Ikhwanul Muslimin menyampaikan turut berbela sungkawa kepada keluarga para syuhada.
Ikhwanul Muslimin semua pihak yang masih memiliki hati nurani, baik di dalam atau di luar Mesir, agar membentuk opini publik sehingga mereka mengetahui siapa sebenarnya militer pengkudeta tersebut, dan menuntut mereka di berbagai lembaga dunia, terutama pengadilan internasional.
Ikhwan juga menerangkan bahwa apa yang dialami oleh putera-putera Mesir di penjara melebihi kekejaman Tatar, tentara salib dan Nazi. Sehingga perlu ditanyakan, apakah orang yang memerintahkan dan melaksanakan penyiksaan itu masih bisa dikatakan sebagai manusia? Bukankah mereka memiliki anak, keluarga, saudara? Bukankah mereka memiliki hati? Atau apakah Hati mereka sudah lebih keras daripad batu?
Meninggalnya 37 orang tahanan dikatakan karena gas, ini juga merupakan sebuah kejahatan berat. Tapi rupanya kenyataannya lebih dari itu. Semua syahid mengalami penyiksaan sadis sebelum meninggal dunia. Hal itu terlihat dari bekas luka-luka sayatan, bakar, dan peluru di tubuh mereka.
Ikhwan juga menekankan keteguhannya. Kalau penyiksaan ini bertujuan untuk menteror rakyat, maka ketahuilah bahwa rakyat takkan pernah gentar. Kalau bertujuan untuk menyeret kami kepada aksi anarkis, maka rakyat paham betul aksi anarkis akan dijadikan dalih untuk menghabisi kami. Kami meyakini bahwa perjuangan damai lebih kuat daripada kekuatan senjata.
Terakhir, Ikhwan menyadarkan bahwa rakyat berhak untuk meminta pertanggung-jawaban para politikus, lembaga HAM, para jurnalis dan lainnya. Mereka marah besar ketika adal seorang perusuh diseret karena melempar bom molotov ke istana Ittihadiyah di masa Presiden Mursi. Mereka kontan berkomentar bahwa Presiden Mursi telah kehilangan keabsahannya sebagai presiden, meskipun beliau menyampaikan permintaan maafnya secara resmi. Kenapa mereka diam seribu bahasa ketika melihat perlakuan yang lebih kejam dan dhalim?
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Ikhwanul Muslimin semua pihak yang masih memiliki hati nurani, baik di dalam atau di luar Mesir, agar membentuk opini publik sehingga mereka mengetahui siapa sebenarnya militer pengkudeta tersebut, dan menuntut mereka di berbagai lembaga dunia, terutama pengadilan internasional.
Ikhwan juga menerangkan bahwa apa yang dialami oleh putera-putera Mesir di penjara melebihi kekejaman Tatar, tentara salib dan Nazi. Sehingga perlu ditanyakan, apakah orang yang memerintahkan dan melaksanakan penyiksaan itu masih bisa dikatakan sebagai manusia? Bukankah mereka memiliki anak, keluarga, saudara? Bukankah mereka memiliki hati? Atau apakah Hati mereka sudah lebih keras daripad batu?
Meninggalnya 37 orang tahanan dikatakan karena gas, ini juga merupakan sebuah kejahatan berat. Tapi rupanya kenyataannya lebih dari itu. Semua syahid mengalami penyiksaan sadis sebelum meninggal dunia. Hal itu terlihat dari bekas luka-luka sayatan, bakar, dan peluru di tubuh mereka.
Ikhwan juga menekankan keteguhannya. Kalau penyiksaan ini bertujuan untuk menteror rakyat, maka ketahuilah bahwa rakyat takkan pernah gentar. Kalau bertujuan untuk menyeret kami kepada aksi anarkis, maka rakyat paham betul aksi anarkis akan dijadikan dalih untuk menghabisi kami. Kami meyakini bahwa perjuangan damai lebih kuat daripada kekuatan senjata.
Terakhir, Ikhwan menyadarkan bahwa rakyat berhak untuk meminta pertanggung-jawaban para politikus, lembaga HAM, para jurnalis dan lainnya. Mereka marah besar ketika adal seorang perusuh diseret karena melempar bom molotov ke istana Ittihadiyah di masa Presiden Mursi. Mereka kontan berkomentar bahwa Presiden Mursi telah kehilangan keabsahannya sebagai presiden, meskipun beliau menyampaikan permintaan maafnya secara resmi. Kenapa mereka diam seribu bahasa ketika melihat perlakuan yang lebih kejam dan dhalim?
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar