Najwa Shihab mengawali pembicaraan dari Mahfud MD. Najwa menyatakan bahwa Mahfud MD sempat galau, dilema, bahkan sempat menangis dalam 3 hari 3 malam. Najwa bertanya apakah segitu sulitnya untuk memilih Prabowo? Mahfud MD dengan tangkas menjawab bahwa untuk memilih Prabowo itu sangat mudah, hanya saja ketika menghadapi pilihan-pilihan yang sulit untuk dijelaskan kepada rekan-rekan Mahfud MD yang berbeda pandangan, karena banyak yang menyambut baik dengan berbagai argumen, tapi banyak juga yang menyatakan jangan karena menurut rekan Mahfud MD, ada resiko di dalamnya. Akhirnya, dalam 3 hari 3 malam ini, beliau bertanya ke berbagai pihak, dari mulai rekan-rekannya, hingga para gurunya. Hingga suatu ketika, dia harus mengambil suatu keputusan dalam komunikasi politiknya. Resiko yang dimaksud Mahfud MD adalah ejekan yang menyentuh hati, yang menunjuk pada martabat seseorang. Mahfud MD mengakui keputusan tersebut sulit secara psikologi, bukan secara rasional. (Bisa disimak dengan jelas kejujuran hati Mahfud MD).
Pertanyaan yang sama juga diajukan kepada Anies Baswedan, yang dijawab dengan pernyataan bahwa hal itu adalah sesuatu yang simpel. Masalah yang dihadapi oleh Indonesia memerlukan tipe kepemimpinan dan pendekatan apa yang diperlukan, hingga sampai pada suatu titik, mendukung Joko Widodo. Anies juga menyatakan, tidak ada beban moral untuk memilih Joko Widodo, alasannya membutuhkan kebaruan dalam pemerintahan dan partai politik. Anies menyebutkan, rakyat membutuhkan perubahan, tetapi yang muncul adalah orang-orang lama dalam kekuasaan selama 15 tahun terakhir. Reformasi 15 tahun terakhir ini membutuhkan orang-orang yang fresh, belum pernah
menjadi bagian dari pemerintahan. Pernyataan Anies disanggah oleh Najwa Shihab dengan mengatakan, bahwa Jusuf Kalla adalah bagian dari orang-orang lama selama 15 tahun reformasi. Fakta ini juga diakui oleh Anies Baswedan. Si Anies berkilah, bahwa Jusuf Kalla selalu diasosiasikan dengan terobosan, sehingga Anies Baswedan menganggap bahwa pasangan Jokowi – Jusuf Kalla adalah pasangan yang lebih tepat untuk memimpin di pemerintahan. (Bisa disimak dengan jelas mencla-menclenya Anies Baswedan).
Najwa Shihab mengarahkan pertanyaan kedua kepada Mahfud MD, bahwa ada anggapan Mahfud MD kecewa karena dia tidak menjadi “pemain” (maksudnya, kandidat entah capres atau cawapres), sehingga daripada kecewa maka lumayanlah menjadi ketua tim sukses. Mahfud MD dengan sigap menjawab bahwa dia memang benar kecewa dengan PKB tetapi dengan alasan yang berbeda dari yang dikemukakan oleh Najwa Shihab. Menurut Mahfud MD, publik sudah mengatakan bahwa dia adalah cawapres dari PKB, tetapi hal itu sebenarnya tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi. Kata Mahfud MD, PDI-P pernah menyebut 4 cawapres, tetapi tidak ada dokumen resmi yang menyatakan bahwa beliau adalah cawapres dari PKB untuk koalisi terhadap PDI-P. Pernyataan mahfud MD berikutnya menjadi suatu hal yang mengejutkan, menunjukkan betapa licinnya lidah Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB. Menurut Mahfud, Muhaimin memang menyebutkan nama Mahfud tetapi dengan para mitra partai malah Muhaimin menganjurkan agar yang dipilih sebagai cawapresnya adalah Jusuf Kalla. Sehingga meskipun nama Mahfud MD selalu disebut-sebut, tetapi pihak PDI-P tidak pernah menghubungi dia. Bahkan, Jokowi pun juga tidak menghubungi. Kemudian, Mahfud juga menyebut soal manuver Muhaimin Iskandar di belakang layar yang ternyata menawarkan dirinya untuk menjadi cawapres Prabowo Subianto. Langkah zig-zag Muhaimin yang tidak beretika ini sungguh mengecewakan Mahfud MD. Mahfud MD secara jujur menyebut “ini orang (Muhaimin Iskandar) ndak fair”. Mahfud MD kemudian melakukan koreksi diri dengan menyeberang ke pihak lawan karena pihak Prabowo Subianto mempunyai visi-misi cemerlang yang ditulis sendiri olehnya. Prabowo - kata Mahfud MD - menguasai berbagai bidang di pemerintahan Indonesia. Dalam diskusi dengan Prabowo, Mahfud mengakui bahwa Prabowo sosok yang sangat paham dengan hukum, mengerti teori hukum dan mau dibawa kemana hukum itu. Sedangkan, terhadap pak Jokowi, tidak pernah ada yang berdiskusi dengan Jokowi mengenai visi-misi yang diemban oleh Jokowi. (Sebuah tamparan telak dari Mahfud MD mengenai visi misi, karena Jokowi merendahkan visi misi dengan menyebutnya sebagai vici mici).
Berikutnya, Anies Baswedan menyatakan bahwa pemerintahan ke depan harus bisa mengatasi tantangan-tantangan elementer, meliputi pangan, kesehatan, pendidikan, infrastruktur. Menurut Anies, visi misi memang merupakan faktor yang perlu diperhatikan, tetapi dengan tantangan yang ada sekarang memerlukan pendekatan yang itu-itu saja. Karena menurut Anies, Jokowi dan JK menawarkan pendekatan yang berbeda dilihat dari track recordnya selama ini. (Anies Baswedan membenturkan visi-misi dengan pendekatan sehingga malah melahirkan kebingungan dari pernyataannya. Kembali, Anies Baswedan mencla-mencle).
Pertanyaan ketiga, Najwa Shihab menyatakan: seberapasiapkah pasangan yang dibela oleh masing-masing tokoh (Mahfud MD dan Anies Baswedan) dibanding lawannya. Mahfud MD mengatakan, dilihar dari pidato yang digaung-gaungkan oleh kedua tokoh yaitu Prabowo dan Jokowi, terlihat jelas Prabowo lebih unggul. Karena, di berbagai kesempatan, selalu berpidato tentang kebijakan Indonesia ke depan. Pidato Prabowo selalu berisi visi kenegaraan. Berbeda dengan Jokowi yang tidak pernah berpidato tentang Indonesia ke depan. Mahfud MD memberikan statement yang kerap disebut oleh Jokowi: “Saya mau kerja, sudahlah itu (visi kenegaraan) nanti”. Najwa berusaha menyangggah pernyataan Mahfud MD, “Jadi anda lebih menilai retorika pidato sebagai penilaian anda”, yang lalu dibalas oleh Mahfud MD dengan menyatakan bahwa bukan retorika pidato yang dinilai tetapi substansi (atau isi materi) pidato yang harus diperhatikan. Sayangnya, setelah pernyataan itu, ada jeda waktu beberapa detik. Ini berarti ada bagian dari porsi Mahfud MD yang dipotong oleh pihak Metro TV. Ada ketidakadilan dari Metro TV sebagai pendukung Jokowi – Jusuf Kalla.
Selanjutnya, giliran Anies Baswedan berbicara. Kata Anies, kita tidak sedang mencari orang yang sempurna dan pilpres bukanlah untuk mencari orang sempurna untuk dijadikan sebagai presiden. Anies Baswedan, sayangnya, tidak menjawab pertanyaan dari Najwa shihab tentang kesiapan dari pasangan Jokowi – Jusuf Kalla. Anies malah menghindar dan kemudian mengucapkan statement yang tidak berhubungan dengan pertanyaan Najwa. Anies juga sempat menyinggung soal dana kampanye yang nilainya fantastis. (Pernyataan ini malah membuat semua orang tertawa. Betapa tidak, justru dari pihak internal PDIP-lah lewat Sabam Sirait yang menyebut 10 Trilyun dari Jusuf Kalla untuk membiayai pencapresan Jokowi. Siapa yang nilainya fantastis? ).
Inilah catatan saya selama menonton acara Mata Najwa Shihab bertema “Jokowi atau Prabowo” yang ditayangkan di Metro TV pada sesi pertama, yang menampilkan head to head, Anies Baswedan vs Mahfud MD.
Semoga tulisan saya ini bisa menjadi pertimbangan anda untuk menghadapi pilpres tanggal 9 Juli 2014 nanti, agar lebih hati-hati dalam memilih pemimpin kita di tahun 2014 ini.
Salam.
NB: Nantikan tulisan saya esok hari yang membahas sesi kedua, menampilkan head to head, Maruarar Sirait vs Fadli Zon.
Sumber : kompasiana
Daging sapi sekilo brp sekarang?
BalasHapus