Bapak JK menasihati, "Bangsa ini 240 juta. Janganlah Presiden itu dipilih dengan pikiran uji coba, karena umur. Harus dipilih karena kemampuan yang diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman. Kalau menteri iya. Sebab kalau menteri tidak cocok, hari ini bisa ganti. Kalau Presiden tidak cocok, maka 5 tahun kita menderita."
Ya. Nasihat Pak JK sangat bijaksana. Mencerminkan pengalaman dan kapasitas beliau sebagai negarawan.
Teori pengalaman, kematangan usia, dan kemampuan adalah teori yang sejak lama ada dalam khazanah "Kelembagaan Politik Islam", sejak zaman Rasulullah saw hingga para salafusshalih. "Jika suatu urusan tidak didelegasikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran."
Bahkan dalam Kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, secara rinci dijelaskan syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi seorang pemimpin, terutama pemimpin sebuah negara. Pun dalam teori-teori Politik Islam kontemporer, digariskan azas-azas yang tidak boleh dilanggar. Ya, salah satunya azas al-'adalah (kepatutan, kepantasan, dan keahlian).
Kini dua negara Islam terbesar, Indonesia dan Mesir dihadapkan pada dua fakta; di Mesir akan dipimpin pemimpin yang tidak memiliki kapasistas minimal. Selain ia adalah agen dari kepentingan Zionis dan AS tentunya. Sedangkan di Indonesia, peluang dipimpin kepala negara-pemerintahan yang tidak terlalu beresiko, masih terbuka lebar. Kita ada pilihan demokratis, bebas-rahasia-jujur dan adil menentukan siapa yang punya pengalaman, kematangan usia, hingga kapasitas kepemimpinan.
Kembali ke nasihat Pak Jusuf Kalla, "Jika Jokowi jadi Presiden, bisa hancur negeri ini (Indonesia)." Maka pilihan kita hanya Prabowo-Hatta. Memang tidak ada garansi Prabowo-Hatta lebih baik. Tapi setidaknya, saat kita bersepakat dan siap menjadi penyeimbang kekuatan, maka insyaAllah Indonesia maju bukan hanya isu. Kenapa? Era Prabowo-Hatta diyakini bukan era sentimen terhadap Islam politik dan kaum Islamis. Sedangkan jika Jokowi, kita sudah paham siapa Hendropriono. Orang yang paling gemar menelikung barisan umat yang berjuang nyata merebut pemerintahan! Jadi jangan pilih presiden boneka, apalagi sekedar coba-coba! Wallahu A'lam (Nandang Burhanudin)
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar