Kampanye Partai Gerindra di Lapangan Flores, Surabaya, Jawa Timur, dibubarkan paksa oleh Panwaslu. Penyebabnya, salah satu juru kampanye memaki-maki Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang juga Ketua Umum DPP Partai Demokrat, saat berorasi di atas panggung.
Mendengar makian jurkam Partai Gerindra bernama Zaenal itu, petugas Panwaslu Kota Surabaya yang diketuai Wahyu Hariadi, langsung naik panggung dan menegur si jurkam yang juga menjabat sebagai penasehat DPD Gerindra Kabupaten Sidoarjo tersebut, Kamis (27/3).
Diceritakan Divisi Pengawasan Panwaslu Surabaya, Sardioko saat dikonfirmasi wartawan, dalam orasi politiknya, Zaenal tidak hanya memaki-maki SBY, melainkan juga memaki Gubernur Jawa Timur, Soekarwo yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur.
"Pemerintah harus kembalikan uang rakyat. Pemerintah utang ke luar negeri, yang bayar utang itu adalah rakyat, bukan SBY atau Soekarwo. Mereka (SBY dan Soekarwo) hanya teken saja. Kalau Prabowo jadi presiden, rakyat akan makmur dan pembangunan merata," kata Sardioko menirukan orasi Zaenal.
Dalam orasinya juga, Zaenal meminta Caleg DPR RI dari Partai Gerindra Dapil 1, Surabaya-Sidoarjo, Jawa Timur, Bambang Haryo untuk memperjuangkan pasal hukuman mati kepada koruptor, jika sudah terpilih nanti.
"Ini bukan janji kosong seperti pemimpin sebelumnya (SBY), yang cuma bisa membuat janji palsu berdiri paling depan akan menghunus pedang memberantas korupsi. Siapa dia? orangnya sekarang jadi presiden, dia adalah SBY. Belum kering mulutnya, terbukti semua kadernya mulai Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Nazaruddin, Andi Malarangeng masuk penjara gara-gara korupsi," ungkapnya Sardioko lagi, mengutip kalimat Zaenal saat berorasi.
Jadi, lanjut Sardioko, jurkam Partai Gerindra mengatakan, Pemerintahan SBY sekarang ini seperti apa? "Kemudian Gubernur Jatim Sukarwo juga menghabiskan uang rakyat, katanya seperti itu," beber dia.
Gara-gara pernyataan menyerang SBY dan Partai Demokrat itulah, Panwaslu menegur sang orator dan meminta agar kampanye dihentikan dan Partai Gerindra terancam sanksi. Sempat terjadi keributan dalam insiden penghentian kampanye tersebut.
Bahkan, darah petugas Panwaslu yang sudah mendidih, langsung menyeret Zaenal saat masih berorasi di hadapan 3.000 simpatisan partai, agar segera turun dari panggung sekitar pukul 16.00 WIB.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar