Sang Penyuara Keluarga Ratu - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

18 Oktober 2013

Sang Penyuara Keluarga Ratu

WAJAHNYA tampak terawat dengan kemeja lengan bergulung. Bicaranya tandas, seolah dibela para malaikat pencatat kebaikan. Gayanya masih bak akademisi, meski kini menjadi pembela pejabat yang tengah banyak dicecar publik. Dulu yang mengenalnya pasti ingat; si pemilik wajah sudah berbeda rupa bersolek. Dari bersahaja galibnya dosen anyar, kini berubah menjadi perlente plus kelimis tak sisakan jenggot di dagunya.

Bukan untuk melawan arus dalam kapasitas selaku dosen yang diperbuatnya membela politik dinasti Gubernur Banten, Ratu Atut Choisyah. Kali ini lelaki muda itu memang bagian dari Sang Gubernur, menjadi juru bicara keluarga. Kalimat-kalimatnya bertebaran di media, semuanya senada: Gubernur Banten diperlakukan tidak adil. Dinasti politik dibilangnya absah, sekolah-sekolah rusak yang sempat hebohkan dunia disebutnya tanggung jawab pemerintah kabupaten. Kekuatan milisi pendukung Gubernur dipredikati kekuatan akar rumput.

Desember 2007, anak muda itu masih sempat tuliskan soal pandangannya tentang usulan membuat klub pencinta alam di organisasi dakwahnya. “kalau akhwatkan selama ini bisa ngalahin ikhwan dengan perasaan, kalau fisiknya juga kalah ikhwan bisa berabe… bisa Annisa u qowwamuna ala rijaal,” tulisanya. Kala itu si anak muda masih tercatat sebagai kader dakwah.

Sebuah kiprahnya di tahun sebelumnya masih tercatat. Menjadi tim sukses sang guru kala menghadapi pemilihan kepala daerah Banten. Sang guru, yang kemudian memberikan kemudahan hingga dia berkuliah pascasarjana di Singapura, mungkin hari ini tidak begitu nyaman tidur mengetahui lelaki muda itu berada di kubu yang dulu pesaingnya di pesta demokrasi. Tidak nyaman bukan karena lawannya yang kini dibela habis-habisan, melainkan lebih karena semua perilaku si Gubernur terpilih pun dipandangnya putih, tiada cela.

Kini tulisannya di milis organisasi di masa mudanya itu terbukti. Atut, perempuan kuat di antara kubangan para pendekar dan pedebus, memimpinnya. Bukan semata sebagai konsultan pilkada setahun lalu. Bukan lagi sebatas anggota Dewan Riset Daerah bentukan sang pemimpin yang dibelanya. Lamat-lamat ucapan keras di masa mudanya teriak politik uang pada Atut kini beralih posisi: anak muda itu mencari pencaharian bersama keluarga Atut.

Soal pindah pagar untuk berbeda dengan partai sang guru dan memilih serumah dengan partai Gubernur, biarlah publik yang menilai. Namun, menyebut pemimpin yang kasad mata jejakkan perilaku kotor dalam berpolitik, padahal si anak muda itu jebolan kampus elit Singapura, siapa pun akan sesak dada. Inikah ujung dari kefakiran di masa lalu para aktivis muda Islam, lantas saat berhadapan dengan pesona kekuasaan takluk jadi pembela buta? Di mana suara nuraninya di masa lalu yang lantang kumandangan politik uang?

Sungguh, saat dia masih bersama barisan anak-anak muda yang getol teriakan antikorupsi, betapa kami hayati saat dia luapkan buncahan emosi untuk sang pujaan hati, istri. Anak muda itu menulis, “Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian untuk selalu berbuat baik.”

Kami akan ingat itu, Akhi Fitron Nur Ikhsan, dan kami akan berusaha untuk menjadi yang baik serta selalu berbuat baik. Yang kami tidak inginkan adalah ketika antum sudah berbeda dengan dulu. Berbeda ketika hati-hati kita masih peka dan kritis pada kekuasaan sehingga mudah bedakan mana yang haq dan mana yang batil. Kalau hari ini, maafkan Kawan muda kami, kami sudah menaruhmu di laci ingatan. Kami taruh untuk kami jadikan pelajaran kesekian kalinya.

Anak muda itu sungguh berikan kita sebuah pelajaran adab nan culas. Kita boleh sudah berbeda dengan guru kita dalam gerbong politik. Toh politik hanya sarana untuk aktualisasi kapasitas diri dan berbuat baik. Tapi, tiada maaf untuk seorang murid yang sudah diberikan kemudahan akses dan mobilitas dana pengembangan diri, tapi berucap terima kasih dengan menjadi begundal pejabat serakah.


Sumber : Facebook Artati Sansumardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here