Pernah terjebak ke dalam kebaikan? Yah, saya adalah bukti yang masih hidup. Masa itu saya alami ketika saya masih menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri di Solo yang kala itu saya mengikuti Liqa Tarbiyah. Ya, dahulu saya adalah seorang wanita tomboy dan membenci yang namanya rok. Walaupun sudah berjilbab sejak SMA. Ya, saya mengikuti pembinaan itu.
Pembinaan yang dilakukan itu bukan meraup massa sebanyak mungkin.. Target utama ‘Para Kanda Sejati’ adalah bagaimana orang-orang yang tak kenal agama menjadi kenal agama. Yang sekedar tahu menjadi paham. Sekali lagi, bukan pengumpulan massa, apalagi pengumpulan massa partai.
Ketika sudah bergabung di dalamnya, ada suatu kajian yang dibahas baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Ada yang memutuskan untuk bergabung dengan partai, dan ada yang tidak mau bergabung, alias hanya simpatisan. Yang terpenting dari semua itu.. satu tujuan tercapai. Menjadikan yang tidak kenal agama menjadi kenal agama. Salah satu yang diajarkan adalah Bagaimana cara berinteraksi dengan lawan jenis, beribadah kepada Allah SWT dengan baik, berbakti kepada orang tua, dan masih banyak lagi..
Jika ada yang bertanya, kenapa mau-maunya anak-anak muda ini terjun ke partai politik yang konon kata banyak orang politik itu kotor. Dan mau-maunya terjun di dunia seperti itu tanpa embel-embel rupiah. Jawaban dari pribadi saya sendiri “Itulah kerja dari usul konkret kita, seorang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang”.
Menentang kebijakan-kebijakan negara yang menghancurkan secara perlahan Syariat Islam. Fashion, fun, food yang telah menjalar di negeri yang kebanyakan muslim ini. Menjadikan perang pemikiran di otak-otak manusianya. Yang buruk menjadi baik, yang baik menjadi buruk. Ya, pemahaman kebaikan dan keburukan menjadi salah kaprah. Mengaku Islam tetapi tidak mengetahui sebenarnya apa itu Islam. Mengaku Islam, tetapi akhlaknya masih belum mencerminkan seorang muslim
Teringat seseorang wanita santun nan tegar yang berpesan kepada kita-kita yang masih culun-culun saat itu, bahwasanya “Ketika kita memfigurkan seseorang dalam jamaah ini, maka tunggulah kehancuran jamaah ini”.
Tujuan dari pembinaan ini bukanlah PARTAI, jadi ketika partai dakwah ini hancur, maka PEMBINAAN masih akan tetap berlangsung…
Jadi, kenapa saya masih setia dengan PKS? Karena saya tahu Partai ini adalah partai perjuangan yang dihusung kader-kader yang tidak bermodal rupiah dan tidak bermata rupiah. Semboyan kami sesuai dengan Al Quran ““Dan berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu di jalan Allah” (At Taubah:41)”. Orang-orang yang berada di dalamnya pun tidak semuanya baik dan tidak semuanya seperti yang engkau sangkakan baik. Namun, kita masih akan terus belajar bagaimana mengemban amanah-amanah yang membuat beban ini semakin berat. Ya, kami tak berdoa untuk mengecilkan beban yang ditangguhkan kepada kami, tapi kami senantiasa berdoa agar Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa mengokohkan punggung ini untuk memikul beban amanah dakwah ini.
Perintah berjihad dengan harta selalu bergandengan dengan perintah berjihad dengan jiwa, bahkan perintah berjihad dengan harta selalu didahulukan kecuali pada satu tempat. Ini menunjukkan bahwasanya jihad dengan harta lebih ditekankan dari jihad dengan jiwa. Dan tidak diragukan lagi bahwa jihad dengan harta adalah salah satu jihad sebagaimana sabda Rasulullah shalallhu alaihi wasallam: “Barang siapa yang membantu persiapan orang yang akan berjihad maka ia berjihad”. Maka wajib berjihad dengan harta atas orang yang tidak mampu berangkat perang sebagaimana juga wajib atas yang berangkat jihad (bila mampu). Karena tidak sempurna jihad dengan badan kecuali dengan mengorbankan harta. Tidak akan ada pertolongan dari Allah kecuali dengan adanya jumlah orang yang cukup dan perbekalan yang cukup. Apabila seseorang tidak mampu memperbanyak jumlah orang maka ia wajib memperbanyak harta dan perbekalan mujahidin. Apabila wajib haji dengan harta atas orang yang tidak mampu melakukannya dengan badan maka berjihad dengan harta atas orang yang tidak mampu dengan badan lebih wajib lagi” (Zaadul Ma’ad:3/475-476)
Ya, saya orang PKS. Kalau dulu saya malu-malu menampakkan diri bahwa saya seorang PKS. Malu kepada adik-adik kelas karena masih ingin beridealisme sebagai mahasiswa yang culun akan partai. Tapi sekarang saya mengakui bahwa saya adalah seorang kader PKS. Semoga Allah memberikan punggung yang kuat untuk kader-kader yang mengemban amanah. Doakan teman.(Hana Hasanah)
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar