Seisi stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Selatan, memutih, pada Ahad (16/3/2014). Kader-kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari Jakarta dan sekitarnya seperti ingin unjuk kekompakan pada hari pertama kampanye terbuka menjelang Pemilu 2014 tersebut.
Dengan aneka kendaraan mereka menyambangi lokasi kampanye. Sanak famili tak lupa dibawa serta. Tak hanya Gelora Bung Karno, jalan-jalan di Jakarta juga dipepaki orang-orang dengan pakaian berwarna putih, warna kebesaran PKS.
Tapi, yang riuh bukan hanya di jalan-jalan Jakarta dan Gelora Bung Karno. PKS pada hari itu juga berjaya di dunia maya.
Lembaga analisis Awesometrics mencatat, penyebutan "Partai Keadilan Sejahtera" dengan jargon utama "PKSM3NANG" mendominasi media sosial pada Ahad. Mesin Awesometrics menghitung perolehan PKS sebanyak 63.542 kali penyebutan di facebook dan twitter. "Pesaing terdekatnya, PDI Perjuangan hanya meraih 10.315 dan Partai Golkar mengantongi 8.202 percakapan," kata Peneliti Awesometrics Ridho Rahman.
Soal keriuhan di Ibu Kota, bolehlah perancangannya tak jauh-jauh dari lokasi kampanye. Tapi, dunia maya tak mengenal sekat geografis. Kejayaan PKS di dunia maya hari itu dirancang di sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Piyungan nama kecamatan tersebut.
Menurut Awesometrics, salah satu influencer yang berperan meramaikan dunia maya dengan aneka cuitan terkait PKS adalah akun twitter @pkspiyungan. Sebanyak 13.652 percakapan tentang PKS di dunia maya diinisiasikan akun tersebut. Aktivitas tertinggi diperoleh lewat retweet atas 222 kali kicauan @pkspiyungan. Siapa dan bagaimana akun tersebut memengaruhi dunia maya?
Republika mencari tahu dengan rnenghubungi Sekretaris DPC PKS Piyungan, Sulistio, Kamis (3/4). Ia kemudian menghubungkan dengan admin dari jejaring media dan akun sosial media terkait PKS Piyungan. Berikut kisah mereka.
DPC Piyungan berdiri sejak 15 Mei 2008. Saat mula-mula berdiri, mereka bergerak di dunia maya melalui laman blog. Awalnya, hanya untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan PKS di Kecamatan Piyungan dan wilayah Yogyakarta.
SDM yang menangani gerak PKS Piyungan di dunia maya adalah para mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, dan sejumlah mahasiswa universitas swasta. "Kami bekerja secara mandiri dan natural. Jangankan dibayar, malah kami membiayai sendiri untuk menangani ini," tulis admin @pkspiyungan.
PKS Piyungan kemudian merambah sosial media dengan membuat fanpage di facebook yang saat ini anggotanya telah mencapai 54 ribu fans. Dan sejak 10 Nopember 2010 PKS Piyungan juga merambah ke twitter.
Tak dinyana, respons atas jejaring PKS Piyungan di intemet dan media sosial membeludak. Saat itulah kemudian kader di PKS Piyungan menyadari bahwa internet punya pengaruh luar biasa untuk parpol.
Sejak itu, mereka meyakini bahwa dunia maya akan menjadi arena pertempuran sesungguhnya
merebut hati masyarakat. Pasalnya teknologi akan semakin modern, akses internet akan semakin mudah, murah, dan masif.
Strategi kemudian dirancang. Posting-an di internet kian digencarkan. Kualitas materi yang dilontarkan ke dunia maya juga kemudian ditimbang lebih seksama. Sementara kegiatan di sosial media semakin dipacu.
Pendekatan juga dibuat berbeda. Bahasa-bahasa kaku yang kebanyakan digunakan kader PKS mulai ditinggalkan. Bahasa yang lebih membumi serta akrab dengan pengguna internet dipakai. Contohnya, “PKSM3NANG” yang menggunakan ejaan “ngawur” ala generasi gawai.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengakui, berbagai fasilitas sosial media dimanfaatkan untuk menunjukkan eksistensi parpol menjelang pemilu 2014. Ia mengakui, ada pasukan sosial media milik PKS yang terbilang unggul.
Akun bayaran
Kisah PKS Piyungan menonjolkan citra PKS di dunia maya menunjukkan bahwa ranah tersebut adalah senjata ampuh menuju Pemilu 2014. Politikus dari parpol-parpol lain mengakui hal tersebut.
Sebagian kader parpol barangkali bekerja secara sukarela untuk kejayaan parpol. Namun, bagi parpol yang tak memiliki keunggulan militansi kader parpol, pejuang di dunia maya bisa dibeli.
Ahli Digital Forensik Ruby Alamsyah mengatakan, saat ini menjamur juga agensi jasa untuk memfasilitasi gerak parpol, caleg, dan capres di media sosial. Tim yang tergabung dalam agensi-agensi tersebut biasanya memiliki tugas spesifik.
Ada yang bekerja mengatrol citra parpol, caleg, dan capres. Pekerjaannya untuk mem-blast (menyebarkan informasi menggunakan media sosial) terkait citra-citra baik tiap-tiap kandidat. "Kalau tim pertama itu banyak yang bisa karena banyak praktisi media sosial di Indonesia," ujar Ruby.
Perkara yang lebih pelik dilakukan tim yang bertugas untuk mengonter kampanye negatif (black campaign). Tim ini bukan hanya bertugas menetralisir penetrasi kampanye hitam di dunia maya, tapi juga membuat black campaign tandingan.
Bagaimanapun, politikus dan dunia maya, terutama media sosial dinilai sudah tak bisa lagi dipisahkan. "Politisi yang antimedia sosial, ini seperti kiai antimasjid atau pastor antigereja," ujar politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko. Ia mengatakan, ketika mulai aktif di sosial media, banyak politikus lain yang menyindir. Kendati demikian, Budiman jalan terus. Menurutnya, media sosial adalah tempat efektif untuk menuangkan gagasan.[]
*koran Republika edisi Jumat, 04/04/2014 halaman 3
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar