Sungguh menyedihkan sekaligus mengejutkan! Pasar Klewer sebagai salah satu ikon kota Solo dan pasar tekstil terbesar kedua di Indonesia setelah pasar Tanah Abang, Sabtu malam (27/12) terbakar dengan hebatnya. Bangunan dua lantai Pasar Klewer sebelah berat telah habis, sementara bangunan satu lantai Pasar Klewer sebelah timur yang hanya dipisahkan lorong selebar 10 meter, hingga berita ini ditulis (Ahad, 28/12, pukul 12.00 WIB), alhamdulillah tetap selamat.
Dengan terbakarnya Pasar Klewer yang diresmikan pembangunannya oleh mantan Presiden Suharto tahun 1971 itu menyebabkan 2.300 kios ludes, padahal mayoritas 90 persen dimiliki pedagang Muslim pribumi, sementara sisanya dimiliki pedagang China non Muslim. Dengan demikian mayoritas pedagang Muslim akan kehilangan pekerjaan dan penghasilan sehari-hari dengan terbakarnya Pasar Klewer. Padahal uang yang beredar di Pasar Klewer perharinya mencapai kurang lebih Rp 20 miliar, apalagi sekarang lagi ada Pasar Malam Sekatenan dan liburan murid sekolah, yang tentunya akan semakin menambah omset pedagang. Sesungguhnya Pasar Klewer bukan hanya pasar tekstil saja, tetapi beberapa bank juga membuka kantor disana, seperti Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri.
Dengan terjadinya musibah ini, maka diperkirakan kerugiannya mencapai minimal Rp 5 triliun.
“Saat ini kami belum bisa menghitungnya secara pasti. Tetapi kalau diperkirakan, mungkin bisa mencapai Rp 5 triliun,” ujar Kusbani, Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) kepada para wartawan di lokasi kebakaran.
Sementara itu dari pengamatan wartawan Voa-Islam langsung dari lokasi kebakaran, tragedi itu dimulai dari lantai satu bagian barat sisi selatan dekat kantor Bank Mandiri Syariah yang menghadap tembok Keraton Kasunanan Surakarta. Anehnya, api begitu cepat membakar hampir seluruh bagian pasar bersejarah tersebut. Padahal sejak sore hingga malam hari, kota Solo diguyur hujan lebat.
“Sekarang para petugas keamanan Masjid Agung sama menyiramkan air keatas atap masjid untuk mengantisipasi bahaya kebakaran,” ungkap salah seorang pengurus masjid kepada Voa-Islam di halaman Masjid Agung.
Sementara itu kedatangan Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo untuk meninjau lokasi kebakaran sempat menjadi bahan olok-olokan para pedagang Muslim. Sebab selama ini mantan wakilnya Jokowi itu dikenal sebagai tokoh yang menginginkan renovasi Pasar Klewer, sementara mayoritas pedagang menolak adanya renovasi tersebut.
Pasalnya, para pedagang Muslim khawatir, jika nanti direnovasi maka kios-kios Pasar Klewer akan dikuasai para pedagang China non Muslim, sebab pedagang muslim dipastikan hanya sedikit yang mampu membayar harga kios baru pasca renovasi nantinya, sementara para pedagang China non Muslim mayoritas bermodal kuat sehingga akan mampu membelinya.
Dalam pengamatan Voa-Islam, sekarang saja para pedagang China non Muslim sudah menguasai “kembarannya Pasar Klewer” yakni Pusat Grosir Solo (PGS) yang terletak di utara Pasar Klewer dan Alun-Alun Utara Karaton Kasunanan Surakarta dan hanya berjarak 400 meter saja. Jadi boleh dikatakan, Pasar Klewer adalah milik pedagang Muslim pribumi asli, sementara PGS milik pedagang China non pribumi non Muslim berdarah Aseng.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dampaknya dengan terjadinya kebakaran Pasar Klewer dan apakah Pasar Klewer murni terbakar atau sengaja dibakar?
Pertama, dipastikan ribuan pedagang Muslim akan menganggur dan kehilangan mata pencahariannya termasuk juga ribuan tenaga kerjanya, sehingga ekonomi umat Islam akan semakin lemah. Dampak hancurnya Pasar Klewer juga akan menimpa para pengusaha tekstil di berbagai daerah yang memiliki hubungan dagang dengan para pedagang Pasar Klewer, seperti Pekalongan, Jakarta, Semarang, Jogjakarta, Surabaya bahkan hingga luar Jawa, dan mayoritas mereka adalah pengusaha Muslim.
Kedua, sebaliknya, karena Pusat Grosir Solo (PGS) dikuasai para pedagang China non Muslim, maka mereka akan semakin jaya dan kaya raya ditengah-tengah penderitaan umat Islam yang semakin hancur perekonomiannya. Bahaya pemurtadan terhadap umat Islam di kota Solo semakin terbuka lebar, apalagi walikotanya seorang tokoh Katolik.
Ketiga, memang sementara itu pendapat yang kuat mengatakan kebakaran Pasar Klewer disebabkan konsleting listrik yang dimulai dekat bangunan kantor Bank Syariah Mandiri yang berlokasi di bagian barat sisi selatan yang menghadap tembok Karaton Kasunanan Surakarta.
Tetapi jangan lupa, konflik para pedagang antara yang pro renovasi dan menolak renovasi sudah berlangsung bertahun-tahun bahkan sejak Walikota Slamet Suryanto (2000-2005), kemudian berkanjut pada masa Walikota Jokowi (2005-2012) dan FX Hadi Rudyatmo (2012-sekarang). Ketiga Walikota tersebut pro renovasi dan didukung minoritas para pedagang China non Muslim dan sebagian kecil pedagang Muslim pribumi yang dituding penghianat, sementara mayoritas para pedagang Muslim pribumi menolak renovasi dan mendapat dukungan dari para pengurus Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK). Sebab mereka khawatir pasca renovasi nantinya Pasar Klewer akan dikuasai para pedagang China non Muslim.
Sebagai dampak konflik antara kedua kelompok pedagang tersebut, maka berhembuslah isyu pembakaran Pasar Klewer. Isyu tersebut sudah berlangsung sejak Walikota dijabat Slamet Suryanto hingga sekarang. Sebab logikanya, dengan dibakarnya Pasar Klewer, maka renovasi akan berjalan lancar.
Apalagi sewaktu awal terjadinnya kebakaran kurang lebih pukul 19.30, penjagaan Pasar Klewer belum dimulai. Sebab para pedagang baru saja meninggalkan pasar bakda Maghrib. Seluruh pintu masuk Pasar Klewer sudah dikunci dari luar, sedangkan para penjaga keamanan mulai keliling pasar pukul 21.00 sampai Subuh. Sehingga waktu itulah terjadinya kekosongan penjaga keamanan, karena pedagang sudah sepi sementara para petugas keamanan pasar belum mulai keliling pasar.
Maka tidaklah mengherankan jika sekarang berhembus isyu, sesungguhnya Pasar Klewer bukan terbakar akibat konsleting listrik secara alamiah, tetapi sengaja dikonsletkan sehingga membakar pasar bersejarah yang sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda tersebut. wallahu a’lam.
Sumber : voa-islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar