Beberapa televisi swasta tadi malam menyiarkan pernyataan Rhoma Irama, bahwa kemungkinan besar dia menarik dukungannya terhadap PKB, karena partai yang dipimpin Cak Imin (Muhaimin Iskandar), ikutan mencapreskan Jokowi. Sosok Rhoma memiliki karakter dan sikap yang jelas dalam berpolitik. Bukan tipe pemimpin yang ‘plin-plan’.
Rhoma Irama berhasil menaikkan pamor dan nilai ‘tawar’ PKB. Dari partai kelas ‘gurem’, tak berharga, sebelum pemilu, suaranya hanya 4 persen, kemudian dengan dukungan kampanye Rhoma, PKB menjadi partai yang berharga, memiliki nilai tawar, dan mendapatkan suara hampir 10 persen. Jokowi yang sudah nyohor saja, tidak becus, menandingi Rhoma.
Rhoma bukan tokoh kemarin ‘sore’, sudah bulukan dalam blantika politik. Sudah kenyang dengan asam garam dalam berpolitik. Dia bukan semata penyanyi ‘dangdut’ yang banyak dicibir oleh para pengikut musik ‘ngak-ngik-ngok’ produk Barat.
Rhoma memiliki otak yang ‘smart’, dan lagu-lagunya memberikan inspirasi dan pendidikan bagi masyarakat luas. Jadi tidak salah kalau PKB mencalonkan Rhoma menjadi calon presiden. Jika Rhoma diadu dengan Jokowi, yakin pasti Rhoma yang bakal menang. Karena, Rhoma pasti didukung oleh ‘grassroot’ (rakyat kalangan bawah) yang mayoritas Muslim.
Rhoma hanya bernasib kurang baik. Hanya dijadikan ‘vote getter’ oleh PKB dan Cak Imin, ibaratnya seperti pepatah ‘habis-manis sepah dibuang’. Itulah nasib Rhoma. Tidak berani memperjuangkan Rhoma menjadi pemimpin nasional Indonesia. Rhoma bukan hanya 'vote getter', tetapi bisa menjadi alternatif, diantara tokoh yang muncul, dan kebanyakan sudah 'busuk'.
Tetapi, sesudah PKB mendapatkan suara 10 persen, PKB tidak bersyukur, kemudian Rhoma tidak lagi dilibatkan dalam proses politik di internal PKB. Para elite PKB sibuk jualan dagangan ‘PKB’ kepada partai lain. Pasti dengan harga yang tidak murah.
Inilah karakter para pemimpin Partai Islam. Di kepalanya hanya ada judul ‘duit, duit, duit, dan jabatan’, sehingga berani mengorbankan aspirasi pemilihnya yang mayoritas Muslim. Bahkan, menjual 'aqidah' alias 'agama' ditukar dengan harga yang murah.
Rhoma menolak mendukung Jokowi dan PDIP, karena tokoh penyanyi ‘dangdut’ itu sangat sadar, bahwa Jokowi itu hanyalah ‘boneka’ konglomerat, atau boneka ‘Asing dan A Seng’, yang berada di belakangnya.
Rhoma juga sangat sadar, bahwa PDIP itu gudangnya Kristen, di mana terdapat 183 caleg PDIP yang beragama Kristen, dan beragama Islam, dari kelompok JIL (Jaringan Islam Liberal), bahkan Jokowi merekomendasikan tokoh Syi’ah Jalaluddin Rahmat menjadi caleg PDIP, dan terpilih dari daerah pemilihan Jawa Barat.
Terbetik berita, Jokowi juga akan menjadikan Jalaluddin Rahmat menjadi Menag, kalau Jokowi terpilih menjadi presiden (na’udzu billah).
Rhoma dengan tegas mengatakan tidak mau mendukung Jokowi, diantaranya juga karena ingin Jokowi menyelesaikan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tidak mengkhianati rakyat DKI Jakarta yang sudah memilihnya dibiarkan kleleran, tidak terurus dan dibiarkan menderita, sementara Jokowi mengejar ambisinya menjadi presiden.
Sunggguuuh ... teerlaaluuu .. !(voa-Islam)
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar