyaan saya adalah benarkah ada sosok “Sebut Saja Rifki” ini? Ataukah “Sebut Saja Rifki” ini hanya tokoh imajiner penulis dan atau Editor Kompas.Com saja? Dalam Konsultan komunikasi, sangat umum wawancara dan penulisan naskah dilakukan oleh Konsultan, lalu penulis tinggal menayangkannya saja.
Apalagi sangat janggal wartawan Kompas.Com kok bisa menemukan si “Sebut Saja Rifki” ini. Padahal alamiahnya, warga yang resah akan melapor ke Bawaslu misalnya. Kenapa bisa si “Sebut Saja Rifki” ini langsung diwawancarai Kompas.Com? Konsultankah yang mempertemukan si “Sebut Saja Rifki” dengan Sabrina Asril sang wartawan Kompas.Com? Sabrina Asril sang peliput bertemu langsung si “Sebut Saja Rifki” ini atau hanya menelpon dengan nomor yang diberikan sang Konsultan? Jika melalui telpon, bagaimana cara Sabrina Asril sang penulis memastikan yang ditelponnya adalah warga? Bagaimana jika Sabrina Asril menelpon seorang yang sudah disetting sang Konsultan dan mengaku “Sebut Saja Rifki”?
Pola semacam ini memang sangat umum di dunia konsultan. Konsultan mengatur wawancara telpon dengan narasumber yang dibilang warga A, padahal orang dalam konsultan itu sendiri. Itu jika Sabrina Asril sang penulis perdana Babinsa for Prabowo melakukan wawancara via telpon.
Bagaimana jika Sabrina Asril mewawancara tatap muka si “Sebut Saja Rifki”? Sama saja, tidak tertutup kemungkinan salah seorang warga diminta berkomentar sesuai naskah kepada Sabrina Asril. Pola ini juga biasa dalam dunia konsultan komunikasi.
Satu-satunya cara membuktikan kebenaran berita karya Sabrina Asril adalah mewawancara ulang si “Sebut Saja Rifki”. Atau bisa juga dengan mewawancara tatap muka sejumlah warga Jakarta Pusat yang mengaku gerah dengan Babinsa for Prabowo.
Tapi saya ragu narasumber “Sebut Saja Rifki” ini nyata keberadaannya, karena saya melihat kejanggalan pada naskah berita Sabrina Asril.
Kedua, lihat naskah berita perdana. Apabila melihat naskah perdana berita Sabrina Asril soal Babinsa for Prabowo, terlihat sejumlah kejanggalan.
Pernyataan Rifki di Kompas.Com, Kamis 5 Juni 2014
Tulisan Sabrina Asril ingin mengesankan ada represi pada warga Tionghoa dan Kristen di Jakarta Pusat. Ini jelas bermain pada stigma Prabowo yang berhasil menggalang koalisi Parpol Islam. Risiko yang dihadapi Prabowo dengan menggalang koalisi Parpol Islam adalah dituduh menjadi pelaku atas serangan kepada Kristen. Justru kondisi ini akan dimanfaatkan lawan Prabowo untuk seolah menjadikan Prabowo pelakunya. Jika kubu Jokowi melakukan pembakaran Gereja, tentu orang mudah menuduh Prabowo pelakunya. Jika kubu Jokowi merancang represi kepada area Tionghoa, tentu orang dengan mudah menuduh Prabowo pelakunya.
Pernyataan Rifki di Kompas.Com Kamis 5 Juni 2014
Tulisan Sabrina Asril juga mengingatkan kembali pada kerusuhan 1998 yang mana menjadi stigma negatif Prabowo. Sudah umum di masyarakat berpandangan bahwa kerusuhan 1998 menjadikan etnis Tionghoa korban. Kerusuhan 1998 juga menjadi stigma negatif kepada Prabowo. Terlihat jelas pernyataan si “Sebut Saja Rifki” dalam tulisan karya Sabrina Asril ini mengangkat kembali soal Kerusuhan 1998.
Padahal kalau dilihat secara fakta, bukan Prabowo dalang Kerusuhan 1998. Lihat tulisan saya Fakta Kunci Tuduhan Penculikan Prabowo bit.ly/1tgvC0d
Pernyataan Rifki di Kompas.Com Kamis 5 Juni 2014
Tulisan Sabrina Asril juga ingin mengesankan bahwa mengerahkan Babinsa menandai keputusasaan Prabowo. Perhatikan baik-baik kalimatnya “Kalau sudah xxx, tandanya sudah takut kalah”.
Coba cek apa jawaban yang selalu diberikan Jokowi, JK, Tjahjo Kumolo, Tim Jasmev terhadap isu negatif Jokowi. SOP tim Jokowi – JK dalam menghadapi serangan selalu menjawab
“Kalau sudah xxx (sebar fitnah), tandanya sudah takut kalah,”.
“Kalau sudah xxx (pakai black campaign), tandanya sudah takut kalah,”
“Kalau sudah xxx (kerahkan Babinsa), tandanya sudah takut kalah,”
Dari 2 analisa terhadap eksistensi si “Sebut Saja Rifki” dan pesan utama dalam Naskah, saya kira Babinsa for Prabowo hanya sebuah manuver dari tim Jokowi.
Analisa saya jelas, sangat janggal kenapa si “Sebut Saja Rifki” menyampaikan semua stigma negatif Prabowo dalam satu paket. Apakah natural si “Sebut Saja Rifki” membahas soal Kerusuhan 1998? Apakah natural si “Sebut Saja Rifki” membahas soal tempat tinggalnya yang dominan Kristen dan Tionghoa? Apakah natural si “Sebut Saja Rifki” memakai kalimat SOP Jokowi JK dalam menghadapi setiap isu negatif?
Jelas terlihat sekali indikasi bahwa tim Jokowi – JK adalah pihak yang mengorganisir isu Babinsa for Prabowo. Kuncinya ada pada eksistensi si “Sebut Saja Rifki”.
Ada teman sebut, tapi Babinsa menyatakan memang melakukan pendataan geografis dan demografis. Pertanyaan teman itu, bagaimana jika di tengah pendataan geografis dan demografis itu benar ada titipan Vote Prabowo?
Tadi sudah saya sebut, bisa dilakukan kroscek langsung ke “Sebut Saja Rifki”, untuk memastikan kebenaran Babinsa for Prabowo. Metode kedua, bisa kroscek juga warga di area tempat tinggal “Sebut Saja Rifki”, untuk memastikan kebenaran Babinsa for Prabowo.
Tentu saja, dua metode ini bisa dilakukan jika memang si “Sebut Saja Rifki” memang eksis dan bukan karangan konsultan Jokowi – JK.
Lagipula, fakta bahwa Babinsa bagian dari TNI bukan berarti penggerak Babinsa for Prabowo adalah Prabowo. Faktanya, kelompok purnawirawan TNI terpecah antara ke Jokowi dan ke Prabowo. Dalam perang intelijen dan kontra intelijen, sangat mudah mengatur operasi Babinsa for Prabowo untuk memojokkan Prabowo. Apalagi, ada Hendro Priyono (mantan kepala BIN) di kubu Jokowi. Ketika ada oknum TNI melakukan aksi Vote Prabowo seperti kasus Babinsa, bukan serta merta itu digerakkan oleh Prabowo.
Faktor lain yang perlu dilihat untuk melakukan analisa adalah fakta bahwa tim Jokowi – JK begitu aktif bersuara soal Babinsa for Prabowo. Tjahjo Kumolo dan Jusuf Kalla menjadi pihak yang paling aktif memanfaatkan isu Babinsa for Prabowo. Berita Satu, kanal berita milik James Riady yang menjadi backing Jokowi juga gencar sekali mengangkat wacana Babinsa for Prabowo. Tak lupa, Jawa Pos milik Dahlan Iskan yang dukung Jokowi karena dijanjikan kembali jabat Menteri BUMN juga aktif bahas Babinsa for Prabowo. Metro TV milik Surya Paloh sang pendiri Nasdem sudah tak perlu ditanya, sangat aktif bermain Babinsa for Prabowo.
Fakta bahwa tim Jokowi – JK (Tjahjo Kumolo, Jusuf Kalla, Berita Satu, Jawa Pos) begitu aktif bersuara memperkuat dugaan bahwa mereka lah yang bermain. Dan dugaan saya, mereka akan terus menggenjot wacana ini untuk kemudian dimanfaatkan untuk melakukan survey.
Saya yakin, di tengah kisruh Babinsa for Prabowo ini, LSI Denny JA yang disewa oleh Jokowi akan melakukan survey. Tujuannya, mendorong hasil statistik yang ditargetkan menurunkan laju kenaikan Prabowo. Karena belakangan, seperti dikatakan pengamat Yunarto Wijaya, hasil survey Jokowi – JK stagnan, sedangkan Prabowo – Hatta melaju cepat. Fakta laju kenaikan Prabowo – Hatta ini tentu akan mempengaruhi opini publik terhadap Prabowo – Hatta.
Untuk meredam itu, tim Jokowo – JK sengaja merancang isu Babinsa for Prabowo. Tak perlu benar dan faktual peristiwa Babinsa for Prabowo ini, yang penting bisa dimainkan secara massif di media massa. Lalu LSI Denny JA akan melakukan survey di tengah isu negatif yang memojokkan Prabowo.
Saya perhatikan, LSI Denny JA selalu bermain di kewilayahan dan timing melakukan survey untuk mengangkat hasil survey Jokowi – JK. Survey terakhir LSI Denny JA dilakukan pada 18 – 25 Mei 2014. Padahal, pendaftaran capres dan cawapres ditutup pada 20 Mei 2014, kenapa survey LSI Denny JA tidak dimulai pada 21 Mei 2014?
Sederhana, pada 16 – 18 Mei 2014 PDIP mulai meramaikan di media bahwa Jusuf Kalla final jadi Cawapres Jokowi. Sementara Prabowo belum mengumumkan nama Cawapresnya pada periode 16 – 18 Mei 2014. Perbedaan timing ini memberikan hasil survey yang lebih menguntungkan kepada Jokowi – JK, kurang menguntungkan kepada Prabowo.
Prediksi saya, isu Babinsa for Prabowo ini akan terus dimainkan oleh tim Jokowi – JK di media massa, terlepas benar tidaknya isu itu. Berita Satu, Metro TV dan Jawa Pos sudah pasti akan menjadi motor penggerak Babinsa for Prabowo setidaknya selama 1 pekan ke depan. Kenapa saya prediksi Babinsa for Prabowo akan terus bermain selama 1 pekan ke depan? Karena LSI Denny JA akan memulai survey pada puncak wacana Babinsa for Prabowo ini, yaitu pada pekan depan.
Sekarang semua kanal media yang mendukung Jokowi – JK terus menggenjot isu Babinsa for Prabowo dan semakin memuncak. Perkiraan saya, isu Babinsa for Prabowo akan dikembangkan menjadi pertarungan TNI di kubu Jokowi dan kubu Prabowo. Lalu dikembangkan menjadi mempertanyakan Netralitas TNI. Hasil akhir yang diharapkan adalah masyarakat muak dengan partisipasi TNI dalam Pilpres yang notabene merugikan Prabowo sebagai pensiunan TNI.
Ringkasnya ada 4 step yang akan terjadi pada isu Babinsa for Prabowo :
1. Babinsa for Prabowo (sudah terjadi)
2. Pertarungan TNI di kubu Jokowi dan Prabowo (sedang terjadi)
3. Mempertanyakan netralitas TNI (baru dimulai)
4. Masyarakat muak dengan partisipasi TNI maupun Purnawirawan TNI dalam Pilpres
Prediksi saya, poin 2, 3 dan 4 akan memuncak selama sepekan mendatang 9 – 16 Juni 2014. Saat itulah LSI Denny JA akan melakukan survey untuk mencetak hasil survey yang memperlambat laju kenaikan Prabowo.
Dari beberapa analisa di atas, saya simpulkan 2 hal :
1. Babinsa for Prabowo dirancang oleh tim Jokowi – JK menghantam Prabowo dan survey LSI Denny JA.
2. Babinsa for Prabowo adalah miskomunikasi warga dengan Babinsa tapi dimanfaatkan tim Jokowi – JK untuk keperluan menghantam Prabowo dan survey LSI Denny JA.
Tapi feeling saya mengatakan, isu Babinsa for Prabowo ini adalah rancangan tim Jokowi – JK. Apalagi Bawaslu kini tengah memeriksa tim Jokowi – JK terkait isu Babinsa for Prabowo.
Lihat berita ini :
Dugaan Pengerahan Babinsa Untuk Pilih Prabowo, Bawaslu Periksa Tim Jokowi
Mari kita simak kelanjutannya.
Bacaan Tambahan :
Kalau Jokowi Dilukai, Bukan Berarti Prabowo Pelakunya bit.ly/1nxUMWx
Sumber : kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar