Dokumen kawat diplomatik dari Kedutaan Besar Australia di Jakarta tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan lingkaran dekatnya mengungkap bahwa salah satu sumber informasi penting bagi intelijen di negeri tetangga itu adalah anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) TB Silalahi. Dalam dokumen Wikileaks, tertulis bahwa pejabat politik (poloff) di Kedutaan Besar Australia di Jakarta pernah mengorek informasi dari TB Silalahi tentang sosok Ibu Negara, Ani Yudhoyono alias Bu Ani.
Dalam kawat diplomatik yang dikirim Kedubes Australia di Jakarta pada 17 Okober 2007 dengan subjek A CABINET OF ONE — INDONESIA’S FIRST LADY EXPANDS HER INFLUENCE itu menceritakan informasi dari TB Silalahi tentang sosok Bu Ani. Dari pengakuan pria kelahiran Pematangsiantar, 17 April 1938 dengan nama lengkap Tiopan Bernhard Silalahi itu, diketahui bahwa peran Bu Ani sebagai Ibu Negara membuat para staf presiden merasa terpinggirkan.
Berdasarkan dokumen yang
dirilis harian The Australian itu, terungkap bahwa setelah SBY naik sebagai Presiden RI pada 2004 ternyata bandul kekuasaan di Istana secara jelas makin bergeser ke Bu Ani. Dalam dokumen Wikileaks juga disebutkan, para staf presiden dibuat tak berdaya karena dominannya peran Bu Ani.
Sampai-sampai pada Januari 2007, Sudi Silalahi yang kala itu menjadi Sekretaris Kabinet pernah hampir mundur dari jabatannya. Penyebabnya, seperti mengutip penuturan TB Silalahi, karena Sudi frustasi dengan dinamika di Istana.
Dalam kawat diplomatik Kedubes Australia yang juga disampaikan ke CIA itu tertulis bahwa Bu Ani dengan cepat menunjukkan kecenderungan sebagai pertimbangan penting dalam kebijakan pemerintah, politik hingga hal-hal pribadi. Para penasihat kepresidenan pun diam-diam menggerutu dengan pengaruh Bu Ani yang tak terlihat dalam proses pengambilan keputusan tapi bisa dirasakan. Hal itu setidaknya sudah dirasakan para penasihat kepresidenan sejak awal masa pemerintahan SBY, bahwa suara Bu Ani adalah yang paling didengar suaminya termasuk dalam mengurus masalah-masalah negara.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Dalam kawat diplomatik yang dikirim Kedubes Australia di Jakarta pada 17 Okober 2007 dengan subjek A CABINET OF ONE — INDONESIA’S FIRST LADY EXPANDS HER INFLUENCE itu menceritakan informasi dari TB Silalahi tentang sosok Bu Ani. Dari pengakuan pria kelahiran Pematangsiantar, 17 April 1938 dengan nama lengkap Tiopan Bernhard Silalahi itu, diketahui bahwa peran Bu Ani sebagai Ibu Negara membuat para staf presiden merasa terpinggirkan.
Berdasarkan dokumen yang
dirilis harian The Australian itu, terungkap bahwa setelah SBY naik sebagai Presiden RI pada 2004 ternyata bandul kekuasaan di Istana secara jelas makin bergeser ke Bu Ani. Dalam dokumen Wikileaks juga disebutkan, para staf presiden dibuat tak berdaya karena dominannya peran Bu Ani.
Sampai-sampai pada Januari 2007, Sudi Silalahi yang kala itu menjadi Sekretaris Kabinet pernah hampir mundur dari jabatannya. Penyebabnya, seperti mengutip penuturan TB Silalahi, karena Sudi frustasi dengan dinamika di Istana.
Dalam kawat diplomatik Kedubes Australia yang juga disampaikan ke CIA itu tertulis bahwa Bu Ani dengan cepat menunjukkan kecenderungan sebagai pertimbangan penting dalam kebijakan pemerintah, politik hingga hal-hal pribadi. Para penasihat kepresidenan pun diam-diam menggerutu dengan pengaruh Bu Ani yang tak terlihat dalam proses pengambilan keputusan tapi bisa dirasakan. Hal itu setidaknya sudah dirasakan para penasihat kepresidenan sejak awal masa pemerintahan SBY, bahwa suara Bu Ani adalah yang paling didengar suaminya termasuk dalam mengurus masalah-masalah negara.
Sumber : Facebook Artati Sansumardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar