Menyibak Sepak Terjang Jaringan Islam Liberal (JIL) di Indonesia - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

27 Oktober 2013

Menyibak Sepak Terjang Jaringan Islam Liberal (JIL) di Indonesia

Bismillahirrohmannirrohiem
Pertengahan tahun 2001, nama Jaringan Islam Liberal (JIL) mulai dikenal di Indonesia, nama tersebut mulai hangat diperbincangkan khususnya kaum muslimin Indonesia, dengan semboyan yang menawan “Islam yang membebaskan” mereka berhasil menarik perhatian banyak orang, baik yang pro maupun yang kontra.

Sebenarnya sudah banyak komentar yang diberikan terhadap statemen-statemen yang dikeluarkan oleh JIL. Bahkan sebagian orang berpendapat bahwa JIL hanyalah sekelompok orang yang kondisinya seperti seekor kucing yang sedang bangkit libidonya, mengeong keras sehingga memekakkan telinga dan menjengkelkan. Sebagian yang lain berkata bahwa pernyataan-pernyataan JIL tidak perlu dikomentari, karena akan semakin besar kepala. Tetapi apakah dibenarkan jika seorang muslim membiarkan kemunkaran..?, padahal Rasululloh telah bersabda :

صحيح مسلم ـ مشكول وموافق للمطبوع (1/ 50)
« مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ ».
“Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya (kekuasaan). Jika tidak mampu, hendaklah dicegah dengan lidahnya. Kemudian kalau tidak mampu juga, hendaklah dicegah dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman”[1]

Sekilas tentang JIL di Indonesia
Markas JIL yang berkantor di Jl. Utan Kayu 68 H Rawamangun, itu juga adalah markas ISAI yang banyak menerbitkan buku-buku kiri (sebagain berisi pembelaan terhadap PKI dan tokoh-tokohnya). Di markas itu juga sering diadakan diskusi-diskusi, drama, teater dan lain-lain. Tokoh penggerak dan donatur utama markas 68H itu adalah Goenawan Mohamad. Sedangkan kantor berita radio 68H, salah satu penggagas utamanya adalah Andreas H (pengikut kristen), mantan wartawan Jakarta Pos. kegiatan awalnya dilakukan dengan menggelar kelompok diskusi maya (milis) yang tergabung dalamIslamliberal@yahoogropus.com selain menyebarkan gagasannya lewat web sitehttp://www.Islamlib.com/. Pengelolal JIL ini dikomandoi oleh beberapa pemikir muda, seperti Luthfie Assyaukanie (Universitas Paramadina Mulya), Ulil Absor Abdala (LakPesDam NU), dan Ahmad Sahal (jurnal kalam). JIL yang bekerjasama dengan para intelektual, penulis dan akademisi dalam dan luar negeri untuk menjadi kontributornya. Mereka adalah:

1. Nurcholis Madjid, Universitas Paramadina Mulya

2. Charles Kurzman, Universitas Of North Carolina

3. Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

4. AbdAlloh Laroui, Muhammad V University, Maroko

5. Masdar F. Mas’udi, Pusat Pengembangan Pesantren Dan Masyarakat, Jakarta

6. Goenawan Mohamad, Majalah Tempo, Jakarta

7. Edwan Said

8. Djohan Efendi, Deakin University, Australia

9. Abdullahi Ahmad An-Naim, University Of Khortum, Sudan

10. Jalaluddin Rahmat, Yayasan Muthahhari, Bandung

11. Asghar Ali Engineer

12. Nasaruddin Umar, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

13. Muhammed Arkoun, University Of Sorbonne, Prancis

14. Komaruddin Hidayat, Yayasan Paramadina, Jakarta

15. Sadeq Jalal Azam, Damascus University, Suriah

16. Said Agil Siraj, PBNU, Jakarta

17. Denny JA, Universitas Jayabaya, Jakarta

18. Rijal Mallarangeng, CSIS, Jakarta

19. Budi Munawwar Rahman, Yayasan Paramadina, Jakarta

20. Ihsan Ali Fauzi, Ohio University, AS

21. Taufik Adnan Amal, IAIN Alaudin, Ujung Pandang

22. Hamid Basyaib, Yayasan Aksara, Jakarta

23. Ulil Abshar Abdala, Lakpesdam-NU, Jakarta

24. Luthfie Assyaukanie, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta

25. Saiful Mujani, Ohio State University, AS

26. Ade Armando, Universitas Indonesia, Depok

27. Syamsurizal Panggabean, Universitas Gadjahmada, Yogyakarta

Selain tokoh-tokoh di atas, beberapa tokoh Muhamadiyah juga ikut andil dalam mendukung gagasan JIL seperti Abdul Munir Mulkan dan Sukidi, bahkan ketua PP muhamadiyah, Syafii Maarif juga dapat dikatagorikan ke dalam pendukung gagasan Islam liberal, sebagaimana kita ketahui bahwa Maarif adalah pendukung gagasan liberal (neomodernisasi) Fazlur Rahman, ia juga dikenal getol dalam menolak dikembalikannya Piagam Jakarta ke dalam konstitusi.

Di samping aktif menyebarkan gagasannya di internet, radio, majalah dan sebagainya, mereka juga menerbitkan jurnal dengan nama Tashwirul Afkar (gambaran pemikiran –pen) yang dikomandoi oleh Ulil Abshar abdala (pemred), jurnal yang terbit empat bulan ini resmi dibawahi oleh lakpesdam-NU (Lembaga Kajian Dan Pengembangan SDM) berkerjasama dengan The Asia Foundation (lembaga keuangan di asia yang dimiliki oleh orang-orang kriten). Wajah liberal jurnal ini terlihat pada terbitan edisi 11/2001 yang menampilkan tema “Menuju Pendidikan Islam Pluralis”.

Kamami Zada, salah satu redaktur pelaksananya, mengkritik pendidikan Islam yang hanya membenarkan agama Islam saja, ia berkata “filosofi pendidikan Islam yang hanya membenarkan agamanya sendiri tanpa mau menerima kebenaran agama lain mesti mendapat kritik untuk selanjutnya dilakukan reorientasi. Konsep iman-kafir, muslim-nonmuslim, dan baik benar (Truth Claim), yang sangat berpengaruh terhadap cara pandang Islam terhadap agama lain, mesti dibongkar, agar umat Islam tidak lagi mengangap agama lain sebagai agama yang salah dan tidak ada jalan keselamatan.”[2]

Tujuan JIL

Suatu gerakan biasanya memulai prioritas aktivitasnya dengan mempresentasikan terlebih dahulu apa yang menjadi musuh dan ancamannya. Tanpa tendeng aling-aling JIL menyatakan

1. Gerakannya bertujuan untuk melawan atau menghambat gerakan Islam militan atau Islam fundamentalis

2. Menghambat kelompok-kelompok yang berjuang untuk menerapkan syari’at Islam secara kaffah dalam kehidupan

3. JIL merusmuskan tujuan gerakannya kedalam empat hal:

1. Memperkokoh landasan demokratisasi lewat penanaman nilai-nilai pluralisme, inklusivisme, dan humanisme (semuanya ini merupakan doktrin-doktrin Yahudi dan AS –pen)

2. Membangun kehidupan keberagamaan yang berdasarkan pada penghormatan atas perbedaan (hal ini sejalan dengan deklarasi HAM PBB yang disponsori oleh AS dan barat dimana jaminan HAM hanya diberikan kepada negara-negara yang ikut menandatangi perjanjian saja, sedangkan di luar itu tidak menjadapat jamian HAM – pen)

