Apa Rencana A dan B Amerika-Israel di Suriah? (1) - Bulan Sabit Kembar

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

13 November 2013

Apa Rencana A dan B Amerika-Israel di Suriah? (1)

LEBIH dari dua setengah tahun, Israel disebut-sebut sebagai pihak netral dalam perang Suriah. Sementara Amerika Serikat dengan retorika yang digembar-gemborkan mendesak “perubahan rezim” di Damaskus, tiba-tiba membuka selubung: Israel menjadi faktor besar di sepanjang konflik di negeri Syam.

Semua media dan fokus politik “krisis kemanusiaan” di Suriah, sebenarnya hanyalah fokus yang dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian terhadap pendapat publik dunia, yaitu untuk menjaga keamanan Israel.

“Rencana A” mereka adalah untuk memaksakan perubahan rezim di Suriah sebagai “hadiah besar” mereka dan menggantinya dengan rezim lain yang kurang mengancam, dan lebih bersedia untuk mencapai “perjanjian damai” dengan Israel. Rencana ini sudah hampir pasti gagal melihat perlawanan kaum mujahidin Suriah yang tak pernah usia. “Rencana B” pun digelar: mengejar “hadiah kecil” dengan melucuti senjata kimia dan senjata biologi pemusnah massal Suriah. Ini agar hilangnya ancaman terhadap gudang besar nuklir Israel sebagai pencegahan strategis. “Rencana A” mereka terbukti gagal, tapi “Rencana B” mereka berhasil.

Namun, faktanya bahwa krisis kemanusiaan Suriah terus berlanjut dengan hebat.  Pertempuran tidak berhenti, sementara Amerika Serikat secara bertahap berdamai dengan sekutu utama Suriah, Rusia dan Iran. Ada apa ini? Secara dhohir pun ini sudah bisa dilihat sebagai awal untuk mengakui “legitimasi” dari status quo di Suriah, fakta bahwa walau ditutup-tutupi tetap saja kredibilitas keterlibatan Amerika Serikat sangat jelas di dalam konflik ini.

Barack Obama, 24 September silam, menyampaikan pesan kepada Majelis Umum PBB. “Mari kita ingat bahwa ini bukan usaha zero-sum (menunjukkan unsur teori permainan di mana jumlah yang hilang selalu sama dengan jumlah yang dicapai). Kita tidak lagi berada dalam Perang Dingin. Tidak ada permainan yang harus dimenangkan, juga Amerika tidak memiliki kepentingan di Suriah melampaui kesejahteraan rakyatnya, stabilitas negara tetangga, penghapusan senjata kimia, dan memastikan bahwa negara itu tidak menjadi safe haven (daerah dekat zona tempur yang dipertahankan sebagai bebas dari serangan) teroris. Saya menyambut pengaruh semua bangsa yang dapat membantu mewujudkan resolusi damai.”

Perubahan dan pergeseran arah kebijakan politik Amerika Serikat  menghilangkan keraguan yang tersisa bahwa Amerika Serikat pernah peduli tentang orang-orang Suriah. Obama menyebutnya sebagai “kesejahteraan” rakyat.

Amerika Serikat mengumumkan komitmen “solusi politik” melalui co-sponsor dengan Rusia dengan menyelenggaraan konferensi “Geneva-2″, dikompromikan dengan  ketidakmampuan untuk mempersatukan, bahkan terhadap “oposisi” yang diciptakan dan disponsori oleh Amerika Serikat sendiri, dan “Teman Suriah” yang mengendalikan serta menggiring, terus memicu konflik bersenjata dengan pasokan senjata, uang dan logistik dari wilayah Turki dan negara-negara Teluk sekutu Arab. Ini  semua mengacaukan setiap solusi politik dan menjadikan  penyelenggaraan konferensi “Geneva – 2″ dipertanyakan setiap orang.

“Hukuman” Israel

Sementara itu, netralitas Israel sendiri telah dibatalkan oleh Presiden Shimon Peres.

Berbicara pada peringatan ke-40 atas tewasnya sekitar tiga ribu tentara Israel dalam perang 1973 dengan Suriah dan Mesir, Peres mengyatakan bahwa tak terbantahkan lagi negaranya yang menjadi penerima manfaat utama dari konflik Suriah.

Peres mengatakan : “Hari ini” Presiden Suriah Basaer al – Assad dihukum karena penolakannya untuk berkompromi dengan Israel dan rakyat Suriah membayarnya untuk itu.”

Ketika perkembangan terbaru terlihat semakin jelas bahwa tidak akan ada “perubahan rezim” di Suriah, juga tidak akan ada “Day After” setelah Assad, Israel tampaknya tidak sabar dan tidak bisa menyembunyikan diri lagi dalam konflik besar ini.

Pada 17 September lalu, berita utama laporan mereka berjudul, “Dalam mengubah publik, Israel menyerukan jatuhnya Assad,” mengutip sebuah laporan yang diterbitkan oleh harian Israel, Jerusalem Post, yang mengutip Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Oren, “Kami ingin Bashar Assad pergi, kami lebih suka memilih orang-orang jahat yang tidak didukung oleh Iran daripada orang-orang jahat yang didukung oleh Iran.”

“Bahaya terbesar bagi Israel adalah strategi busur yang membentang dari Teheran–Damaskus-Beirut. Dan kami melihat rezim Assad sebagai kunci dari busur itu,” tambah Oren.

Dan itulah sesungguhnya inti dari konflik di Suriah : Dalam membongkar strategi “busur” telah di lakukan selama terjadinya konflik melalui strategi yang diumumkan Amerika Serikat dan dipimpinnya dengan apa yang disebut sebagai “Friends of Suriah,” yang juga merupakan teman Israel.

BERSAMBUNG



Sumber : Facebook Artati Sansumardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here