Siapa RI 1 Berikutnya? - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

7 April 2014

Siapa RI 1 Berikutnya?


Bagaimana bisa seseorang yang dua tahun lalu hanya seorang walikota kota kecil kemudian berada dalam kemungkinan menjadi pemimpin sebuah negara terbesar di Asia Tenggara? Jawabannya ada dalam pemilu Amerika Serikat. Sistem presidensial sekarang ini, dimanapun Anda berada, dapat mengangkat seorang petani kacang dalam posisi orang nomor 1 di sebuah negeri. Dan kandidat lain saat ini tampak cacat fatal untuk satu alasan atau yang lainnya.

Eep Saepulloh Fattah—pengamat politik, beberapa jam setelah Joko Widodo diumumkan sebagai capres oleh PDIP Perjuangan, mengatakan di Net.TV bahwa “betapa mengerikannya pencalonan Jokowi ini untuk partai-partai lainnya”.

Runner- up di sebagian besar jajak pendapat , dan terdepan sampai Jokowi muncul di panggung, adalah Prabowo Subianto. Mantan jenderal, mantan menanu Presiden Soeharto—Prabowo menjawab banyak kritik yang ditujukan kepadanya dan menetapkan platform politiknya .

Menurut The Interpreter, Prabowo melihat peran yang jauh lebih aktif bagi negara dalam menjalankan perekonomian, lebih mandiri dalam swasembada ekonomi, di samping melawan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pasar. Ini akan membalikkan kebijakan ekonomi empat puluh tahun terakhir dan tampaknya—masih menurut The Interpreter—seperti kembali pada ekonomi era Sukarno, tetapi disajikan cantik kepada khalayak secara populer.

Prabowo adalah putra Sumitro Djojohadikusumo, seorang intelektual ekonomi Indonesia. Sumitro keluar dari pakem sosialis tradisional tetapi ia mempunyai kecenderungan intervensionis yang marah pada kenyataan kapasitas administrasi dan tata kelola terbatas Indonesia ketika ia menjadi menteri perdagangan di bawah Soeharto. Jika dia masih hidup, dia mungkin menyuntikkan beberapa realitas ini ke dalam konsep ekonomi anaknya.

Dari kontestan lainnya, mantan presiden (dan putri Sukarno) Megawati Soekarnoputri sepertinya sudah keluar dari catur kursi presiden. Majunya Jokowi sudah cukup sebagai kover besar hal itu.

Pengusaha terkemuka dan pentolan Partai Golkar, Aburizal Bakrie, tampaknya menunjukkan bahwa uang saja tidak cukup untuk menang. ARB tidak bisa menghilangkan kerusakan reputasinya dari bencana lumpur Sidoarjo. Sedikit banyak Sidoarjo memengaruhinya.

Jadi apakah pemilihan presiden di negeri sudah selesai? Bisa jadi ya, bisa jadi tidak.

Jangan lupakan, ada Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang sepi publikasi selama 7 tahun menjabat. Bisa jadi, Aher—panggilan Heryawan—bakal menjelma sebagai kuda hitam, namun bersaing se-Indonesia, sangat berat bagi Aher. Satu nilai plus, Aher didukung penuh oleh mesin partainya yang berbasis kader dan sangat solid.

Dan ngomong-ngomong soal Jokowi, ia sudah muncul seperti bintang jatuh di langit malam, jadi bisa jadi calon yang belum teridentifikasi, meskipun waktu berjalan sangat cepat.

Dan jangan lupakan pula, bahwa parlemen Indonesia telah terbukti hampir persis sama dengan Kongres AS dan, dalam beberapa tahun terakhir, sering menyulikan pihak eksekutif. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang partainya memenangkan mayoritas parlemen di tahun 2009 dan terpilih dengan mayoritas mutlak di tahun yang sama, juga menurut The Interpreter, tidak pernah menang mudah dalam menyusun undang-undang melalui parlemen.

Indonesia telah memiliki presiden dengan segala bentuk dan sisi, mulai dari Sukarno yang flamboyan sampai Abdurrahman Wahid yang terganggu penglihatannya. Jadi, presiden seperti apa lagi yang akan memerintah negeri ini? Jawabannya sudah mendekati detik-detik final kurang dari beberapa hari ke depan.




Sumber : Facebook Artati Sansumardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here