- Kalau kita cermati, dlm bbrp waktu terakhir ini, terjadi "operasi media" oleh media2 besar berskala nasional pendukung Jokowi.
- "Operasi media" itu dilancarkan kubu JKW kpd kubu KMP sbg respon atas serangkaian kekalahan yg diderita KIH (koalisi pendukung JKW) di DPR.
- "Operasi media" dilancarkan oleh media2 nasional baik TV, media cetak, maupun media online yg selama ini mjd pilar utama pencitraan JKW.
- Siapa saja media2 pilar pencitraan JKW itu? Tdk perlu saya sebutkan, Anda semua pasti sudah tahu, hehehe
- Melalui "operasi media" itu, mereka berupaya membuat semacam "branding" thd kubu Koalisi Merah Putih (KMP).
- "Branding" yg disematkan media2 corong JKW itu kpd KMP adalah: pertama, KMP tak lebih dari Koalisi Pendukung Prabowo, koalisi sakit hati.
- Mereka berupaya membentuk "imej" di masyarakat bahwa keberadaan KMP hanyalah sbg alat balas dendam Prabowo atas kekalahan di Pilpres lalu.
- Mereka berusaha mengopinikan bahwa KMP adalah gerombolan partai2 pendukung Prabowo yg tdk bisa "move on" dari kekalahan dlm Pilpres kemarin.
- "Branding" kedua, mereka mengopinikan bahwa KMP adalah kelompok yg anti-demokrasi & karenanya dianggap membahayakan demokrasi di negeri ini.
- Seolah2 KMP adalah monster yg menakutkan yg mengancam kehidupan demokrasi yg telah dinikmati sejak era reformasi.
- Karena itu mereka kerap menjuluki KMP sebagai "Koalisi Neo Orba", "Koalisi Neo Soehartois" dan julukan2 yg naif lainnya.
- "Branding" ketiga, media2 corong JKW itu berupaya membentuk opini bhw KMP adalah kumpulan org2 licik yg menghalalkan segala cara.
- Mereka menuduh KMP telah memanipulasi aturan dg cara2 licik demi menggolkan tujuannya: mengganggu & menjatuhkan pemerintahan JKW.
- Dengan beberapa "branding" yg mereka bangun itu, target mereka adalah memancing kemarahan rakyat scr luas kepada KMP.
- Dan masyarakat akan menganggap KMP sbg kelompok tirani, sedangkan JKW & koalisinya seakan2 sbg pihak yg terzalimi.
- Melalui kultwit singkat ini, kita akan bantah "branding" yg mereka sematkan kepada KMP.
- Pertama, tuduhan bhw KMP tak lebih dari Koalisi Pendukung Prabowo. Mereka lupa bahwa KMP telah menyepakati sebuah Koalisi Permanen.
- Koalisi permanen artinya sebuah koalisi strategis jangka panjang, bukan koalisi temporer yg bubar begitu capres yg didukungnya gagal menang.
- Dan sesungguhnya, terbentuknya KMP sbg koalisi permanen adalah sebuah tradisi politik baru yg bagus utk kehidupan demokrasi.
- Karena dg Koalisi Permanen, KMP akan scr efektif berperan sbg "penyeimbang" bagi pemerintahan JKW-JK agar tdk semena2 dg kekuasannya.
- Bahkan di dalam dokumen penandatanganan Koalisi Permanen itu sama sekali tdk ada kalimat yg menyebut dukungan utk Prabowo-Hatta.
- Tujuan terbentuknya KMP adalah sbg benteng pertahanan dari paham liberalisme yg dirasakan semakin merusak tatanan sosial kita.
- KMP juga bertujuan untuk mencegah negeri ini semakin dikendalikan kekuatan asing yg terus menggurita & menguasai kekayaan negeri ini.
- KMP mengemban misi yg berat utk melawan persekongkolan para pemilik modal (mafioso) & pemilik media yg berdiri di belakang JKW.
- Kedua, bantahan bahwa KMP adalah kelompok yg anti-demokrasi dan membahayakan kehidupan berdemokrasi di negeri ini.
- KMP berkomitmen mendukung kehidupan demokrasi yg sesuai dgn falasafah & kepribadian bangsa, bukan demokrasi liberal yg kebablasan.
- Demokrasi adlh sebuah prinsip kehidupan bernegara. Sedangkan teknis pelaksanaannya tdk bs dimonopoli o/ penafsiran tunggal sekelompok orang.
- Dan sejauh ini, cara2 yg ditempuh KMP untuk memperjuangkan tujuan2 politiknya selalu dalam koridor prinsip demokrasi dan konstitusi.
- Dan salah satu mekanisme yg diakui sbg bagian dari konsekuensi sistem demojrasi adalah pemgambilan keputusan dgn cara voting.
- Kalau dlm berbagai voting itu KMP selalu unggul atas KIH bkn berarti KMP bertindak tdk demokratis, tp KIH-nya yg gagal menggalang dukungan.
- Legowo atas hasil voting adalah konsekuensi logis dari demokrasi. Kalau gak mau legowo ya ganti aja sistemnya. Sistem apa? Yo mbuhh.. :D
- Bantahan terhadap "branding" ketiga bahwa KMP adalah kumpulan orang2 licik. Pertanyaannya, dimana letak liciknya? Semua sesuai aturan main.
- Semua langkah politik yg dilakukan KMP tak satupun yg melanggar konstitusi dan melalui mekanisme demokrasi. Dimana liciknya?
- Kalau KMP dituduh merekayasa aturan main (misal dlm UU MD3), sesungguhnya mereka pura2 lupa bhw dlm politik "rekayasa" adalah biasa.
- Sepanjang "rekayasa" itu dilakukan seauai dgn mekanisme dan prosedur yg diakui dan dlm koridor konstitusi, tdk ada yg salah dgn itu.
- Dan sekali lagi, kenapa PDIP tdk bisa menggalang dukungan utk "menghadang" rekayasa itu? Kok yg disalahkan KMP?
- Dan satu catatanlagi, bahwa pemilihan pimpinan DPR/MPR dgn sistem paket spt diatur dlm UU MD3 itu sesungguhnya bukan barang baru.
- Kita tentu masih ingat (kecuali yg pura2 lupa :-) ) bhw sistem paket ini pernah diterapkan pd thn 1999 dan 2004. Dan tdk ada masalah.
- Lalu kenapa sekarang diributkan pihak sebelah seakan2 mau kiamat karena "sudah pasti kalah" dlm perebutan pimpinan DPR/MPR itu?
- Kembali ke topik awal soal "operasi media" yg dilancarkan media2 pro- Jokowi kepada KMP. Saya rasa itu akan sia2 & tdk akan mengubah apapun.
- Seperti kata @PartaiSocmed dalam kultwitnya kemarin, KMP sudah terlanjur solid dan makin sulit bagi KIH untuk memecah soliditasnya itu :-)
- Dan sbg penutup saya tunjukkan 1 bukti "operasi media" tsb bhw nanti di @Metro_TV jam 20.00 WIB akan disiarkan acara "Jokowi Melawan Tirani"
Sekian kultwit singkat pada siang ini dan sampai jumpa pada kultwit2 kami selanjutnya.. (gaya penyiar sandiwara radio :D)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar