Lima Budaya Indonesia Tabu di Gaza, Palestina - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

26 Mei 2014

Lima Budaya Indonesia Tabu di Gaza, Palestina


Menurut cerita para relawan pembangunan Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, ada beberapa kebiasaan masyarakat Indonesia yang dianggap tabu oleh masyarakat Gaza.

Saat di jumpai di Jakarta, Rabu (14/5), Bukhari Muslim, relawan MER-C asal Pondok Pesantren Al-Fatah Lampung mengungkapkan kepada Media Islamia bahwa ada beberapa hal yang dianggap aib bagi warga Gaza yang pernah dilakukan oleh beberapa relawan asal Indonesia.

Pertama menepuk bokong

 Bercanda menepuk bokong teman pernah dilakukan oleh relawan asal Indonesia. Ternyata hal itu dianggap perbuatan yang tidak baik di masyarakat Gaza.

“Justeru memegang kepala adalah tanda kasih sayang bagi mereka di mana orang Indonesia akan marah jika kepalanya dipegang,” kata Bukhari yang memiliki keahlian dibidang pemasangan gypsum.

Kebiasaan kedua adalah bersendawa.
Menurut pengakuan para relawan yang bekerja membangun rumah sakit untuk rakyat Palestina, begitu tingginya karakter warga Gaza dalam memuliakan tamu, banyak tawaran undangan makan bagi para relawan.

Namun kebiasaan bersendawa setelah makan bagi orang Indonesia, ternyata dianggap aib oleh masyarakat Gaza.

“Berulang kali kami menjadi malu karena sering ditegur diingatkan bahwa bersendawa adalah aib,” kata Bukhari.

Ketiga, laki-laki mengucapkan salam kepada muslimat

Masyarakat Gaza sangat menjaga hijab antara kaum laki-laki dengan kaum wanita.
Syuhada, relawan asal Lampung lainnya mengatakan, tidak ada dijumpai laki-laki berjalan bersama perempuan di jalanan. Mengucapkan salam atau menegur muslimat di jalan dianggap suatu aib.

Keempat, shalat memakai sarung
Menurut keterangan Ir. Abu Fikri, Pimpinan Project Pembangunan RS Indonesia di Gaza, shalat mengggunakan sarung sebagaimana yang dilakukan para relawan, dianggap buruk oleh Muslim Gaza.

“Mereka mengatakan bahwa sarung adalah pakaian yang digunakan untuk urusan-urusan di tempat tidur,” kata Abu Fikri.

Kelima, anak usia lima tahun ke atas bermain bareng dengan lawan jenis yang seusia

Untuk yang satu ini, memang tidak dilakukan oleh para relawan, tapi relawan asal Wonogiri, Karidi, mengatakan bahwa anak usia di atas lima tahun dilarang bermain atau bercakap-cakap dengan lawan jenisnya.

“Jika itu terjadi, maka anak tersebut dianggap aib oleh keluarga,” kata Karidi. (mediaislamia).





Sumber : Facebook Artati Sansumardi








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here