3. Mendukung dan menyebarkan gagasan keagamaan yang pluralis, terbuka dan humanis

4. Mencegah agar pandangan-pandangan keagamaan yang militan dan pro-kekerasan tidak menguasai wacana publik Hal ini pula yang merupakan ketakutan AS dan barat atas Islam (Islamophobia -pen)[3]

Melihat wacana yang diusung oleh JIL yang dirumuskan dalam tujuan gerakannya, hal ini mirip sekali dengan semua gagasan dan tujuan yang didengungkan oleh AS dan barat yang Islamophobia, paranoid, di sisi lain hal ini sejalan dengan proyek besar freemansonry (organisasi rahasia kaum yahudi yang ingin menguasai dunia untuk menghancurkan umat beragama terutama menghancurkan Islam).[4] Metode yang mereka lakukan untuk menghantam Islam bukan lagi dengan cara kontak fisik (ofensif), karena mereka telah belajar dari pengalaman (perang salib) bahwa dengan perang, umat Islam yang paling tololpun akan bangkit jiwa jihadnya. Metode terbaru yang mereka lakukan adalah dengan perang pemikiran (Ghazwul Fikri), dimana umat Islam digiring ke dalam lembah pemikiran tentang Islam yang labil diambil dari dua sumber utamanya yaitu Al Qur’an dan sunnah agar umat menjadi bingung, membelot, ragu-ragu, atau paling tidak diberangus semangat jihadnya.

Berbagai cara yang dilakukan barat antara lain dengan memberikan label-label miring terhadap partai-partai atau organisasi yang berbau Islam dengan nama “militan”, “radikal”, “garis keras”, “fundamentalis”, “teroris”, dan opini menyesatkan lainnya sehingga umat Islam ketakutan ketika akan menjalankan syari’atnya. Hal ini diperparah pula dengan intervensi asing di negara tercinta yang mayoritas penduduknya muslim dengan tekanan ekonomi (World Bank, IMF), politik (pemaksaan diberlakukannya demokrasi oleh AS dan barat, sehingga negara yang menolaknya dimasukkan kedalam negara yang otoriter, tiran dan konotasi negatif lainnya), militer (dengan berbagai bentuk embargo senjata) termasuk dimensi kebudayaan yang dampak negatifnya cukup signifikan (seperti pornografi, pornoaksi, life style, dan kebebasan pers yang berlindung di bawah ketiak demokrasi dan HAM).[5]

Statemen-Statemen Para Tokoh JIL Dan Jawabannya
Pernyatan-pernyataan Nurcholis Madjid

1. Semua agama sama (wihdatul adyan), menuju keselamatan. Yahudi, Kristen, Islam dan agama apa saja adalah sama.

2. Iblis dan fir’aun akan masuk surga (karena iblis memurnikan penyembahan hanya kepada Alah saja, tidak mau kepada adam)

Komentar:

Entah apa yang ada dalam pikiran Nurcholis Madjid dengan mengatakan bahwa iblis akan masuk surga, padahal Alloh telah menyatakan dalam Al Qur’an lebih dari 10 ayat tentang kekafiran perbuatan iblis yang tidak tunduk dan patuh terhadap perintah Alloh untuk sujud (memberi penghormatan) kepada adam. Iblis adalah makhluk Alahyang sombong, terkutuk, dilaknat dan sebagainya. Lalu akankah mahluk terkutuk masuk surga, pikiran yang sangat aneh. Setiap orang muslim yang awampun akan berkata “sungguh mengherankan” pikiran cendikiawan muslim ini.

3. Manusia menyatu (melebur) dengan Tuhan saat mengucapkan “wa iyyaka nasta’in” (dalam surat al fatihah)

Komentar:

Ayat dalam surat Al fatihah ini sudah sangat jelas, ada objek ada subjek, ada hamba ada kholik, ada mahluk ada pencipta. Tetapi mengapa Nurcholis Madjid mengatakan bahwa manusia melebur dengan Tuhan ketika membaca ayat IYYAKA NA’BU



Sumber : Facebook Artati Sansumardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here