Mbonceng Jokowi, Gurita Bisnis LIPPO dan Misi Kristenisasi Massal - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

10 Desember 2014

Mbonceng Jokowi, Gurita Bisnis LIPPO dan Misi Kristenisasi Massal


Gurita bisnis Cina telah lama menguasai Indonesia. Salah satu klan pebisnis terbesar mereka adalah Grup Lippo, selain Ciputra dan Eka Tjipta Widjaja. Grup Lippo banyak membantu misi Kristen.

Setelah Mochtar Riyady, James Riyady, kini muncul salah satu pimpinan Lippo, Michael Riady 34 tahun. Cucu pendiri grup Lippo Mochtar Riady itu kini bertanggung jawab atas megaproyek superblok St Moritz, Puri Kembangan, Jakarta Barat.

Michael yang saat ini CEO St Moritz, sebelumnya pernah berpengalaman bekerja di berbagai proyek properti Lippo, mulai dari Metropolis Town Square dan WTC Matahari Serpong di Tangerang, Cibubur Junction di Jakarta Timur, Bandung Indah Plaza di Bandung, Kemang Village di Jakarta Selatan, dan sekarang St Moritz di Jakarta Barat.

Lokasi St Moritz berada di CBD Jakarta Barat yang dekat dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, mudah diakses lewat jalan tol, dan berada di persimpangan JORR, jalan tol lingkar luar. “Kami berada di kawasan sentra primer atau CBD Jakarta Barat seluas 135 hektar. Jadi nilainya sudah berbeda. Pemerintah Jakarta ingin membangun CBD baru, seperti di Shanghai dan Singapura. Di Singapura, CBD yang semula di downtown, bergeser ke Marina Bay. Di Jakarta, CBD dari Semanggi pindah ke TB Simatupang. Jadi trennya sudah kelihatan. Masalahnya hanya waktu. Dan Lippo mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan dan tren ini, termasuk rencana pembangunan jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Sumatera dengan Jawa. Semua kendaraan yang masuk Jakarta, akan melalui Jakarta Barat,” kata Michael.

St Moritz akan dibangun di lahan seluas 12 hektar. Konsepnya global city, kota yang lengkap dengan sekolah, mal, rumah sakit, hotel, tempat konvensi dan fasilitasnya, semuanya sebelas jenis. “Kami sebut 11 in 1. Kami membangun kota berstandar global. Ini patokan kami. Semua yang dibangun harus berkualitas baik dan berstandar internasional. Benchmark kami adalah Singapura, Hongkong, New York, Tokyo. Cosmopolitan living, global city yang nyaman. Kami mengacu pada Lippo Village. Bedanya Lippo Village dibangun horisontal, St Moritz dibangun vertikal karena keterbatasan lahan,”terang Michael.

Lippo juga akan membangun gedung perkantoran tertinggi di Indonesia dengan 65 lantai. Lebih lanjut Michael menyatakan: “Kami belum memberi nama gedung ini, tapi akan menjadi semacam International Financial Center di Hongkong. Tentu saja gedung ini memperhatikan segala aspek, termasuk ketahanan gempa. Selain itu kami juga akan membangun mal terbesar dan terluas di Indonesia dengan luas 450.000 meter persegi. Kami akan membangun mal yang mengelilingi delapan menara apartemen, dalam empat tahap. Di St Moritz juga akan dibangun gedung kovensi seluas 6.000 meter persegi, setara dengan Jakarta Convention Center. Juga akan dibangun Sea World seperti di Ancol, seluas 4.000 meter persegi. Ada sebelas fasilitas yang dibangun di satu tempat.”

Grup Lippo dirintis oleh Mochtar Riady (alias Lie Mo Tie, 85th). Lippo grup memiliki lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, dan Shanghai.

Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin. Setelah itu mengembang bisnis sendiri dengan nama Lippo.

Saat ini Group Lippo memiliki lima cabang bisnis yakni:

Pertama, jasa keuangan yang meliputi perbankan, investasi, asuransi, sekuritas, manajemen aset dan reksadana. Jasa keuangan ini adalah core bisnis Lippo. Dalam bisnis keuangan ini, Lippo cukup konservatif. Sehingga bank ini selamat dari guncangan krisis moneter, walaupun sempat digoyang isu kalah kliring (1995) dan persoalan rekapitalisasi (1999). Perusahaan sekuritasnya, Lippo Securities, juga memiliki reputasi yang cukup baik. Begitu pula di bidang investasi, yakni Lippo Investment Management, Lippo Finance dan Lippo Financial. Juga jasa asuransi dengan tiga perusahaan penting yaitu AIG Lippo (Lippo Insurance) dan Asuransi Lippo ( Lippo General Insurance).

Kedua, properti dan urban development. Bisnis yang meliputi pembangunan kota satelit terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan kawasan industri. Lippo tidak hanya membangun perumahan, tetapi suatu kota yang lengkap dengan berbagai infrastruktur. Di tiga kota yang telah dibangun, yaitu Lippo Cikarang, Bekasi di timur Jakarta, Bukit Sentul, Bogor di selatan Jakarta, dan Lippo Karawaci, Tangerang di barat Jakarta, para penghuni bisa mengakses TV Cable sekaligus fasilitas internet.

Ketiga, pembangunan infrastruktur seperti pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi. Hampir semua bisnis ini dikonsentrasikan di luar negeri dan dikontrol oleh kantor pusat Grup Lippo yang berbasis di Hong Kong, dipimpin puteranya Stephen Riady. Aktivitas bisnisnya, antara lain, pembangunan jalan tol di Guang Zhou, pembangunan kota baru Tati City di Provinci Fujian, Gedung Perkantoran Plaza Lippo di Shanghai dan membangun kawasan perumahan elit dan perkantoran di Hong Kong.

Keempat, bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Lippo Industries, memproduksi komponen elektonik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi, serta komponen otomotif memproduksi kabel persneling.

Kelima, bidang jasa-jasa yang meliputi teknologi informasi, bisnis ritel, rekreasi, hiburan, hotel, rumah sakit, dan pendidikan. Ada beberapa hal yang kontroversi yang dilakukan Mochtar dan James yang mendapat perhatian media massa. Pertama ketika ia membangun Rumah Sakit untuk kelas atas di Lippo Karawaci. Untuk itu, Mochtar berani menggandeng Gleneagles Hospital yang berbasis di Singapura. ”Dari pada orang-orang kaya kita pergi ke Singapura, kan lebih baik kita bawa saja Gleneagles ke Indonesia.” kata Mochtar ketika Rumah Sakit itu diluncurkan.

Selain Rumah Sakit, ia juga mendirikan Sekolah Pelita Harapan dan Universitas Harapan. Sekolah ini mendapat sorotan karena biayanya menggunakan dolar AS dan dinilai mahal untuk saat itu. Tetapi para pendiri Lippo beranggapan bahwa pendidikan yang disediakan oleh Sekolah Pelita Harapan adalah yang terbaik. Selain wajib berbahasa Inggris, mereka memperoleh tambahan pendidikan ekstra kurikuler seperti pelajaran musik, berkuda dan ilmu komputer. Guru-guru pun didatangkan dari Amerika.
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berniat membangun 20 rumah sakit baru yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan adanya rencana ini, perseroan berharap bisa meraup pendapatan rumah sakit US$ 500 juta per tahun.

Lippo juga merambah ke bisnis bioskop dengan nama PT Cinemaxx Global Pasifik, dan akan melebarkan sayap bisnisnya di Tanah Air. Chief Executive Officer Cinemaxx Brian Riady mengatakan, dalam lima-sepuluh tahun ke depan, Cinemaxx akan menggebrak dan punya andil dalam dunia perfilman nasional.

Menurut Brian, Cinemaxx dan grup Lippo telah menyiapkan dana investasi sebesar Rp 6 triliun yang akan digunakan untuk pengembangan sampai beberapa tahun ke depan. Targetnya, Cinemaxx akan membuat 2.000 layar dan 300 lokasi bioskop dalam 10 tahun. Untuk pembangunan bioskop, Lippo Group juga berencana membangun 6 mal baru di Indonesia Timur. Dana yang bakal dikeluarkan bisa mencapai Rp 3,6 triliun karena biaya pembangunan sebuah mal mencapai Rp 600 miliar. Menurut James Riyady, tahun 2012 kemarin mereka akan menambah 6 mal. Rata-rata 1 mal biayanya Rp 500 miliar sampai Rp 600 miliar.

Lippo Group juga membangun gedung pusat riset teknologi nano senilai kurang lebih Rp 18-20 miliar. Gedung yang berlokasi di Fakultas Teknik UI itu diberi nama Mochtar Riady Plaza Quantum UI (MRPQ).

Gedung MRPQ berlantai lima ini berfungsi sebagai Pusat Riset Nanotechnology yang fokus pada kajian Single Electron Devices. Gedung setinggi lima lantai itu memiliki luas sekitar 3000 m2 berada di atas lahan seluas 1.900 m2

Pemilik Lippo ini memang punya kedekatan dengan UI. Pada tahun 2002-2004 Mochtar Riady sempat menjadi Majelis Wali Amanat (MWA) UI.

Jadi, Grup Lippo itu kini memiliki usaha di mancanegara dengan grup perusahaan di Indonesia di antaranya: Rumah Sakit Siloam (sebuah jaringan rumah sakit di Indonesia), Lippo Karawaci, Lippo Village, Matahari Putra Prima, Timezone, First Media, BiG TV, BeritaSatu Media Holdings, Bank Nationalnobu, Lippo General Insurance, Internux, Daum Communications Indonesia, Philips Indonesia dan Cinemaxx.

Tiga Naga Menguasai Indonesia

Bisnis properti yang marak di Indonesia, ternyata dikuasai oleh tiga pengusaha Cina, yaitu: Ciputra, Eka Tjipta Widjaja, dan Mochtar Riady. Ciputra merintis Ciputra Group, Eka Tjipta memimpin Sinarmas Land Group, dan Mochtar memelopori Lippo Group. Bisnis mereka tersebar di seluruh Indonesia, dari kota ke desa. Mereka membangun perumahan, pusat belanja, ruko, rukan, rumah sakit, apartemen, hotel, dan kawasan industri.

Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono kepada kompas.com, ketiga dinasti tersebut merupakan pemasok properti terbesar yang aktif sejak tiga puluh tahun lalu hingga sekarang. Karya mereka memenuhi kebutuhan kelas bawah, menengah, dan menengah atas.

“Boleh disebut, mereka adalah supply driven yang menentukan perkembangan dan pertumbuhan sektor properti Indonesia di masa lalu, sekarang maupun akan datang,” ujar Hendra kepada kompas.com, (5/10/2013).

Ketiganya telah menyiapkan anak-anaknya. Regenerasi Ciputra diteruskan oleh Candra dan Cakra Ciputra, Rina Sastrawinata, dan Junita Ciputra. Bahkan, generasi ketiga telah dilibatkan sejak dini untuk mengelola properti-properti mereka, baik di Jakarta maupun di daerah.

Eka Tjipta Widjaja menyiapkan Muktar Widjaja dan kini Michael Widjaja. Sedangkan Mochtar Riady, mengalihkan kepemimpinan Lippo ke James Riyady dan kini yang banyak berperan generasi ketiganya, Michael Riady.

Bisnis dan Misi Kristen

Lippo ternyata tidak hanya bergerak dalam bisnis. Dalam menjalankan misi Kristenisasi, James Riady menggandeng World Harvest Global (WHG) dan American Institute for Maghrib Studies (AIMS). WHG adalah pusat misionaris dunia yang bermarkas di California, AS. Berdiri tahun 1989 sebagai bagian dari program Koalisi Kristen yang dirintis evangelis terkenal, Pat Robertson. Cabangnya selain di Indonesia juga di Jepang, Malaysia, Jerman, dan Belanda.

Di Indonesia, markas WHG ada di Lippo Karawaci. James Riyady menggubah nama WHG menjadi World Harvest Center (WHC). WHC kini dipmpin pendeta Dr Jimmy Oentoro.

James pernah menyebut Pat Robertson sebagai orang yang telah menyadarkannya kembali.”.Dialah guru spiritual saya,”kata bos Lippo suatu ketika. Tahun 2002, dalam menyukseskan Proyek Misi 2002, Pat Robertson datang ke WHC di Lippo Karawaci.

Melalui Harvest International Curriculum (HIC), mereka sedang menyiapkan 200 ribu pastor dan misionaris di Indonesia. Lippo juga telah merintis sekolah-sekolah Kristen di seluruh tanah air. Dalam wawancaranya dengan fortune.com (2001) James bertekad akan akan membuka 1.000 sekolah Kristen di desa-desa miskin di seluruh Indonesia. James juga memaparkan bahwa ia bersama Pat Robertson terobsesi untuk membuat jaringan televisi dan membuka jaringan Kristen di Indonesia dengan WHC sebagai markas utamanya.

Manuver grup Lippo ini menemui batunya pada Januari 2014 lalu. Rencananya untuk membangun sekolah Kristen dan rumah sakit Siloam di Padang, digagalkan ormas-ormas Islam di sana. Padahal Lippo bersama tokoh-tokoh Padang telah meletakkan batu pertama pem¬bangunan kawasan terpadu Lippo Group di Kota Padang, yang terdiri dari rumah sakit, sekolah kristen, mal dan hotel pada 10 Mei 2013.

Tekanan yang kuat dari ormas-ormas Islam di sana (MUI, DDII, FPI, FUI dll) akhirnya membuat Wali Kota Padang, Fauzi Bahar menyerah. Fauzi menggagalkan rencana pembangunan Rumah Sakit Internasional Siloam di kotanya. Grup Lippo hanya diizinkan membangun mal dan hotel saja. Wallahu azizun hakim.






Sumber : voa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here