Klaim kubu Jokowi-Jusuf Kalla (JK) yang diwakili Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, tidak mencerminkan demokrasi. Hal itu menggambarkan gaya preman politik yang hobi menebar teror.
Ketua Kiayi Santri Nusantara (Ksatria NU), Marwan Zainuddin menyebut perilaku Burhanuddin tidak mencerminkan intelektual. Menurutnya, gayanya tak lebih baih daripada preman politik yang sukanya mengancam-ancam dan menciptakan keresahan.
"Burhanuddin Muhtadi ternyata tidak seperti yang saya lihat di televisi. Peneliti yang selalu mengedepankan intelektualitas. Aslinya sudah kelihatan, bagaimana kualitas dia itu. Tak lebih baik dari preman politik yang sukanya menebar ancaman," kata Marwan, kepada INILAHCOM di Jakarta, Jumat (11/7/2014).
Hal itu menanggapi pernyataan Burhanuddin yang menyatakan keyakinan hasil hitung cepat (quick count) Indikator Politik Indonesia yang menempatkan Jokowi-JK sebagai pemenang pilpres 2014. Hasilnya, Jokowi-JK mendapat dukungan 52,95% sementara Prabowo-Hatta 47,05%.
Celakanya, dia sesumbar bahwa hasil hitung cepat yang dilakukan lembaga risetnya itu adalah yang paling benar.
"Kalau hasil hitungan resmi (real count) KPU berbeda dengan lembaga survei yang ada di sini, saya percaya KPU yang salah. Dan, hasil hitung cepat kami tidak salah," sesumbar Burhanuddin, Kamis (10/7/2014).
Lantas, Marwan menilai sikap Burhanuddin sudah tidak bisa lagi menggunakan akal sehatnya. Pernyataan tersebut justru berbahaya karena bisa menimbulkan konflik sosial di masa depan. Sebab, perhitungan yang sah adalah real count KPU yang bakal dirilis pada 22 Juli nanti.
"Pernyataan Burhanuddin itu berbahaya dan menyesatkan. Ingat, penyelenggara pemilu itu KPU, bukan lembaga survei ataupun riset politik. Jelaslah bahwa KPU adalah lembaga yang berwenang melaksanakan pemilu sekaligus menentukan pemenangnya. Demokrasi kita baru berjalan, tolong jangan dirusak dengan pernyataan-pernyataan sesat," tegasnya.
Sumber : inilah
Ketua Kiayi Santri Nusantara (Ksatria NU), Marwan Zainuddin menyebut perilaku Burhanuddin tidak mencerminkan intelektual. Menurutnya, gayanya tak lebih baih daripada preman politik yang sukanya mengancam-ancam dan menciptakan keresahan.
"Burhanuddin Muhtadi ternyata tidak seperti yang saya lihat di televisi. Peneliti yang selalu mengedepankan intelektualitas. Aslinya sudah kelihatan, bagaimana kualitas dia itu. Tak lebih baik dari preman politik yang sukanya menebar ancaman," kata Marwan, kepada INILAHCOM di Jakarta, Jumat (11/7/2014).
Hal itu menanggapi pernyataan Burhanuddin yang menyatakan keyakinan hasil hitung cepat (quick count) Indikator Politik Indonesia yang menempatkan Jokowi-JK sebagai pemenang pilpres 2014. Hasilnya, Jokowi-JK mendapat dukungan 52,95% sementara Prabowo-Hatta 47,05%.
Celakanya, dia sesumbar bahwa hasil hitung cepat yang dilakukan lembaga risetnya itu adalah yang paling benar.
"Kalau hasil hitungan resmi (real count) KPU berbeda dengan lembaga survei yang ada di sini, saya percaya KPU yang salah. Dan, hasil hitung cepat kami tidak salah," sesumbar Burhanuddin, Kamis (10/7/2014).
Lantas, Marwan menilai sikap Burhanuddin sudah tidak bisa lagi menggunakan akal sehatnya. Pernyataan tersebut justru berbahaya karena bisa menimbulkan konflik sosial di masa depan. Sebab, perhitungan yang sah adalah real count KPU yang bakal dirilis pada 22 Juli nanti.
"Pernyataan Burhanuddin itu berbahaya dan menyesatkan. Ingat, penyelenggara pemilu itu KPU, bukan lembaga survei ataupun riset politik. Jelaslah bahwa KPU adalah lembaga yang berwenang melaksanakan pemilu sekaligus menentukan pemenangnya. Demokrasi kita baru berjalan, tolong jangan dirusak dengan pernyataan-pernyataan sesat," tegasnya.
Sumber : inilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar